'Mengungkapkan perasaan dengan penuh ketulusan, itu yang diharapkan oleh semua wanita, bukan? Tapi, ini berbeda. Ungkapan itu, membuat dia merasakan kebingungan untuk membuat keputusan.'
************
Zahra memakai pakaian tertutup, ia juga memakai topi dengan rambut yang masih diurai. Gadis cantik itu membawa bahan-bahan untuk membuat kue. Ia tidak takut jalan sendirian saat tengah malam menuju rumah Kevin. Zahra memasukkan kata sandi rumah Kevin, untungnya pria itu belum menggantinya.
Setelah masuk, Zahra menghela napas panjang dengan senyum manis yang masih menghiasi wajahnya. Zahra menyalakan senter ponselnya, lalu dia berjalan menuju dapur. Dia menyalakan lampu dapurnya, setelah itu, Zahra menyimpan bahan-bahannya di meja. Tangannya langsung membuatnya dengan santai. Seolah sering membuatnya.
Tidak butuh waktu lama, kue pun jadi. Zahra menghiasnya, ia tersenyum senang setelah selesai membuat kue untuk Kevin. Zahra pun mematikan lampu dapur, lalu dengan sengaja menjatuhkan panci. Sehingga menimbulkan suara yang sangat bising karena tengah malam yang sepi dan sunyi.
00:17 wib.
Kevin mengucek-ngucek kedua matanya. Tidurnya kembali terganggu karena mendengar suara barang yang jatuh dari dapur. Kevin pun berjalan santai, lalu menyalakan seluruh lampu ruangannya. Langkahnya terhenti, mulutnya menganga. Kevin kembali mengucek-ngucek kedua matanya, memastikan apa yang dia lihat memang benar.
"Selamat ulang tahun, Pak!" ucap Zahra seraya memegang kue berbentuk bulat. Yang dihias dengan sangat indah. Begitu juga dengan senyum manisnya.
Kevin diam, ternyata apa yang dilihatnya memang benar. Bukan mimpi atau khayalan. Tidak lama kemudian, senyum bahagia terlihat jelas di bibir Kevin. Mereka berdua saling membalas senyuman, lalu tatapan mereka bertemu. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan, apalagi d jelaskan secara lisan. Setelah saling menatap beberapa saat, Kevin pun berdehem keras.
"Bagaimana bisa kamu masuk ke rumah saya di jam segini?" tanya Kevin menatap Zahra dengan tatapan mengintimidasi.
"Maafkan saya. Saya tidak sopan masuk ke rumah Anda sembarangan tanpa pemberitahuan," ujar Zahra merasa bersalah. Dia menyimpan kuenya di meja.
Kevin menggeleng pelan, bukan itu maksudnya. "Jam berapa kamu masuk ke rumah saya?" tanya Kevin lagi.
"Jam setengah 11, Pak," jawab Zahra jujur.
"Apa?! Itu hampir tengah malam. Bagaimana bisa wanita muda seperti kamu ke rumah saya di jam semalam itu?" Kevin sangat terkejut dan tidak percaya.
"Sa--
"Bagaimana jika kamu diculik? Kamu cantik, muda, dan juga baik. Pria jahat pasti akan menculik kamu. Kamu tidak takut? Apalagi kamu belum merasakan pacaran, menikah, dan punya anak. Kalo penculiknya, hanya ngurung di gudang aja, gakpapa. Tapi gimana kalo kamu dibunuh? Kamu tidak pernah terfikirkan sampai situ?" Kevin malah mengomel, raut wajah dan nada nya terlihat kesal. Zahra sampai menganga mendengarnya.
"Saya minta maaf. Saya memang salah." Zahra memilih untuk mengalah. Lantaran jika di fikir-fikir, ia memang salah. Tapi, apa hubungannya dengan Kevin?
"Lupakan saja. Kejadiannya sudah terjadi," balas Kevin seraya duduk di meja makan, tepat di hadapan kue yang berwarna biru muda itu.
Zahra mengangguk paham. Dalam hati gadis itu sangat senang. Lantaran, sikap Kevin telah kembali. Zahra fikir, tanggapan Kevin akan dingin atau ketus.
"Terima kasih karena sudah mengingat hari ulang tahun saya," ucap Kevin dengan nada tulus. Ia tersenyum ramah kepada Zahra yang membalas senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
Fiksi Umum*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...