'Yang dekat, bisa jadi jauh. Yang jauh, bisa jadi dekat.'
*******
"Curiga apa?" Zahra malah bertanya, Kevin menghela nafas pelan.
"Lihatlah," suruh Kevin menyerahkan ponselnya. Zahra langsung menerimanya dan membaca percakapan Kevin dan Angga.
'Kakaknya Zahra.'
-Apa benar ini nomor Pak Kevin mantan atasannya Zahra?
•Ya. Saya Kevin mantan atasannya Zahra. Anda siapa?
-Syukurlah nomornya benar. Saya kakaknya Zahra.
- Ada yang ingin saya katakan kepada Anda.
•Boleh saya tau itu tentang apa?
-Tentang Zahra. Ini penting. Jadi, besok siang saya ingin kita bertemu di cafe onlyone.
•Baiklah. Saya akan datang.
-Ya. Saya akan menghubungi Anda lagi.Zahra terkejut melihat pesan yang dikirim kakaknya kemarin siang untuk Kevin. Dia mengembalikan ponselnya kepada sang pemilik. Zahra diam, dia tengah memikirkannya.
"Setelah membaca pesan itu, kamu masih berfikir kakak kamu bunuh diri?" tanya Kevin dengan raut wajah serius.
"Jika bukan bunuh diri, siapa yang membunuh kakak saya?" tanya Zahra menatap Kevin.
"Saya merasa pembunuhnya adalah pria tadi," ucap Kevin yakin, sangat yakin.
"Siapa?" tanya Zahra tidak mengerti.
"Fazar. Nama pria itu adalah Fazar, 'kan?" Kevin menatap Zahra yang sedikit terkejut.
"Fazar? Anda berfikir Fazar pembunuh kakak saya?" tanya Zahra. Lantaran dia tidak pernah berfikir seperti itu.
"Ya. Saya merasa ada yang aneh dengan ucapan pria tadi. Saya mencurigainya karena dia terlalu sedih. Itu terlihat jelas jika dia tengah bersandiwara," jelas Kevin membuat Zahra berfikir keras.
"Ada apa? Kok suasananya tegang," ucap Desi. Dia baru datang dan melihat raut wajah mereka yang serius.
"Mama datang kok gak ketuk pintu dulu?" tanya Kevin menatap Mamanya yang duduk di samping Zahra.
"Udah. Tapi kaliannya terlalu fokus," balas Desi menatap anak bungsunya yang mengangguk pelan.
"Di mana kak Lia? Kok anaknya ada sama Mama," tanya Kevin menatap seorang bayi yang tertidur digendongan Mamanya.
"Katanya mau pergi ke supermarket dulu sama kakak ipar kamu," jawab Desi jujur. Dia datang diantar oleh supir pribadi keluarganya.
Kevin mengangguk paham.
"Kami sekeluarga turut berduka cita. Semoga kamu cepat mengikhlaskan kakak kamu, ya." Desi mengusap lembut tangan Zahra yang sangat dingin.
"Ya, Bu. Terima kasih," balas Zahra membalas senyuman Desi. Setelah memberi pelukan hangat, Desi melepaskannya. Dia menidurkan cucu ke empatnya di kamar Zahra.
******
Lia menangis dimakam Angga bersama suaminya yang untungnya pengertian. Setelah mendengar kabar sang cinta pertama meninggal, Lia sangat terkejut. Padahal hari ini dirinya akan bertemu dengannya untuk membicarakan Kevin dan Zahra. Sampai saat ini, Lia belum memberitahu Mamanya atau adiknya. Lia masih berfikir keras, dan entah kapan akan mengatakannya.
"Kenapa kamu pergi? Padahal masalahnya belum selesai, mereka berdua belum mengetahuinya. Jika seperti ini, aku semakin bingung apa yang harus kulakukan," lirih Lia masih mengeluarkan air matanya. Pria berwajah tampan itu, terus menenangkan sang istri.
******
"Bu, Pak, Za. Kita berdua pamit pulang dulu," pamit Dinda dengan sopan kepada mereka bertiga yang duduk disofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...