25. Berfikir

21 2 0
                                    

'Jika soal perasaan, harus difikirkan beberapa kali. Agar tidak membuat seseorang merasakan kekecewaan, apalagi sakit hati.'

*********

Zahra menyeka air matanya, dia pun berdiri dari duduknya seraya mengambil selembar kertas berwarna putih. Zahra menghubungi Dinda, setelah itu, Zahra keluar dari tempat yang pernah ditinggali oleh Ezra. Zahra tidak berlari, lantaran dia ingat lukanya belum sepenuhnya sembuh.

Jam menunjukan pukul 08:50, matahari menampilkan sinarnya yang sangat terang. Dinda sudah duduk di kursi dekat dengan jendela, Zahra pun duduk dihadapan sahabatnya.

"Bacalah," suruh Zahra seraya menyerahkan surat dari Ezra untuknya itu.

Dinda mengangguk. Lalu membacanya dengan detail, setelah beberapa menit. Dinda kembali menyerahkan surat dari sepupunya. Dinda menghela nafas pelan, membuat Zahra bingung.

"Kenapa kamu gak kaget?" tanya Zahra dengan nada heran.

"Zahra, aku sudah tau," ucap Dinda seraya menundukkan kepalanya.

"Apa?!" Zahra membulatkan kedua matanya. "Tapi, kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Zahra penasaran.

"Karena Ezra melarangku untuk mengatakannya," ujar Dinda jujur. Kedua matanya terlihat merasa bersalah.

Zahra menghembuskan napasnya. Lalu dia pun kembali bertanya, "Kapan keputusan itu dibuat?"

"Malam itu. Saat kamu tertikam, dan aku yang mengatakan kepada Ezra. Aku gak tau jika Mama menyuruh Ezra untuk menggantikan Papa di perusahaan," jelas Dinda mengatakan yang sebenarnya.

"Tunggu. Mungkinkah pagi itu, Ezra akan mengatakannya. Tapi, Pak Kevin tiba-tiba datang?" ucap Zahra setelah berfikir.

Dinda mengangguki ucapan Zahra barusan.

Zahra terkejut, dia sangat menyesal tidak memaksa Ezra untuk mengatakannya. Lalu, Zahra kembali berucap, "Jangan-jangan, kamu juga udah tau kalo Ezra--

Dinda berdehem menyela ucapan Zahra. "Aku sudah tau. Ezra mencintai kamu saat pertama kali kalian bertemu."

Zahra kembali terkejut.

"Kamu tau apa yang diucapkan oleh Ezra sebelum menaiki pesawat?" tanya Dinda menatap sahabatnya yang masih terkejut.

Zahra mergerutkan keningnya. Dia ingin tau.

Dinda menghela nafas pelan. Raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih. "Dia bilang, 'Din, aku rasa, aku harus menyerah. Zahra, tidak mencintaiku. Zahra hanya mencintai Kevin. Kevin juga mencintai Zahra. Jika aku terus berjuang, aku tidak akan mendapat hasil yang baik. Mereka saling mencintai, jadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin, Zahra bukan jodohku.' " Dinda mengatakannya dengan nada sedih, ia benar-benar kasihan kepada sepupunya yang tidak beruntung soal cinta.

Zahra menutup mulutnya, ia sangat terkejut. Selama ini, Zahra menyakiti hati Ezra. Pria yang sudah dia anggap seperti kakak sendiri. Zahra tidak pernah mengira, Ezra mencintainya. Jika pun dia tau dari awal, mungkin Ezra tidak akan terlalu sakit hati. Tapi, tetap saja, Zahra tidak bisa membalas perasaan Ezra. Hatinya mengatakan bahwa dirinya memang mencintai Kevin.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dinda membuat Zahra menatapnya dengan tatapan bingung. "kamu akan menuruti perintah Ezra, kan?" Dinda menunjuk beberapa kalimat di dalam surat itu dengan tangannya.

Zahra diam seraya menunduk.

Dinda berdecak pelan. "Jangan bilang, tidak. Kamu harus menuruti perintah Ezra. Nyatakan perasaanmu kepada Kevin," suruh Dinda dengan nada dan tatapan serius.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang