'Karena masalah dari masa lalu, kita pertemukan.'
********
Tiga tahun kemudian ....
>Penculik yang awalnya mencemaskan warga, kini tidak usah merasakan itu lagi. Penculik yang berinisial 'B' melakukan bunuh diri setelah membunuh seorang wanita berusia 30-nan. Dia bahkan bunuh diri tepat dihadapan anak kecil berusia sembilan tahun. Anak itu sangat terkejut sampai pingsan di tempat. Saya akan mengatakan nama asli penculik itu. Namanya Bagas, usianya dua puluh enam tahun. Saya akan memperlihatkan fotonya.
"Apa? Jadi, penculik yang menculik anak kecil adalah Bagas?!" Clara sangat terkejut melihat berita di televisi.
"Jangan-jangan dia orang yang menculik Ryan," lanjut Clara seraya berdiri dari duduknya. Bodohnya, dirinya baru terfikirkan. Clara mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Anak keduanya sampai sekarang belum ditemukan. Dan entah masih hidup atau sudah meninggal.
******
'Krek'
Dinda membuka pintu kamarnya, ia melihat suaminya yang tengah mengenakan kemeja berwarna putih. Wanita berpakaian rumahan itu, menundukkan kepalanya sekejap seraya berfikir.
"Ada apa? Kenapa gak masuk?" tanya pria yang terlihat segar. Dia menatap istrinya dengan tatapan bingung.
"Aku .... " Nada Dinda terdengar ragu-ragu.
Pria yang mempunyai nama Ryan itu semakin bingung dibuatnya.
Dinda menghela nafas panjang, lalu dia berjalan mendekati pria yang dicintainya.
"Ada apa? Kalo mau nanya, nanya aja. Jangan ragu," ujar Ryan menatap kedua mata Dinda dengan tatapan tulus. Dia juga menampilkan senyum manisnya.
"Semenjak kita bersama. Kamu gak pernah cerita tentang keluarga kamu," kata Dinda membuat Ryan mengerutkan keningnya.
"Apa maksud kamu?" tanya Ryan bingung.
"Aku tau kalo mereka itu bukan orang tua kandung kamu," lirih Dinda sedikit berkaca-kaca.
Raut wajah Ryan seketika berubah. Ia tidak tau jika Dinda sudah mengetahuinya. Ryan menghela nafas pelan. Dia pun berujar, "Kemarilah. Aku akan menceritakan semuanya." Ryan menyuruh Dinda untuk duduk di sampingnya.
***
07 November 2002
18:34
Hera berlari memasuki ruang rawat inap untuk melihat keadaan anak yang dibawa olehnya dan suaminya ke sini, kabarnya dia sudah sadar. Hera tersenyum hangat melihat seorang anak kecil yang menatap ke depan dengan tatapan kosong. Kepalanya di perban, tangannya di infus. Posisi tubuh Ryan duduk.
"Nak, kamu baik-baik saja? Apa yang sakit?" tanya Hera membuat Ryan menatapnya dengan raut wajah pucat.
"Aku takut .... " ringis Ryan seraya memegang tangan Hera. Dia juga menangis.
"Apa?" Hera sangat terkejut sekaligus bingung. Lalu, datanglah Aska membawa sekeranjang buah.
"Ada apa, Ma? Kenapa dia nangis?" Aska bingung. Ia mendekati istrinya.
"Aku sangat takut ... tolong aku .... " Ryan juga memegang tangan Aska. Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.
Aska berdehem pelan menatap Ryan dengan senyum tipisnya. Dia pun bertanya, "Kenapa kamu sangat takut?"
"Dia akan melukaiku lagi. Hiks ... hiks ... hiks .... " Ryan menangis kencang. Dia masih memegang tangan Hera dan Aska.
Hera langsung memeluk Ryan dengan lembut. Ia mengusap lembut punggung anak yang masih menangis itu. "Jangan takut. Dia tidak akan melukai kamu lagi," ucap Hera dengan nada lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...