27. Mimpi?

22 3 0
                                    

'Bolehkah aku egois karena tidak mementingkan perasaan orang lain demi merasakan kebahagiaan?'


**********

Kevin menutup pintu kamarnya, ia menghela napas kasar seraya berdiri menatap pantulan kaca. Kevin tidak pernah membayangkan kejadiannya akan seperti ini. Dia berfikir, mungkin Zahra akan langsung menerimanya. Namun, ternyata malah sebaliknya. Gadis itu, terlalu mementingkan tanggapan orang.

"Tidak bisakah dia egois sekali saja?" gerutu Kevin sangat kesal.

Kevin mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Tiba-tiba dia terfikirkan sesuatu. Kevin menatap kaca dengan raut wajah terkejut. Ia juga menatap jendela yang terbuka, hujan turun sangat deras, apalagi petir bergemuruh kencang.

"Gawat!" Kevin langsung berlari keluar dari kamarnya, hatinya langsung cemas. Dia lupa bahwa Zahra takut dengan jalanan yang gelap.

Kevin tidak membawa payung atau mengganti pakaiannya. Pria itu langsung berlari menerobos hujan, seolah tidak peduli dengan kesehatannya. Di dalam fikiran dan hatinya hanya ada Zahra. Ia harus menemukan Zahra secepatnya.
Kevin memberhentikan langkah kakinya.

Tatapannya langsung tertuju kepada seorang gadis yang menggigil kedinginan di tengah jalanan yang gelap. Hanya ada cahaya dari bulan. Kevin lantas kembali berlari dan menarik tangan Zahra kedalam dekapannya. Ia memeluknya dengan erat, menenangkan dan memberikan kehangatan.

"Jangan takut lagi, karena aku ada di sini," ucap Kevin kepada Zahra yang langsung menangis di dekapannya. Tanpa sadar, Kevin merubah gaya ucapannya.

"Tenanglah. Jangan menangis. Aku sudah bilang, aku ada di sini," kata Kevin mengusap lembut punggung Zahra.

Gadis itu pun berhenti menangis. Lalu melepaskan pelukannya. Zahra menatap Kevin dengan tatapan merasa tidak enak. "Maafkan saya," ucap Zahra. Setelah itu, dia menundukan kepalanya.

"Jangan minta maaf. Saya yang harusnya meminta maaf. Saya lupa jika kamu takut melewati jalanan yang gelap," balas Kevin seraya menghela nafas.

Zahra mengangguk pelan.

Seketika, hujan langsung reda. Lampu juga kembali menyala. Zahra menghela nafas lega. Kevin pun berucap, "Ayo, saya antar kamu pulang."

"Tidak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri. Lampunya sudah menyala," tolak Zahra dengan nada sopan.

"Saya tidak peduli jawaban kamu," kata Kevin. Ucapannya membuat Zahra terkejut, apalagi Kevin menarik tangannya dan membawanya berlari. Zahra tersenyum senang.

**********

Zahra menyimpan teh hangat di meja makan, tepat dihadapan Kevin yang memakai pakaian milik kakaknya yang ternyata sedikit longgar. Jam menunjukan pukul 01.47. Zahra juga sudah mengganti pakaiannya. Cuaca sangat dingin, entah mungkin karena mereka berdua terkena air hujan.

"Saya minta maaf, saya cuma punya ini," ucap Zahra menunjuk segelas teh manis kepada Kevin yang tersenyum tipis seraya mengangguk.

"Tidak apa-apa. Jangan minta maaf." Kevin seraya menggeleng pelan.

Zahra mengangguk paham. Ia meminum tehnya pelan-pelan lantaran masih panas. Begitu juga dengan Kevin. Suasana hening sesaat, hingga Zahra membuka suaranya.

"Bapak ingin mendengar cerita dari saya?" tanya Zahra menatap Kevin yang terlihat bingung.

"Cerita apa?" tanya Kevin ingin tau.

"Cerita tentang alasan saya takut dengan jalanan yang gelap," ujar Zahra menampilkan senyum ramahnya.

"Jangan jika terpaksa," balas Kevin seraya menggelengkan kepalanya.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang