'Kenapa terasa dejavu? Dulu kita merasakannya, dan sekarang kita juga merasakannya. Dipisahkan, dipertemukan, bersamaan dengan orang yang meninggal karena bunuh diri. Apalagi, orang itu berhubungan dan mempunyai kisah yang hampir sama. Sama-sama tidak menghargai nyawa.'
********
Kevin turun dari mobilnya, ia melihat papan bertulisan 'Selamat datang di kampung padi.' pria itu menghela nafas panjang, lalu memejamkan kedua matanya sekejap. Kevin harus menyiapkan hatinya saat datang ke gudang tempat dirinya dan Rara diculik saat itu. Kevin berjalan santai seraya melihat sekeliling kampung yang sudah sangat berbeda. Terakhir kali dirinya datang kesini, sekitar lima belas tahun yang lalu.
"Jadi, tidak ada yang tinggal di rumah Rara?" gumam Kevin saat melihat sebuah rumah yang sangat berantakan. Lalu satu detik kemudian, dia tiba-tiba teringat kejadian saat Bagas bunuh diri tepat dihadapannya.
Kevin menghela nafas panjang, mencoba agar dirinya tetap sadar. Pria itu pun memutuskan untuk kembali berjalan, dia melihat rumah lamanya yang sudah ditinggali oleh seseorang. Rumahnya tidak dijual, melainkan dibuat kontrakan. Sejujurnya ia baru melihat secara langsung bagaimana rumah lamanya. Ternyata, banyak direnovasi.
Kevin tersenyum mengingat kejadian lucu saat dirinya dipertemukan dengan Rara dan menjadi dekat karena Ravin. Kevin jadi sedih, hewan peliharaannya meninggal karena dirinya sendiri. Pria itu menghela nafas kasar, lalu segera berlari sekencang mungkin menuju gudang yang lumayan jauh dari rumahnya. Mobil tidak bisa masuk, lantaran jalanannya cukup kecil. Seperti biasa suasananya selalu hening. Mungkin karena tidak ada penghuni di sekitar gudang ini.
"Tetaplah sadar! Ini demi Zahra!" Kevin menahan pusing yang baru dia rasakan. Lalu dia kembali menghela nafas panjang, tangannya mendorong pintu dari kayu yang terlihat sangat rapuh.
'Deg!'
Jantung Kevin berdegup dengan sangat kencang. Netranya membulat saat melihat seekor anak anjing berlumuran darah. Apalagi, dia sangat mirip dengan Ravin. Kevin langsung teringat jelas saat hewan peliharaannya dibunuh tepat dihadapannya. Tubuhnya bergetar, kedua matanya berkaca-kaca. Pria itu ingin pergi, namun tatapannya tidak sengaja melihat Zahra yang duduk dikursi dengan kedua tangan dan kaki yang diikat. Sangat mirip dengan Rara waktu itu.
"Zahra," panggil Kevin seraya melangkahkan kakinya memasuki gudang yang cukup gelap, hanya ada cahaya dari dua lampu. Mengingat, ruangan ini lumayan luas. Mungkin, tidak ada banyak barang.
Langkah kaki Kevin terhenti, dia melihat Fazar yang menatapnya dengan senyum sinisnya.
"Jangan melangkah lagi. Berdiri di sana atau saya akan membuat Zahra meninggal," ancam Fazar membuat Kevin menurut.
"Sebenarnya, Anda siapa? Kenapa tau tempat saya diculik enam belas tahun yang lalu?" tanya Kevin ingin tau.
"Kamu berfikir, saya siapa?" tanya Fazar seraya berjalan dan berdiri di belakang Zahra.
Kevin diam, dia berfikir keras. Hingga, Zahra pun sadar.
"Fazar, kamu membawaku kemana?!" teriak Zahra yang ingat jelas jika Fazar membuatnya tidak sadarkan diri.
"Sst. Jangan berteriak. Ini malam." Fazar menutup mulut Zahra, gadis itu langsung menghempaskan tangannya secara kasar.
"APA MAUMU?!" Zahra sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Fazar.
"Tentu saja kamu," balas Fazar seraya mengambil pisau berukuran sedang dari saku celananya. Kevin terkejut, dia ingin melangkah maju. Namun, teringat ancaman Fazar.
"Fazar, aku mohon. Sadarlah!" Zahra berucap dengan nada lirih tapi penuh penekanan. Kedua matanya diikat dengan kain berwarna hitam.
"Jika kamu ingin aku sadar, maka cintailah aku! Lupakan perasaanmu kepada Kevin!" Ucapan dengan nada tingginya membuat Kevin terlonjak kaget. Sedangkan Zahra, gadis itu menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
Aktuelle Literatur*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...