49. Ayahnya

16 1 0
                                    

'Waktu memang mengubah segalanya.'

*******

"Itu, Zahra ... tidak tinggal di kota ini lagi, Pak," jawab Dinda memilih jujur, lantaran Kevin selalu mengetahui jika dirinya berbohong.

"Apa?" Kevin sangat terkejut.

"Sekarang Zahra tinggal di mana?" tanya Kevin penasaran. Sejauh atau sedekat apapun, ia akan pergi menemui Zahra.

Dinda diam seraya menundukkan kepalanya. Kevin menatapnya dengan tatapan bingung. Wanita itu pun mendongak, lalu menjawab pertanyaannya, "Saya minta maaf, Pak. Saya benar-benar tidak tau sekarang di mana Zahra tinggal."

"Apa? Tidak mungkin kamu tidak mengetahuinya. Kamu bahkan membantu Zahra untuk menyewakan rumahnya. Jadi, kamu pasti tau di mana Zahra tinggal sekarang," ujar Kevin menatap kedua bola mata Dinda memastikan jika ucapan dia bohong, namun nyatanya Dinda jujur.

"Saya memang membantu Zahra, tapi, saya sungguh tidak tau di mana dia tinggal. Zahra bilang jika saya tidak boleh tau. Saat Zahra pergi, saya dan Ryan tengah berada di luar negeri. Kemarin, saya baru pulang," jelas Dinda menatap Kevin yang langsung menghela nafas kasar.

"Saya minta nomor Zahra yang baru," pinta Kevin yang diangguki oleh Dinda. Setelah itu, Kevin menghubungi nomor Zahra. Namun tidak bisa.

"Nomornya tidak salah?" tanya Kevin kepada Dinda yang menggeleng yakin.

"Tidak, Pak. Tadi pagi pesan saya dibalas olehnya," jawab Dinda membuat Kevin mengerutkan dahinya bingung.

"Bagaimana kabarmu?" tanya seorang pria dengan nada cukup keras, hal itu membuat mereka bertiga menatap pria itu yang hendak menaiki puluhan tangga.

"Kabar aku baik. Bagaimana denganmu? Apa kamu nyaman tinggal disana sendiri?" Setelah menjawab, Zahra juga bertanya.

"Syukurlah. Aku juga baik. Awalnya tidak, tapi setelah beberapa minggu, aku nyaman," balasnya menunduk seraya mendorong kopernya.

"Kamu, Ezra, 'kan?" tanya Dinda menatap wajah pria yang berpakaian rapi dengan raut wajah ragu-ragu.

"Anda siapa?" Dia malah bertanya. Dinda terkejut.

"Kamu melupakanku?" Dinda sedikit kecewa.

"Saya tidak menyangka kita akan bertemu lagi," ujar Kevin membuat Ezra yang hendak menjawab pertanyaan dari Dinda tidak jadi.

"Tentu saja. Karena saya dan Anda masih hidup," balas Ezra menerima uluran tangan Kevin. Setelah saling bergenggam beberapa detik, tangan mereka pun terlepas.

"Apa ini? Kenapa dia tiba-tiba mematikan sambungannya?" ucap Ezra heran.

"Siapa?" tanya Kevin penasaran.

"Zahra." Kevin sedikit membulatkan kedua matanya. Jadi, Zahra tidak menjawabnya karena tengah bertelponan dengan Ezra.

"Kenapa kamu pulang?" Dinda malah bertanya sepertinya itu. Ezra lantas berdecak malas.

"Kamu tidak merindukanku?" tanya Ezra dengan raut wajah cemberut.

"Kata siapa?" Dinda menyipitkan matanya.

"Entahlah." Pria yang semakin tampan itu mengidikkan bahunya. Dinda tersenyum lalu memeluk Ezra dengan erat dan lembut. Ezra membalas pelukannya, pelukan mereka harus terlepas karena Kevin membuka suaranya.

"Kamu tau di mana Zahra tinggal sekarang?" tanya Kevin dengan nada serius.

"Dia bilang saya tidak boleh tau," jawab Ezra jujur.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang