Chapter XLIX

1.4K 181 88
                                    

 "Kau masih di sini"

"Aku baru akan istirahat," ujar Henry; kemudian ia buru-buru menyambung, "lukanya cukup parah. Ia harus tinggal beberapa malam di sini."

Mrs. Collins; wanita paruh baya itu sebenarnya beruntung karena anak sulungnya yang memiliki gelar ini tidak di bawah ancaman siapapun, berbeda dengan rekan dekatnya yang bagaikan dikejar-kejar oleh maut setiap hari. Tidak jika ia tidak menyadari kembali skandal kehamilan pelayan domestik yang semalaman dikurung di dalam kamarnya untuk menghindari pertemuannya dengan Mr. Moore dan kepala parlemen. Di dalam perpustakaan itu; meskipun pencahayaannya redup, ia masih dapat melihat garis wajah adipati muda dari cahaya rembulan yang melewati tira-tirai terbuka. Garis wajahnya tegas, mata birunya terlihat menyala tersorot sinar rembulan, hidung kemerahannya telihat tak wajar di tengah musim panas. Namun ada yang baru, lingkaran hitam dan kerutan di wajah pria itu semakin terlihat, kantung matanya timbul dan bibirnya yang kaku; ia tidak pernah lagi tersenyum semenjak pengangkatan di istana.

"Kau tahu dimana Isabella? Ibu ingin menemuinya."

"Ia menemani Sebastian semalaman, aku baru menyuruhnya istirahat tapi ia bersikeras untuk menemaninya."

"Yah...kelihatannya tidak hanya dirimu yang tidak ingin perkawinan ini terjadi."

"Ibu, tolong hentikan omong kosong ini."

"Apabila tidak ada skandal itu, pengadilan tidak memanggilmu; maka ibu yakin kau tidak akan pernah menandatangani perjanjian kawinnya."

"Kau tidak pernah tahu apa yang akan kulakukan. Lagipula, bu, Isabella adalah sepupuku dan jangan salah sangka; aku senang menerima kenyataan ini. Bergembiralah sedikit untuknya, sebelum ia tinggal di Cambridge dan hanya akan mengunjungimu pada natal."

"Dia tidak akan bahagia, Henry, kau harus pikirkan itu."

"Kumohon, bu, itu bukan hakmu untuk menilai," melihat perbincangan ini akan panjang, Henry memutuskan untuk duduk di kursinya, "Isabella akan bahagia, ia harus bahagia dan Sebastian dapat memberikannya."

"Baiklah, lalu apa kau bahagia?"

"Aku sudah mengatakannya, aku senang dengan kabar ini."

"Senang dan bahagia tentunya berbeda makna. Tapi, baiklah, ibu tidak ingin meributkan itu sepagi ini. Mari kembali pada keadaan Mr. Foster, penjahat bodoh mana yang akan mencelakai seseorang saat mentari masih bersinar? Dan Mr. Foster memiliki banyak pengawal; Mr. Walter salah satunya. Ibu rasa pria itu tidak pernah absen dari sisinya."

"Kejadiannya terjadi ketika Sebastian seorang diri, aku tidak dapat menyalahkan Walter."

"Untuk apa ia membiarkan dirinya tidak diawasi oleh para pengawal sedangkan ia tahu bahwa setengah populasi Inggris membencinya."

"Ya; salah satunya adalah suami mu. Tolong jangan bicara tentang dirinya karena aku akan merasa muak," Henry meminum kopi yang belum ia sentuh sama sekali sejak pelayan menyajikan, "Sebastian melakukan pertemuan rahasia dengan Isabella sore ini—"

"Ya Tuhan, apa itu sebabnya Isabella dengan mudahnya setuju dengan perkawinan ini, apa ia berada di bawah ancaman Mr. Foster?"

"Tidak, malah sebaliknya; ia memilih menikahi Sebastian dibanding Mr. Hougham."

"Itu lebih baik. Apa tanggal pernikahan pun sudah mereka bicarakan? Awal Juni; setidaknya Isabella menjawab itu. Ibu memang curiga sedari tadi dan—"

"Sebastian," potong Henry; ia tidak mau mendengar omelan ibunya karena ia tidak pantas menerimanya, "bertemu dengan Isabella, dengan tujuan yang baik dan aku hargai itu. Ia melakukan sesuatu yang tidak aku lakukan; meminta persetujuan Isabella. Mereka bertemu secara empat mata di Danau Hijau namun menurut Sebastian, Isabella terlambat tiga puluh menit dari jam yang sudah diatur."

Isabella and The Duke (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang