Chapter XI

3K 334 7
                                    

"Mr. Collins!" Lelaki di luar itu mencopot mantel hitam dan topi panjangnya. Tidak lupa ia memberi hormat kepada lelaki yang dia anggap atasannya sendiri. Henry melebarkan ruang masuk dengan menarik pintu lebih kuat.

"Menerjang badai, jangan katakan padaku kau hanya datang untuk mengantarkan surat." Pria itu mengangguk dan mengeluarkan surat dari dalam tas yang ia gantungkan di kudanya tadi.

"Sedikit basah, maafkan aku."

"Aku tidak pernah mempermasalahkan kertas basah. Coba aku lihat" Henry mulai membaca surat. Ia bahkan belum mempersilahkan pria itu duduk apalagi memberikannya minuman hangat.

"Ah Mr. Gaal! Semalam ini." Louis Collins membenarkan tali gaun tidur sutera dan menyapa lelaki di ruang tamu.

"Suratnya untukmu," Henry memberikan gulungan itu dan melirik ibunya yang sedang berdiri di ambang pintu pemisah ruangan, "Dari Richard Foster, ayah."

"Aku akan mengambilkan minum. Kau boleh duduk, Mr. Gaal." Henry meninggalkan ruangan dan menemui ibunya di dapur yang menunggunya dengan wajah cemas sembari meremas cangkir porselen putih kosong di tangannya. Henry hanya menghela nafasnya, memasak air dan memasukkan beberapa cengkeh ke cangkir,

"Sejak kapan ayah berhubungan dengan Richard Foster?" Henry menggelengkan kepala sesaat setelah melihat ibunya melakukan hal itu terlebih dahulu.

"Aku sudah mengingatkanmu, bu, awasi segala hubungan ayah dengan keluarga di luar sana."

"Ia sangat membenci keluarga Foster, Henry. Kau pun mengetahui itu bukan? Ibu tidak menyangka bahwa Peter akan datang kembali—"

"—dan yang paling mengejutkan ia datang bersama surat dari Richard Foster. Seorang penguasa tanah yang memiliki banyak citra buruk sepanjang hidupnya." Sela Henry sebelum ibunya menyelesaikan perkataannya. Henry mencelupkan sedikit jemarinya, meyakinkan bahwa tehnya tidak manis lalu menghidangkannya untuk Peter Gaal. Ia mengambil mantel dan mencari topeng setengah wajahnya.

"Pesta apa yang akan kau hadiri semalam ini?"

"Rumah bordil." Pernyataan Henry membuat Peter Gaal sedikit menyemburkan tehnya, di samping ia merasa teh itu sangat hambar.

- - -

Wanita setengah telanjang hingga wanita tanpa pakaian merupakan pemandangan yang sangat tidak biasa bagi Henry. Ia harus membuka matanya agar dapat mencari seseorang. Wanita-wanita itu berusaha menarik pakaian Henry hingga lapisan kemeja dalamnya keluar. Ciuman tak bersarang mengarah ke segala penjuru tubuhnya, Henry berusaha menarik tubuhnya dari cengkeraman serigala malam seperti wanita-wanita itu. Matanya bekerja sangat keras saat ia mencari rekannya. Gelas-gelas beer berserakan, lelaki-lelaki di sana sudah setengah mabuk namun masih dapat berbincang dengan wanita sewaannya. Melihat sesosok dengan topeng yang dihiasi emas serta corak merah maroon menarik perhatian Henry.

"Lelaki brengsek sepertimu akan mudah ditemui." Henry melepas sarung tangan dan mantelnya, menyerahkan kepada si penjaga.

"Kemarahan apa yang membawamu kepadaku semalam ini, Henry?"

"Peter Gaal." Henry tidak bisa menahan rasa kesal dalam dirinya, ia menarik seorang wanita yang sedang memeluk rekannya menjauh.

"Kepala pelayan ayahku. Ada apa dengannya?" Sebastian melepaskan genggamannya terhadap wanitanya dan membiarkan Henry menggantikan posisi duduk.

"Apa kau memberitahu mengenai kedua sepupuku kepada ayahmu?"

"Oh Ayolah Henry. Aku sedang menikmati malam ini. Bisakah kita membicarakannya besok di parlemen?"

Isabella and The Duke (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang