Tata bahasa dan rupanya diksi dari pelayan tua itu membuktikan dedikasi dan pengalaman mengabdi yang panjang; ia bahkan mengingat semua memori dan keadaan sebelum bangunan bergaya perancis ini berdiri. Air biru kehijauan danau terlihat berkilau dengan bayangan teduk dari ranting dan dahan pohon yang lebat membuat capung dan beberapa kupu-kupu tersanjung berada di sekitarnya. Bongkahan batang kayu itu sudah terkikis penuh rayap dan lembab terkena guyuran hujan tak menentu Inggris serta beberapa bunga teratai yang terlihat hancur karena umurnya yang terlampau tua.
Pelayan tua—ditemani dengan Isabella, Eleanor, Arthur, William dan—Mrs. Collins; meskipun sebenarnya ia tahu lebih baik bersantai di ruang baca kediaman sang Marquis dari Cambridge, yang dua kali lebih besar dari miliknya di Northingham Manor, dibanding mengelilingi Angerwood yang tak berujung seperti ini, namun dukungannya terhadap pernikahan Isabella dan bagaimana ia berharap pengrobanan anak sulungnya tidak sia-sia, mengalahkan segalanya termasuk rasa lelahnya sendiri. Mrs. Collins menyambut senang atusiasme yang terlihat pada Isabella; bagaimana wanita itu tertarik untuk mempelajari sudut demi sudut dari puluhan ruangan di bangunan yang akan menjadi rumahnya sendiri, tanpa terkecuali.
Selagi para pelayan menurunkan peti-peti berisikan perlengkapan Isabella, Henry memutuskan menemani Mr. Foster dengan secangkir teh hangat, scone dan segelas susu segar, yang sesuai selera dapat dicampurkan pada teh yang masih hangat. Kedua pria itu menikmati pemandangan perbukitan dengan hutan pinus yang membentang sepanjang selatan dari Angerwood Manor dan perkebunan berry milik warga yang menggarapnya di tanah milik keluarga Foster.
Gazebo itu dibangun di pekarangan belakang rumah berbata cokelat terang dengan corak dan ukiran kayu rumit yang diukir oleh pemahat-pemahat mansyur dari Cambridge. Dengan atas melengkuk layaknya bangunan khas Italia, gazebo itu memberikan pemandangan langsung pada danau pribadi, rumah kaca besar dan air mancur megah di titik tengah lapangan. Sembari menyisip teh yang dihidangkan tanpa susu, Henry mengamati langit-langit gazebo dengan seksama. Ketika lawan bicaranya telah luang; setelah selesai memotong kue kering dan mengunyahnya, ia memulai pembicaraan.
"Mustahil kau tidak mengetahuinya."
"Mengenai pendetaku yang gagal hadir dan digantikan sesaat sebelum prosesi atau nama keluarga Sarah adalah Gills?"
"Apa?"
"Sepertinya aku memang lebih banyak mengetahui apa yang terjadi di Northingham Manor dibanding tuan rumahnya."
"Karena kau mencampuri urusan keluargaku dan itu telah melebihi batas, Sebastian. Aku ingatkan kembali mengenai batasannya; jangan pernah berpikir karena hubungan kolega di antara kita, kau dengan semaumu bisa ikut campur dalam masalah keluargaku."
"Aku tidak ikut campur lagi pula bukankah kamu curhat soal pelayan itu kepadaku, Adipati dari Romford?"
"Persetan dengan nama keluarganya—"
"Setidaknya aku membantumu untuk terlihat lebih bertata krama dengan memanggilnya dengan nama keluarga; Miss Gills."
Kemarahan Henry meluap drastis. Ia tidak percaya bahwa keseriusannya selalu dianggap lelucon oleh seseorang yang ia anggap sebagai rekan. "Kau tahu siapa yang menghamili wanita itu?"
"Biar kutebak—agar lebih drastis; katakan jika itu bukan ayahku?" Mr. Foster tertawa. Dengan tangan kiri yang mengaduk teh dengan gerakan memutar, ibu jari tangan kanannya bermain dengan cicin kawin yang terpasang indah di jari manis.
Henry mengangguk setuju; pada fakta bahwa Mr. Foster benar-benar telah mempermainkannya. Namun ia belum merasa kalah telak atas pergerakan sang Marquis yang ia anggap lebih cepat dan taktis—mendapatkan informasi akurat namun sedikit melibatkan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella and The Duke (On Hold)
Historical FictionIsabella Collins; Seorang wanita yang mandiri, periang, dan cukup beruntung bagi seseorang yang hidup pada masa industrialisasi Inggris. 1863 bukanlah tahun yang baik kecuali karena ia dipertemukan kembali dengan keluarga terhormatnya dan hidup dala...