Pesta Dansa Bagian Pertama
Paman Louis memberangkatkan dua kereta kuda. Yang satu hanya cukup mengangkut dua orang, yaitu paman dan istrinya. Yang satu adalah kereta yang sama saat mereka menjemput Isabella kala itu. Isabella hanya menatap luar, ia sering menampilkan senyumannya. Namun tetap, pikirannya tentang Mr. Hougham cukup campur aduk. Ia benar-benar tak ingin mengecewakan Mr. Hougham, namun di sisi lain ia tak dapat membantah Henry, sepupunya. Arthur tampak berbincang dengan William di kursi seberang, dan Eleanor duduk di sebelah Isabella. Henry tak menaiki kereta kuda, ia berangkat lebih dulu dengan kuda hitamnya ke Istana. Perjalanan itu cukup padat, kereta kuda berjajar di sepanjang jalan menimbulkan kemacetan di kala rakyat dari golongan biasa berjalan kaki melewati kereta kuda. Beberapa pria dari kaum aristokrat mendahului kereta kuda dengan kuda mereka dan sampai Istana jauh lebih cepat. Terdengar canda dan tawa dari luar kereta, masyarakat Inggris menghadiri pesta dansa dengan suka cita bernyanyi sembari berjalan. Isabella melambaikan tangannya ke arah seorang anak perempuan yang menyapanya dari luar.
"Selamat malam, Duchess" ujarnya sembari memberi satu tangkai bunga Tulip berwarna ungu. Isabella meraih bunga itu dari jendela kereta, namun salah satu penjaga kereta kuda yang duduk di belakang segera mengusir si anak kecil tersebut, mendorongnya kembali pada rombongannya.
"Sangat kasar!" Isabella meneriaki pengawal di belakangnya itu. Namun pengawal itu tak menjawab apa pun, ia kembali berbincang dengan rekan di sebelahnya.
"Aturan pertama, Isabella, kau bukan seorang Duchess. Dan kedua, sebenarnya kau tak memiliki hak apa pun untuk di kenalkan dengan kaum aristokrat di Istana malam ini. Kasihan nasib para Duchess di luar sana mengetahui haknya diambil oleh seseorang sepertimu dan adikmu itu." Mendengar komentar pedas dari mulut William, Isabella merasakan apa yang adiknya rasakan bila harus menghadapi laki-laki ini dan omongan tajamnya. Rasanya ia ingin menjahit bibirnya bila ia membawa alat menjahit sekarang.
Tak terasa sudah tiga puluh menit mereka menghabiskan perjalanan sebelum tiba di Istana Buckingham. Pintu-pintu utama sudah terbuka lebar, para penjaga istana berjajar dari gerbang masuk. Pandangan keempatnya cukup terganggu oleh silau sinar lampu yang di pantulkan oleh permata-permata di gaun wanita para bangsawan saat mereka menuruni kereta kencana. Paman dan bibi sudah berbincang dengan yang lain sembari memasuki istana. Di barisan para bangsawan pria, Isabella menemukan Mr. Hougham menggunakan Ditto suit berwarna biru tua sedang berbincang dengan pria lainnya dan seketika menatap ke arahnya. Apa yang dipikirkan Isabella terjadi. Ia melihat kekecewaan yang terpendam dalam raut wajah Mr. Hougham yang berusaha menutupinya dengan senyum dan berjalan menghampirinya. Lelaki itu sama, ia menggunakan wig palsu dengan empat gulungan, dua gulungan di kanan depan dan dua gulungan di kiri depan. Ia mengecup tangan Isabella pelan dan menyapa ketiga orang lainnya di sana. Isabella mengajak Mr. Hougham menjauh dari keluarganya.
"Mr. Hougham, maafkan aku. Aku tak bisa membantah apa yang Henry minta dan ku harap kau mengerti sifat Henry seperti apa bila keinginannya di tolak"
"Gaun itu sangat cocok pada Eleanor dan gaun ini sangat cocok denganmu. Gaun seperti memilih tuannya sendiri, Miss Collin."
"Sungguh, aku tak pernah bermaksud menolak untuk menggunakan gaun darimu."
"Shht, ku harap kebahagiaan yang menyelimuti kita semua. Maka dari itu, ku harap kau tidak lagi memikirkannya." Isabella mengangguk, setidaknya rasa bersalah dalam dirinya sudah mulai menghilang sedikit demi sedikit. Mr. Hougham mengajak Isabella masuk ke dalam istana. Mereka akhirnya memutuskan masuk bersama dan menemui si penjaga pintu.
"Undangannya," Ia menjulurkan tangan dan meminta undangan dari Mr. Hougham. Isabella khawatir, ia benar-benar takut bahwa ia tak dapat masuk karena undangan saja. Seorang pria memberikan undangan, "Wanita ini datang bersamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella and The Duke (On Hold)
Historical FictionIsabella Collins; Seorang wanita yang mandiri, periang, dan cukup beruntung bagi seseorang yang hidup pada masa industrialisasi Inggris. 1863 bukanlah tahun yang baik kecuali karena ia dipertemukan kembali dengan keluarga terhormatnya dan hidup dala...