Chapter XXXIII

2.4K 257 26
                                    

"Hey, Henry" Eleanor menepuk pundak Henry yang bersandar di kursi makan. Ia sedang membaca beberapa surat kabar yang baru saja tiba dengan bantuan kaca pembesar. Ia menegakkan duduknya akibat tepukan itu. Pagi ini satu babi panggang utuh tersaji di atas meja makan, namun selai-selai itu lebih menarik bagi Eleanor.

"Hei." Eleanor mengamati semua makanan di atas meja yang tidak disentuh sama sekali oleh Henry. Ia mengambil roti dan margarin lengkap dengan selai blueberry di seberangnya.

"Ini" Arthur menggeserkan selai agar mendekat pada Eleanor.

"Terima kasih, Arthur."

"Eleanorku sayang!" Mrs. Collins langsung duduk di sebelahnya setelah melihat keponakannya masuk ke ruang makan, "Kau harus mencoba resep bibi! Oat dan beberapa potong buah segar di dalamnya, lihat!" ia menunjukkan potongan pisang dan strawberry, yang sebenarnya sudah tenggelam dalam oat, dengan sendok. Menyadari ketidak hadiran Isabella, Mrs. Collins sibuk mencarinya. Ia beranjak menuju ruang baca, ruang musik, dapur kotor hingga pekarangan belakang. Dua orang pelayan menaruh satu set cangkir bercorak dengan poci dan satu cangkir penuh dengan balok gula.

"Tolong buatkan kopi" ujar Henry saat salah seorang pelayan menuangkan teh hangat di depannya, ia menahan poci agar tidak menuangkan teh hangatnya, "aku tidak akan minum teh pagi ini."

"Kau jarang meminum kopi biasanya, Henry" timpal Eleanor, "Oh aku hendak memberitahu kalian sesuatu. Seorang pria bernama Timothy Moore mengaku mengenal Thomas dan menyampaikan salam pada kalian semua."

"Timothy Moore," tampaknya pembicaraan ini menarik perhatian Henry dari surat kabar yang sudah satu jam ia baca, "dimana kau bertemu dengannya?"

"Edinburgh! Ia berada di ruangan saat peristiwa Sebastian..."

"Oh tentang itu, tolong ceritakan kronologisnya, Eleanor!" bukan hanya Henry, bahkan seorang William tertarik untuk membicarakannya.

"Aku tidak mengetahui secara pasti karena hanya Isabella yang berada di sana saat kejadian. Aku mendengar keributan di koridor dan seorang pria, Timothy Moore, berlari tepat menuju ke arah kamar Isabella."

"Maaf ku hentikan kau di sini, maksudmu Sebastian tidur dalam kamar yang sama dengan Isabella?"

"Tepat sekali. Aku sangat senang mengetahui Douglas menyediakan mereka kamar yang sama!"

"Sebastian pasti memintanya" potong Henry yang sudah tidak terlihat antusias. Ia kembali membuka surat kabar dan membacanya, namun ia masih mendengarkan semua pembicaraan yang terjadi di meja makan.

"Biarkan aku menyelesaikan kalimatku! Baik, saat aku memasuki ruangan itu, hanya ada Sebastian, Isabella dan Mr. Moore, dan aku baru mengetahui beberapa jam kemudian bahwa ia adalah saudara dari Leonore Kingston."

"Apa ia membawa istrinya?" tanya William.

"Sepertinya tidak, aku tidak melihat wanita yang bersamanya dalam sehari penuh bahkan hingga Sebastian mengirim kami kembali ke London"

"Ia belum menikah," tambah Henry, masih fokus pada surat kabarnya.

"Benarkah? Tapi ia terlihat sudah berumur bagi seorang pria! Ah ya, ia baru pulang dari Afrika!"

Henry sempat menaruh surat kabar dan mengingat perkataan Chayton mengenai tiga hakim yang kembali ke Inggris. Satu kebenaran yang pernah dikemukakan oleh seseorang sepertinya.

Isabella and The Duke (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang