Mr. Hougham
Kereta kuda itu mulai memasuki pekarangan tak berpagar. Isabella menatap rumahnya dari dalam kereta, sebuah senyuman terukir di wajahnya. Akhirnya ia kembali mengunjungi rumah lamanya, rumah yang di bangun oleh ayahnya sendiri. Setelah kereta kuda berhenti dengan sempurna, Paman Louis dan Bibi Kate yang terlebih dahulu turun, lalu diikuti oleh Isabella dan juga Eleanor. Paman Louis mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya dan memasukkannya ke lubang kunci. Setelah terdengar suara klik, ia membuka pintu itu.
Debu-debu berhamburan. Beberapa sarang laba-laba terlihat di sudut-sudut ruangan.
"Kita baru meninggalkannya setahun," Paman Louis menarik kain putih yang menyelimuti sofa cokelat reot di ruang keluarga. Bibi Kate langsung duduk di sana, ia tampaknya tak kuat bila di suruh berdiri terlalu lama. Isabella menyentuh figura di atas laci. Itu foto ia dan ayahnya memeluk Doki.
Ia ingat sekali bahwa foto itu di ambil saat ia berusia empat tahun dan Doki baru saja ayahnya selamatkan dari pasar rakyat kala itu. Ibunya, Penelope Pierre, sedang mengandung Eleanor, maka ia tak mau ikut berfoto dan memilih untuk duduk di sofa cokelat yang saat ini sudah sangat rapuh.
"Aku yakin Henry lupa untuk memasukkan figura itu ke dalam kereta saat merapikan barang-barangmu, Isabella," Paman Louis ikut memandang figuranya "Kuharap Thomas Collins masih di sini, ku harap ia masih bisa memberikanku beberapa nasihat."
"Henry merapikan barang-barangku?"
"Benar, ia yang sibuk mengurus perpindahanmu dan Eleanor" Bibi Kate menambahi. Merakan atmosfer percakapan yang mulai tidak menyenangkan, Paman Louis menggebrak meja keras.
"Baik! Kita di sini bukan untuk bersedih, namun melepas kerinduan kalian terhadap rumah ini. Bila ada barang yang hendak di bawa, maka bawalah. Kami akan berjalan sekitar sini, dan akan kembali satu jam lagi. Kalian berdua—" Paman Louis mengarahkan tangannya ke Isabella dan Eleanor "berjalan-jalanlah, ingat, waktu kalian hanya satu jam." Paman dan bibinya pergi, mereka berjalan bergandengan satu-sama lain menelusuri jalan setapak penuh kerikil.
Isabella dan Eleanor mengitari rumahnya dan bermain ayunan di pekarangan belakang. Mereka menertawakan sesuatu yang tidak penting, namun cukup untuk menghibur satu sama lain. Mereka berhenti saat terdengar suara pintu dibuka dengan seorang laki-laki yang berbicara. Isabella berlari ke depan rumahnya, melihat seseorang sudah berada di depan pintunya.
"Mr. Hougham!" Ia ingin menjerit, namun ia redam segalanya. Ia berlari dan membukakan pintu untuk tetangganya itu.
"Miss Collins?" lelaki itu tersenyum, namun tak ada lagi kata-kata yang keluar dari bibirnya.
"Kau tidak merindukan aku, heh?" Isabella mendorong bahu kanan Mr. Hougham pelan. Tak ada yang ingin Mr. Hougham lakukan selain memeluk wanita di hadapannya, namun ia tak bisa melakukannya, ia tak bisa memeluk Isabella.
"Hai," ia membuka topinya dan membungkuk. Isabella juga memberi salam kepada tetangganya itu. Isabella memanggil Eleanor untuk berkenalan dengan Mr. Hougham namun Eleanor sudah mengenalnya sedari dulu.
"Ia datang di pemakaman papa" Ujar Eleanor. Ketiganya berjalan bersama menuju taman.
"Oh begitu. Mr. Hougham?"
"Ada apa, Miss Collins?"
"Kulihat rumahmu sangat sunyi, ada apa?"
"Aku dan bibi Claire sudah pindah. Aku menjadi anggota pemerintahan dan aku hanya berkunjung untuk melihat tanamanku. Lalu"
"Lalu?" Eleanor memancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella and The Duke (On Hold)
Historical FictionIsabella Collins; Seorang wanita yang mandiri, periang, dan cukup beruntung bagi seseorang yang hidup pada masa industrialisasi Inggris. 1863 bukanlah tahun yang baik kecuali karena ia dipertemukan kembali dengan keluarga terhormatnya dan hidup dala...