Chapter XXXVII

1.1K 163 17
                                    

Satu minggu setelah kejadian melarikan diri, Isabella sudah berada di Northingham Manor, membaca buku, berkebun, melukis, serta melakukan segala hal seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Sudah satu minggu pula ia tidak berbicara dengan Henry, bukan karena ia tidak menghendaki, namun Henry yang tidak memiliki waktu untuknya. Isabella memaksakan diri untuk membaca paragraf baru dari buku yang dipinjam dari Isadora sebelum pelayannya mengabarkan bahwa makan pagi sudah siap. Ia menghela napas karena membayangkan bagaimana kakunya makan pagi hari ini, memang bukan yang pertama, namun berhadapan dengan Henry secara langsung dalam tiga puluh menit membawa sensasi tersendiri, sensasi dalam ketakutan yang selalu Isabella miliki terhadapnya. Seminggu terakhir, hanya Eleanor yang mau berbicara dengannya, bahkan seorang Arthur lebih diam dari biasanya. William? Jangan ditanya, melihat Isabella saja ia enggan. Entah kebencian apa yang dimiliki saudara kandung Henry, namun William benar-benar tidak menyukai Isabella dan Eleanor. Saking tidak sukanya, ia bahkan tidak acuh atas kepergian Isabella dan apapun yang menyangkut dua sepupunya. Isabella berjalan, lalu berhenti di ujung tangga, mencoba menenangkan detak jantungnya. Kepalanya kembali menggambarkan situasi bagaimana ketiga pria itu akan memandangnya dan mendiamkannya seharian. Sepanjang perjalanannya, Isabella mendengar banyak suara saling bersautan dari ruang makan. Beberapa kali juga suara tawa terdengar. Seperti dugaannya, banyak sekali orang berkumpul di ruangan yang tidak begitu besar. Masih kepalanya memproses, Mrs. Collins menyambutnya dengan ceria.

"Isabellaku sayang!"

"Bibi" Isabella membalas pelukan bibinya, dari bahu wanita itu, Isabella menangkap sorot mata Henry yang menatapnya, lalu pria itu mengalihkan pandangannya pada meja makan. Isabella mendapati Mr. Morris, Mrs. Morris dan Marie di ruang yang sama, "aku tidak tahu mereka akan berkunjung."

Di belakangnya, William berjalan malas lalu memeluk ibunya ringan sebelum berjalan menuju ruang makan. Mrs. Collins tersenyum lalu menyuruh Isabella memasuki ruang makan terlebih dahulu, ia menyusul tidak lama setelahnya.

Kling Kling Kling. Mrs. Morris mengetuk cangkir porselennya dengan sendok dalam upaya menarik perhatian semua yang ada di sana. Isabella yang duduk di sebelah Arthur—yang terus terdiam seperti biasanya—turut menoleh pada sumber suara. Mrs. Collins memberikan senyuman kecil saat seluruhnya telah memerhatikannya.

"Aku, memiliki sebuah kabar baik, yang mungkin bisa menjadi buruk" ia tersenyum pada Henry, "selama dua pekan, selama kehadiranku di Bath, aku menghabiskan banyak waktu bersama suamiku dan akhirnya kamu tenggelam dalam diskusi pada setiap malam. Kami, mengambil keputusan akhir, bahwa Louis Collins, Adipati dari Romford akan melepaskan gelarnya—" seluruh orang terkejut. Arthur meneguk tehnya kaku, William masih ternganga, Eleanor yang dengan cepat memerhatikan Henry dan Isabella yang menatap piring kosong. Mrs. Collins berdeham, ia mencoba mencairkan suasana, "—aku mengira ini akan menjadi kabar yang sungguh mengejutkan. Namun aku benar-benar harus memberitahu kalian karena Louis tidak akan hadir hari ini. Ia—menyerahkan gelarnya pada Henryku tersayang." Baru saat namanya disebut, Henry hanya memejamkan kedua matanya, tangannya menggenggam sendok dengan sangat erat.

"Well, berita yang sangat bahagia. Mari kita rayakan suka cita ini, selamat untukmu, anakku" Mrs. Morris memeluk Henry meskipun pria itu tidak membalasnya. Marie yang duduk di sebelah Henry langsung meraih tangan kiri pria itu dan menggenggamnya.

"Aku turut bahagia atas berita ini, Henry."

"Aku pun!" Eleanor beranjak dan berjalan memutari meja makan hanya untuk dapat memberikan selamat pada Henry yang sebenarnya duduk berhadapan dengannya, "bukankah ini kali pertama Collins melepaskan gelar mendahului kematian?"

"Oh tidak, Eleanor, ayahmu melepaskan gelar ini jauh sebelum kematiannya. Kau mengingatnya bukan?" sanggah Mrs. Morris.

Beberapa pelayan terlihat menyelamati Henry saat mereka menyajikan makanan di atas meja. Hanya beberapa kali Henry terlihat menanggapi apa yang baru terjadi. Ia tetap duduk di kursinya, menggenggam sendok, namun tatapannya kosong.

Isabella and The Duke (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang