Fajar menjelang di hari keempat setelah dansa di balai kota Romford dan Isabella tidak mengajak Henry berbicara sedikit pun karena begitu juga sebaliknya. Henry mendiamkan Isabella sejak pertemuan mereka di luar balai kota dengan Hougham jelas membawa kecurigaan pada Eleanor yang terus mengamati dua orang yang seharusnya bertindak lebih dewasa darinya. Entah apa yang Isabella rasakan, ia hanya tidak senang bahwa kenyataannya Henry menyembunyikan seorang wanita darinya dan dari keluarganya. Sorot mata Isabella mencekam akhir-akhir ini membuat William yang dianggap paling berani menganggunya terpaksa untuk tetap diam.
"Cukup!" Isabella menggeser piringnya yang masih penuh dan meminum sedikit teh lalu menaruh cangkirnya kembali ke atas meja dengan cukup kasar membuat Henry menaikkan pandangannya dari makanan menuju Isabella yang duduk di serong kanan.
"Henry, lebih baik kau terbuka pada keluargamu sendiri!" tambahnya sembari melipat serbet dan menaruhnya di kursi saat ia beranjak, "kami tidak akan menghakimimu."
Henry menaikkan satu alis matanya dan memandang bingung Isabella, "Apa maksudmu, Isabella?"
Isabella memejamkan matanya menunggu agar pikirannya tenang, "Tidak. Abaikan saja. Aku akan pergi hingga sore dan melewati makan malam."
"Tidak ada yang mengizinkanmu meninggalkan rumah ini" larang Henry.
"Aku wanita dewasa yang tidak membutuhkan persetujuan siapa pun termasuk pria sepertimu. Kau cukup mengekangku mengenai Sebastian, namun aku tidak akan memperbolehkanmu melarangku untuk menjalani hari-hariku."
"Kau tidak boleh pergi."
"Aku akan pergi dan itu sebuah pernyataan!"
"Tidak."
"Kau akan mengunjungi siapa, Isabella?" tanya Eleanor yang berusaha menghentikan perdebatan di meja makan.
"Aku hendak membeli beberapa kertas dan roti tawar."
"Jangan berbohong, Isabella!" nada bicara Henry yang semula tenang dan hangat seketika menjadi tinggi dan dingin berhasil memancing William untuk ikut berpendapat.
"Isabella, kau selalu membuat pagiku hancur! Sungguh! Perangaimu begitu menyebalkan!"
"Dapatkah kau tinggalkan perdebatan ini hanya pada Henry dan Isabella, Will?" kali ini Eleanor angkat bicara, namun keduanya terkunci dalam pandangan yang tajam. Arthur meminum tehnya dan memilih untuk menunduk, berharap ini segera berakhir.
"Beri tahu saudarimu untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh Henry!"
"Dan kau bahkan tidak pernah menuruti Saudaramu sendiri, Will! Henry, ia mencium wanita lain di pesta dansa saat itu! Aku melihatnya!"
"El—lancangnya dirimu!" William bangkit, menunjuk Eleanor dengan pisau rotinya dan terus memakinya, "tubuhku bukan menjadi urusanmu. Kau hanya iri melihatku begitu, bukan? Karena kau hanyalah anak seorang Collins yang memutuskan untuk melepas gelarnya demi wanita! Ayahmu melakukan kesalahan yang jauh lebih buruk dari pada aku yang hanya mencium wanita di pesta dansa!"
"Will, El—" Isabella sedikit bingung mengapa dua orang ini yang berdebat.
"Shh Isabella! Aku belum selesai!" kali ini Eleanor ikut bangkit, "Setidaknya ayahku tidak menggoda wanita yang telah menjadi istri pria lain!"
William terlihat tersinggung dengan apa yang dikatakan Eleanor. Ya. Dia mencium seorang wanita yang telah menikah di pesta dansa malam ini. Bukan William jika ia tidak melawan, "Ha! Lalu bagaimana dengan saudarimu! Kau sibuk menjatuhkanku selagi kau melupakan saudarimu sendiri!"
"Isabella tidak melakukan apa pun di pesta dansa! Ia tidak akan melakukan perbuatan tak beretika seperti dirimu!"
"Benarkah begitu, Isabella?" William tersenyum sinis pada Isabella, membuat sisanya menunggu dengan penuh ketidak yakinan, "bukan kah kau mencium Hougham malam itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella and The Duke (On Hold)
Fiksi SejarahIsabella Collins; Seorang wanita yang mandiri, periang, dan cukup beruntung bagi seseorang yang hidup pada masa industrialisasi Inggris. 1863 bukanlah tahun yang baik kecuali karena ia dipertemukan kembali dengan keluarga terhormatnya dan hidup dala...