Chapter VI

4.2K 342 8
                                    

Persiapan

Pagi itu seluruh keluarga Collins sudah berkumpul di ruang makan sembari menunggu sarapan yang belum disajikan oleh para pelayan. William bermain dengan garpu dan pisau, menjadikan pisau bak pedang yang sedang ia genggam. Paman Louis sibuk dengan surat kabar yang ia baca, berita-berita mengenai istana sangat menarik terhadapnya. Di sampingnya, Bibi Kate sedang berbincang serius dengan Henry yang duduk tepat di sampingnya dan di hadapan Isabella. Di samping Isabella, Eleanor tampak asyik membicarakan buku yang semalam ia baca dengan Arthur yang cukup antusias menganggapinya. Seketika Isabella merasakan bahwa hanya dirinyalah yang belum membaur dengan keluarga ini, keluarga pamannya sendiri. Ia memang tak mudah bergaul, untuk mengenal Mr. Hougham saja membutuhkan waktu sepuluh tahun baginya, padahal Mr. Hougham adalah tetangganya sedari dulu. Dan ia harus bisa membaur dengan keluarga pamannya yang sudah lama sekali tidak ia temui dan jarang sekali pamannya memiliki waktu untuk mengunjungi ayahnya kala itu, kala Thomas Collins masih sehat, kala pamannya masih menduduki posisi tinggi dalam parlemen. 'kuharap keluarga ini akan tetap seperti ini, saling menyayangi dan sangat menghangatkan satu-sama lain. Tak ada rumah selain keluarga.' Isabella bergumam dalam hati sembari melipat serbetnya dan membukanya lagi.

"Apa tidak ada kabar dari ibu?" Isabella mencairkan suasana, menarik perhatian keluarganya.

"Aku sangat khawatir perihal ibu, namun aku sangat yakin kalian menyayangiku dan akan menjagaku serta Eleanor dan—tidak akan menelantarkan kami" terlalu banyak jeda dalam perkataan Isabella yang menandakan kegugupannya dalam menyatakan hal tersebut.

"Oh Isabella sayang, ada apa? Kami sangat menyayangimu. Bibi dan eh kami semua berharap kau selalu memahami itu, kami sangat menyayangi kalian dan perihal ibumu, maaf tapi tidak ada kabar dari Paris." Isabella mengangguk mengerti, bila suasana di rumah itu hancur, maka ialah yang patut disalahkan atas pertanyaan konyolnya itu.

"Isabella, perihal ibumu. Ia sudah tidakk memiliki hak apa pun di tanah ini. Ia sudah menjanda setelah kematian ayahmu, ia sudah menjadikanku wali atas dirimu dan Eleanor, akulah yang akan menikahkan kalian kelak menggantikan kakakku, ayah kalian. Bila kau membicarakan tentang kesehatannya, kami tidak mengetahuinya. Yang kami tahu adalah kami mengirimnya dengan kapal layar tercepat yang ada di Britania Raya, dan kurasa ia sudah berlabuh di Paris. Aku tidak mendengar kabar buruk dari kapal tersebut, jadi kumohon jangan kau terlalu memikirkan hal tersebut." Paman Louis memberikan pengertian kepada kedua keponakannya tersebut. Keraguan Isabella mengenai pesta dansa kembali menghampiri benaknya, ia merasa ragu untuk menghadiri meskipun pujaan hatinya telah mengajaknya.

"Bibi, paman, perihal pesta dansa—"

"Aku hampir lupa untuk membicarakannya! Tak apa, undangannya sudah kuterima, sekarang aku akan memasangkan kalian satu persatu."

"Ah itu—" Isabella hendak memotong, namun pamannya sudah terlanjur berdiri dan menatapnya dengan antusias.

"Henry akan dan pasti aku pasangkan dengan Isabella. Karena kalian berdua sangat serasi, dan akan menarik perhatian para bangsawan di sana. Eleanor akan kupasangkan dengan William dan Arthur—"

"Aku tidak akan hadir!" Arthur menyela.

"Tidak ada yang tidak hadir malam ini. Semuanya, tanpa terkecuali dirimu." Paman Louis menunjuk anak bungsunya. Saat paman Louis dan Arthur berdebat, William juga ikut menolak dipasangkan dengan Eleanor, ia lebih memilih dipasangkan dengan seorang pelayan dibanding harus berjalan bersama Eleanor menuju pesta dansa. Bibi Kate hanya tertawa kecil, "Oh maafkan mereka Isabella, Eleanor, terkadang mereka bertindak cukup konyol." Konyol? Dimata Eleanor tindakan sepupunya terutama William sudah tidak bermartabat. Ia berani menghina garis keluarganya sendiri dan membandingkan dirinya dengan seorang pelayan.

Isabella and The Duke (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang