Detik telah berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Sudah dua pekan setelah pertunjukan. Pembicaraan mengenai bunyi lonceng dan meriam misterius sudah mulai terlupakan. Mary sudah kembali menuju rumah pekerja di Southwell dengan Henry yang mengantarnya seorang diri. Rakyat London kembali mencari berita-berita hangat terbaru, suara misterius itu belum dapat terpecahkan. Sudah dua pekan pula Sebastian tidak berkunjung maupun mengirimnya surat.
Ini adalah pagi dimana pesta dansa debut istana kedua akan digelar malam nanti. Isabella menutup matanya dengan bantal ketika seorang pelayan menyibak tirai dan membawakannya susu hangat beserta wafer kecil dengan cokelat leleh di atasnya. Ia meregangkan seluruh tubuhnya, memijat lengannya pelan lalu duduk di tepian ranjang. Kelambu itu diikatnya pada tiang-tiang penyangga ranjang selagi matanya mencari sisir.
Lucy masuk dengan pakaian ganti Isabella lengkap; tidak lupa bonnet dan sepatu bootnya. Isabella berjalan menuju bak mandi dengan api yang masih menyala pada sumbu api di bawah. Lily meniup dan mencelupkan tangannya ke dalam air. Ia memasukkan kain-kain putih bersih dan menempelkannya pada dinding aluminium bak mandi yang sudah sangat panas. Tujuannya agar panas itu tidak melepuhkan kulit Isabella saat perempuan itu berendam. Lucy masuk ke dalam kamar mandi dan membuka jendela kecil, membiarkan uap panas itu mengepul keluar. Dari bawah, pekarangan samping, Arthur sedang bermain dengan bola kasti kecil. Ia terlihat mengejar Eleanor dan melemparnya dengan bola cukup kencang. William dan Henry turut hadir. Beberapa pelayan pria hingga wanita ikut menonton permainan itu.
"Airnya sudah siap, Miss" Lucy membantu Isabella melepas lapisan pakaian.
Setelah tak ada sehelai kain apapun pada tubuhnya, Isabella mencelupkan dirinya pada bak mandi dengan airnya yang masih sangat panas. Namun udara dingin di luar dan kabut yang menutupi perbukitan di belakang menjadikannya terasa nyaman. Lily menahan rambut panjang Isabella di luar bak mandi, membiarkannya terurai panjang hampir menyentuh lantai. Isabella terdiam kala dua pelayan pribadinya membersihkan dirinya dengan sabun keras. Dua puluh menit, hingga Lucy kembali membantu Isabella untuk bangkit. Ia mengeringkan tubuh tuannya dengan kain di saat rekannya menggulung rambut Isabella ke atas dan menahannya. Ketiga wanita itu berjalan kembali menuju kamar tidur utama dan Isabella berdiri di depan cermin tinggi di hadapannya. Ia memerhatikan tubuhnya sedikit demi sedikit hingga semuanya tertutup oleh kain hingga lapisan yang paling luar; gaun berwarna keunguan.
Rambutnya menjadi yang terakhir, Lucy menggulungnya sederhana namun kuat. Ia memasangkan hiasan rambut pada gulungannya. Isabella kemudian beranjak berdiri dan memakai sepatu. Ia meninggalkan kamar selagi dua pelayannya dengan cepat merapikan ranjang hingga meja rias yang terlihat berantakan.
Northingham Manor terlihat sepi namun damai rasanya. Hampir seluruh pelayan berkumpul di pekarangan samping untuk melihat permainan bola yang sedang dimainkan oleh Arthur dan Eleanor. Isabella menyusuri koridor, membawa buku di tangan, yang rencananya hendak ia baca di beranda depan. Namun langkahnya terhenti ketika melihat dua pelayan wanita yang sedang membersihkan ruang kerja Henry. Mereka melakukan tugas sehari-harinya; membuka tirai, merapikan meja, mematikan perapian dan membersihkan benda-benda logam hingga cermin di atas perapian.
"Aku harus membunuhnya."
Kalimat itu yang membuat Isabella termenung. Ia merapatkan dirinya pada ambang pintu yang terbuka, mencoba mendengarkan pembicaraan dari dalam.
"Kau tidak boleh melakukannya, Sarah. Kau harus bicara padanya sekali lagi mengenai ini."
"Cepat atau lambat mereka akan menyadari perubahan pada tubuhku, Em. Terlebih Lord Collins—dengan mata elangnya, ia akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku sudah tidak memiliki baju yang dapat kugunakan lagi, semuanya sudah terlalu sempit rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella and The Duke (On Hold)
Historical FictionIsabella Collins; Seorang wanita yang mandiri, periang, dan cukup beruntung bagi seseorang yang hidup pada masa industrialisasi Inggris. 1863 bukanlah tahun yang baik kecuali karena ia dipertemukan kembali dengan keluarga terhormatnya dan hidup dala...