Dari tidak kembali sendiri, melainkan bersama sepasang kekasih yang mengikutinya dari belakang. Pak Bos dan Wanda. Mutia yang tengah memerhatikan Disa diberi kutek warna-warni, kini menoleh dan speechless karena melihat Samudera Andaru yang tampan dan berwibawa.
"Kenalin, Mut. Ini bos gue sama pacarnya---"
"Kami hanya teman biasa," potong Daru, meralat ucapan Dari yang mengenalkan mereka pada Mutia. Wanda sendiri sempat melirik ke arah laki-laki yang berdiri di sebelahnya, kemudian tersenyum tipis.
"Ya, hanya teman aja," imbuh perempuan berambut panjang dan berwajah cantik itu dengan lembut.
"Oh iya." Mutia ngangguk-ngangguk dan refleks berdiri. Padahal bukan dia yang punya tempatnya. "Silakan duduk Pa, Bu, ini pake aja bangkunya. Saya kuat berdiri," lanjutnya lagi yang salting dan menjauhkan bokong dari kursi yang diduduki. Hanya ada tiga kursi yang tersedia.
"Duduk saja, hanya Wanda yang ingin mempercantik kuku. Saya tidak," sahut Daru dengan sopan.
"O-oh iya, Pa." Mutia akhirnya memutuskan untuk duduk lagi.
Daru sempat tersenyum ke arah saudara Dari, kemudian dia menatap perempuan yang masih berdiri di sebelahnya. "Silakan, Wanda. Saya tunggu kamu di sana."
Dia menunjuk sofa panjang yang ada tidak jauh dari sini. Sebetulnya dia bingung ingin mengajak Wanda ke mana setelah mereka makan bersama, untung saja dia bertemu Dari dan perempuan itu menyinggung soal salon nail art. Bukan ide yang buruk mengajak Wanda ke sini.
"Oke, Daru."
Sekarang, manik mata lelaki itu beralih pada perempuan berambut sebahu yang memakai celana jeans juga kaos oblong putih dengan gambar beruang. Kalau begini, dia terlihat masih seperti remaja dan tidak akan kelihatan kalau sudah mempunyai satu anak perempuan.
"Duduk saja di sana bersama saya," katanya yang membuat pemilik mata bulat dan besar ini mengangguk. Kuku-kuku Disa masih dipercantik dan belum selesai.
"Nanti kalau kalian udah selesai bilang ya, Mut," ucap Dari yang kini menepuk bahu saudaranya.
"Iya. Sebentar lagi kok."
Dari cukup canggung duduk bersama bosnya di luar urusan kerja. Ada jarak cukup lebar di antara mereka. Wulandari bingung mau bicara apa untuk berbasa-basi tetapi di satu sisi dia sedang tidak ingin bicara mengenai apa pun. Dia melirik lagi ke arah Mutia dan anaknya berada, berharap mereka bisa cepat selesai dan Dari bisa pergi dari sini.
"Dari," panggil Andaru akhirnya, membuat si pemilik mata bulat dan besar ini menggeser bola matanya dan menatap laki-laki jangkung dan besar yang duduk di sebelah dia.
"Iya, Pak?"
"Mumpung kamu ada di sini, saya mau minta bantuan kamu. Keberatan tidak?"
"Tidak, Pak. Bapak mau apa?" Perempuan berambut sebahu ini membenarkan posisi duduknya menjadi lebih tegak, disertai cengiran yang muncul di bibirnya.
"Sudah seminggu ini saya tidak datang ke apartemen, bisa kamu bersihkan apartemen saya?" tanyanya yang membuat Dari terkejut, tetapi sedetik kemudian dia berusaha menahan rasa kagetnya. "Saya biasanya selalu merapikan apartemen sendiri, tetapi hari ini sedang malas. Kamu saja, ya?"
"Oh, iya, baik, Pak." Dari mengangguk. "Kapan saya bisa mulai mengerjakan tugasnya, Pak?"
"Setelah Wanda selesai dengan urusannya," jawab Andaru. "Tidak susah kok, kamu hanya perlu membersihkan ruangan, mengganti sprei, dan membantu saya menata beberapa perabotan yang sudah saya beli tetapi belum sempat dirapikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
FanfictionWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...