24 | Gara-gara gangguan nyamuk.

3.1K 662 78
                                    

"Nanti di jalan kedua langsung belok kiri, Dari."

"Baik, Pak Daru."

Bermodalkan lokasi yang sudah di-share adiknya Ratna melalui whatsapp, mobil milik Samudera Andaru yang dikendarai Wulandari melesat cepat beradu dengan kendaraan-kendaraan lain di jalan ibu kota. Tempat kos Ratna letaknya tidak terlalu jauh dari kantor, tetapi untuk rumahnya lumayan karena berada di pinggir kota.

Padahal kemarin Ratna tidak terlihat ada masalah sama sekali di kantor. Dia masih beraktivitas seperti biasa dan tidak mengeluh apa-apa. Bahkan sempat mengobrol dengan Daru mengenai schedule minggu depan di mana dia akan ikut ke Semarang menemani Daru mengunjungi kolega dari perusahaan rekan kerja papa.

Saat mereka tiba di sana, kondisi di depan rumah keluarga Ratna sudah ramai. Tetangga dan sanak saudara berkumpul untuk melihat Ratna untuk yang terakhir kali.

Dari berjalan di belakang bosnya, masuk ke dalam rumah bertemu dengan orang tua Ratna. Mereka sedih dan terpukul dengan pilihan anaknya yang memilih mengakhiri hidup dengan cara begini, bahkan sang mama sampai tidak bisa berkata apa-apa selain menangisi kepergian anaknya yang tiba-tiba.

Setelah dirinya dan Daru melihat kondisi Ratna untuk terakhir kali, perempuan beranak satu itu tidak kuasa untuk menahan tangis. Pasti rasanya berat untuk Mba Ratna, mungkin dia malu dan takut bicara pada orang tuanya saat tahu kalau dirinya hamil di luar pernikahan.

Ingatan Dari kembali pada dirinya sendiri beberapa tahun lalu. Kalau dipikir lagi, dia juga sama seperti Mba Ratna. Mencoba mengakhiri hidup karena merasa buntu, tetapi berkali-kali gagal. Sepertinya, Tuhan belum memperbolehkan dia untuk pergi dulu.

Andaru yang melihat Dari menangis, langsung merangkul perempuan berambut sebahu yang memakai seragam kerjanya ini kemudian mengusap-usap lengannya. Dia mengajak Dari duduk di bangku kosong yang tersisa, kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana.

Sapu tangannya. Sapu tangan favorit yang sering dibawa Daru kemana-mana, dibeli oleh Thalita waktu itu.

"Pakai ini untuk mengelap airmata kamu, Dari," lirih lelaki itu yang dibalas anggukan dan ucapan terima kasih sambil terisak. Tangannya agak gemetar saat menerima benda dari bosnya. Dia masih tidak menyangka kalau Mba Ratna pergi secepat ini. Mereka bahkan belum terlalu mengenal secara dekat.

Dari terus duduk di samping bosnya. Di sebelah Daru kini ada papa dari Ratna. Sorot matanya tidak berbohong kalau dia merasa sedih sekali, tetapi lelaki tua itu terlihat tenang dan bisa sedikit bercerita pada Andaru mengenai kematian sang anak.

Ratna pulang ke rumah kemarin malam, tidak seperti biasa dia pulang bukan di hari libur atau saat tanggal merah. Saat di rumah, dia masih bersikap seperti biasa. Makan malam bersama mereka dan mengobrol banyak hal, tetapi memang dia bilang ingin pamit tidur lebih dulu.

Saat ingin dibangunkan sarapan, diketuk pintu kamarnya tetapi tidak ada respons. Ketika sang adik iseng mencoba memutar knop pintu, ternyata pintunya tidak dikunci. Adiknya yang masih duduk di bangku SMA itu menjerit histeris mendapati tubuh kakak perempuannya sudah tergantung di dekat lemari. Dia langsung memanggil kedua orang tuanya yang ada di ruang makan.

Di atas meja, dia meninggalkan surat berisi permintaan maaf dan alasan dia mengakhiri hidup. Selain itu, Ratna juga menaruh dua kartu debit berisi uang tabungan miliknya dan mencatat nomor pin di kertas.

"Maaf kalau saya lancang, Pak. Tapi boleh tahu apa alasan dia melakukan hal itu?" tanya Daru hati-hati. Dia sudah tahu jawabannya, namun ingin memastikan supaya lebih jelas. Takut ada hal lain yang sebenarnya menjadi masalah untuk dia juga tetapi tidak diceritakan pada Daru.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang