"Bubu, Bubu dan bobo dulu," kata anak perempuan yang berbaring di sebelah Dari malam ini. Dia sudah melepas pakaian, menyisakan dalaman yang biasa dipakai kalau mau tidur. (Bubu, Bubu jangan bobo dulu)
Rambut sebahunya berterbangan pelan karena ulah kipas angin yang mengarah pada mereka berdua. Poni anak itu terangkat-angkat ke atas dan membuat kening lebarnya terlihat.
"Kenapa gak boleh bobo Bubunya, hm?" tanya Dari yang berbaring miring dan fokus pada sang anak.
"Nca dulu ang bobona. Ntar ada papa, nakut." (Disa dulu yang bobo. Ntar ada papa, takut)
Mendengar itu, Dari mendadak bungkam. Dia tidak lagi berucap apa-apa. Hanya menatap kedua manik mata anaknya yang tengah memegangi botol berisi susu hangat yang masih penuh.
Dia masih memanggil Rio dengan panggilan papa. Bukan karena Disa menganggap lelaki itu ayahnya, tetapi karena menurut Disa ... papa adalah nama asli dari Rio.
"Bubu, cini ada ya. Dan mana-mana ntar Nca diubit agi." (Bubu, di sini aja ya. Jangan ke mana-mana ntar Disa dicubit lagi)
"Iya, Sayang. Disa tenang aja, ya? Bubu, nenek sama kakek pasti bakal jagain Disa terus. Kita gak akan biarin Disa dibawa lagi sama dia," kata Dari. "Asalkan Disa janji, harus nurut kalau dibilangin, ya?"
Anak itu mengangguk.
"Gak boleh pergi kalau bukan sama Bubu, atau nenek sama kakek. Ngerti?"
"Alo ama ante oleh?" Ante itu maksudnya Tante Mutiara, saudara sebaya paling dekat dengan Dari. (Kalo sama tante boleh?)
"Tetep harus ada Bubu."
"Ama om opi oleh?" Om kopi maksudnya Hasan. (Sama om kopi boleh?)
"Boleh, asal kalau pergi ke kedainya sama Bubu."
"Ama Abos oleh?" (Sama pak bos boleh?)
"Abos?" Dari sempat menautkan alisnya, kemudian menyahut lagi, "Boleh, tapi juga harus ada Bubu. Paham?"
Anaknya mengangguk.
"Udah, minum susunya abis itu bobo. Bubu juga mau bobo, besok takut kesiangan kerjanya." Wulandari melingkarkan tangan di perut sang anak, kemudian mendekatkan diri dan mengecup pipi serta leher anak itu beberapa kali dan membuat Disa terkekeh.
Anak itu memasukkan dot ke dalam mulut, kemudian menggerakan bibirnya untuk menyedot susu dari dalam botol berukuran besar yang masih hangat dibuat Bubu belum lama ini. Sementara Dari yang kini menaruh pipi di bahu Disa, menatap langit-langit kamar dan terpikir dengan rencana orang tuanya yang ingin pindah keluar kota setelah rumah terjual. Dengan begitu, maka papa dan Dari pun terpaksa resign, demi menjauhkan diri dari Rio.
Mama dan papa meminta maaf pada Dari karena harus kembali bersinggungan dengan Rio, itu semua karena dia bekerja di tempat Daru. Selama ini, anak mereka selalu memendamnya sendiri. Baru Dari ceritakan kemarin yang sebenarnya kalau Andaru adalah paman Rio. Mereka punya hubungan keluarga. Pantas saja, Rio cukup intens mengganggu lagi sampai berani menculik Disa.
Papa menyuruh Dari bersabar, dia akan mencoba untuk menghubungi lebih banyak teman dan kenalan supaya rumah ini bisa cepat terjual. Wulandari sendiri sebenarnya bilang tidak apa-apa harus tetap di sini, tetapi orang tuanya tetap ingin pindah ke tempat baru dan menjauh dari Rio.
Kemungkinan besar, pindah ke kampung halaman papa. Mencari rumah murah yang dijual di sana untuk ditempati mereka berempat.
Rasa bersalah perempuan ini kembali datang, jika saja dulu dia tidak terjebak dengan iming-iming cinta dan mempertahankan hubungan toxic, pasti semua tidak seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
Fiksi PenggemarWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...