"Hasan, makasih banyak udah nerima gue kerja di sini. Gue gak bakal lupain semua kebaikan lo, asli," kata Dari yang ada di salah satu meja kafe. Mereka duduk berdua berhadapan di kursi saat karyawan yang lain sudah pulang. "Kalau gue ada luang, gue pasti bakalan sering mampir ke sini biar sales toko lo nambah dikit," cengir perempuan berambut sebahu ini yang buat Hasan terkekeh.
"Gue tunggu," sahutnya. Sedetik kemudian, dia merogoh amplop berwarna putih dari dalam saku celana dan menyerahkannya pada Dari. "Ini gaji lo."
"Gue udah bilang gak perlu, San. Lagian beberapa minggu belakangan ini kerja gue gak bener, sering bolos."
"Tapi Ri ...."
"Gak apa-apa, sumpah. Bulan ini gue udah mulai dapet gaji dari bos gue, dan gajinya lebih dari cukup."
"Widih, sombong juga ya lo sekarang."
"Gak gituuu." Dari menepuk lengan lelaki yang merupakan kakak kelasnya. "Lebih baik uangnya kasih ke pegawai yang udah gantiin pas gue bolos-bolos. Biar mereka nambah betah kerja di sini."
"Oke, nanti gue bilang ke mereka kalau tambahan gaji mereka itu pemberian dari lo," putus Hasan akhirnya sambil mengangguk.
"Terserah lo aja deh."
Suasana sempat hening karena baik Dari dan Hasan sama-sama menyeruput minuman mereka. Hasan yang membuatkan langsung saat Dari dan yang lain tengah beberes kafe.
"Dari," lirih Hasan, membuat perempuan berumur 21 tahun ini menatap laki-laki itu dengan mata bulat yang dia miliki di balik cup minuman yang dia pegang. Dia tengah menghabiskan setengah cup kopi yang tersisa. Sebentar lagi akan pulang.
"Ya?" balas Dari yang menurunkan cup kosong itu dan menaruhnya di atas meja.
"Kalau Rio ganggu lo, bilang sama gue aja. Gue akan selalu ngelindungin lo di mana pun lo berada."
Mendengar itu, Dari menarik kedua sudut bibir ke atas. "Makasih," Ada jeda dalam ucapannya. "Gue gak tau harus bilang apa selain makasih karena lo udah mau jadi sahabat baik gue, San. Lo ada pas gue down, pas gue bener-bener di titik paling rendah sampe sekarang. Gue berharap lo bisa nemuin perempuan yang tepat nantinya buat masa depan lo. Gue selalu berdoa yang baik-baik buat lo, ini jujur lho. Gue gak perez, sumpah."
Lagi-lagi, Hasan terkekeh saat mendengar perkataan perempuan yang dia taksir sejak beberapa tahun lalu ini. "Iya-iya, gue percaya." Dia mengangguk-angguk. "Lo juga jangan berubah ya, Ri. Tetep jadi kaya Dari yang sekarang. Yang gak pergi atau menghindar pas lo tau perasaan gue ke lo beda, lebih dari sekedar temen biasa."
Jam setengah sebelas, Dari dan Hasan keluar dari kafe untuk kembali ke rumah masing-masing. Dari merasa lelah karena seharian ini tubuhnya diforsir untuk bekerja. Rasanya ingin langsung merebahkan diri di samping Disa dan memejamkan mata karena terlalu lelah.
***
"Dari," panggil laki-laki yang duduk di samping kemudi. Sejak tadi dia tidak banyak bicara, mungkin sedang memikirkan sesuatu.
"Iya, Pak?"
"Saya ingin tanya sesuatu, tetapi saya takut membuat kamu tidak nyaman karena ini menyangkut urusan pribadi," ucapnya dengan pelan.
"Coba saja ditanya dulu, Pak. Tidak apa-apa," kata Dari yang masih fokus mengemudi dan melihat ke depan.
"Kemarin saya tidak sengaja melihat foto kamu di dompet Rio." Mendengar ucapan bosnya, mata Dari melebar. Untung dia bisa menguasai diri saat terkejut dan tidak melakukan suatu hal yang konyol serta bisa membahayakan nyawa mereka sekarang. "Maaf kalau saya terlihat ingin ikut campur. Berarti sebelum ini, kalian pernah dekat, ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/279666754-288-k856210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
FanfictionWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...