30 | Membawa Disa pulang ke rumah.

3K 640 133
                                    

"Andaru, sini, Nak! Lihat nih ada siapa pagi-pagi datang bantuin mama bikin cake?"

Lelaki yang baru saja turun ke bawah dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum, melirik ke arah perempuan yang memakai dress biru selutut dengan rambut panjang hitamnya yang dikucir satu.

"Hai, pagi-pagi sekali datangnya," sapa Daru sambil menarik kedua sudut bibir ke atas yang membuat Wanda melakukan hal sama. "Pasti mama memaksa melakukan sesuatu yang merepotkanmu, ya?"

Mama yang mendengar itu dari mulut anak semata wayangnya, kini cemberut. Sementara Wanda terkekeh pelan untuk merespons. "Gak masalah. Mama semangat banget minta diajarin buat lava cake, aku senang ngajarinnya."

Senyum wanita di sebelah perempuan muda yang sudah digadang-gadang akan menjadi menantunya, kini mengembang.

"Sebentar lagi cake-nya jadi. Kamu jangan ke mana-mana, Daru. Pokoknya harus nyicipin cake buatan mama yang dibantu sama Wanda. Oke?"

Lelaki jangkung yang memakai kaus lengan panjang dengan celana bahan berwarna hitam ini, sekarang memasukkan kedua tangan ke saku celana. Dia sempat menatap mama dan perempuan di sebelahnya yang masih memperhatikan Daru---menunggu responsnya---kemudian mengangguk. "Oke. Nanti Daru tunggu sambil duduk di pantry."

"YES!" Wajah mamanya berubah sumringah. "Tuh kan mama bilang apa? Daru tuh sebenarnya suka sama kamu lho, Sayang. Cuma dia memang anaknya harus dipaksa sedikit," lanjut wanita dengan suara lebih pelan, tetapi Daru yang tengah menuangkan air ke dalam gelas setelah mengambil botol di kulkas ... memilih pura-pura tidak menghiraukan itu.

Wanda sempat melirik ke arah Andaru---lelaki itu bisa melihatnya walau dari ekor mata---kemudian melempar senyum manis ke arah wanita baya yang sangat menyetujui hubungan dia dan Andaru.

Sesuai ucapannya, lelaki berusia kepala tiga ini duduk manis di salah satu kursi yang ada tidak jauh dari kedua perempuan yang tengah sibuk di dapur.

"Oh ya, mama ke atas dulu. Mau nganterin cake-nya ke papa. Kamu gak apa-apa kan kalau mama tinggal berdua sama Andaru?" Wanita baya itu mengedipkan sebelah mata ke arah Wanda. Menggodanya.

"Ya." Wanda mengangguk dengan kedua tangan memegang masing-masing piring ceper berwarna putih dengan cake lava di atasnya. Satu untuk dia, dan satu lagi untuk Daru. "Silakan, Ma."

Setelah mengambil piring yang ada di atas meja, mama langsung buru-buru pergi meninggalkan keduanya.

Wanda melangkah mendekat ke arah Daru dan duduk di kursi kosong sebelah lelaki itu. Dia sempat tersenyum, kemudian menaruh satu piring ke dekat Andaru.

"Terima kasih, Wanda," ucap Daru dengan sopan yang dibalas anggukan perempuan seumuran dengannya ini. "Maaf karena mama saya merepotkan kamu, harus datang sepagi ini."

"It's okay," sahut Wanda yang sekarang mengambil sendok di atas piring kecil miliknya dan membelah cake coklat itu sampai dalamnya mengalir.

"Looks good," puji Daru saat melihat kue yang dibelah oleh perempuan cantik itu. "Pasti buatan kamu rasanya enak."

"Thank you." Perempuan yang diikat satu ini tersipu. "Tapi ini bukan aku yang buat, aku cuma bantu mamamu."

"Tetap saja ada campur tangan kamu, kan? Habis ini pasti dia akan sering buat cake yang sama."

Wanda terkekeh pelan saat mendengar perkataan Daru. Saat lelaki itu sudah memotong miliknya dan hendak mencoba cake buatan mama dan Wanda, ponsel yang dia taruh di atas meja berdering.

Daru menurunkan lagi sendok berisi sepotong cake---yang akan dia makan---ke atas piring, lalu mengambil ponsel dan melihat nama kontak orang yang menghubungi dia di layar.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang