Perempuan yang sudah bangun sejak pukul setengah empat itu gugup. Kalau dua hari lalu dia menghabiskan malam untuk menangisi nasib, malam ini dia jadi tidak bisa tidur karena besok adalah perdana kerja menjadi seorang sekretaris bos.
Dia gak pernah tahu kalau akan merasakan rasanya di posisi ini---meski pun hanya sementara karena Pak Daru masih mencari kandidat yang cocok. Dari takut melakukan kesalahan, tetapi sebisa mungkin dia akan berusaha.
Pagi ini, dia mengganti seragam supir dengan seragam pegawai kantoran. Kemeja putih panjang, rok selutut, dan heels hitam yang dia beli sejak SMA. Masih muat di kakinya karena sudah tidak bertumbuh lagi.
Jika biasanya dia berdandan natural---hanya bedak dan lipstik saja, pagi ini sedikit lebih dari biasa. Dia memakai eyeliner, maskara, tidak lupa membubuhkan blush on di kedua pipi tembamnya.
"Bubu mo ana?" tanya Disa yang terbangun karena minta diantar ke kamar mandi, ingin buang air kecil. Dia kaget saat bangun tidur dan mendapati Bubunya sangat cantik. Biasanya Dari memang tampil natural. Anak itu sampai tidak melepas tatapan dari sang mama karena bubunya kelihatan beda. [Bubu mau ke mana?]
"Mau kerja, Sayang. Kan biasanya juga Bubu kerja," kata Dari yang menuntun anak berusia tiga tahun ini keluar dan berjalan menuju kamar mandi. Jam menunjukkan pukul setengah enam.
"Nja Abos? Aik obil?" Dia masih ingat dengan laki-laki yang merupakan bosnya Dari. [Kerja di Pak Bos? Naik mobil?]
"Iya, Bubu naik mobil sama Pak Bos." Wanita beranak satu ini berjongkok di depan kamar mandi, membuka celana Disa dan setelah itu menyuruh anaknya masuk ke dalam.
"Lho, Dari? Mau ke mana pakai baju begitu?" Ibu yang baru saja pulang setelah membeli lontong sayur untuk sarapan orang rumah---tadi ingin masak tetapi gasnya habis, agen yang menjual gas belum buka kalau jam segini---terheran saat melihat outfit yang dikenakan sang anak.
"Mau kerja dong, Ma." Kini, perempuan berambut sebahu yang menunggu anaknya di depan pintu kamar mandi, menoleh ke samping dan menatap mama yang tengah menaruh kantung plastik ke atas meja.
"Kok bajunya beda? Bukan biasanya pake seragam hitam kan?" Mamanya sekarang sibuk menaruh isi lontong sayur ke dalam tiga mangkuk yang ada di atas meja. Untuk cucunya, anak itu biasa makan pagi nanti. Sekitar jam tujuh atau setengah delapan. Paling kalau pagi dia biasa tidur lagi atau minta diseduhkan susu.
"Untuk beberapa hari ke depan Dari ngerangkap jadi sekretarisnya Pak Daru juga, Ma."
"Hah? Sekretaris?" Mama menatap perempuan itu dengan tatapan terkejut. "Kamu serius, Dari?"
"Iya. Sekretaris Pak Daru meninggal kemarin. Jadi untuk sementara ini kerjaan Dari jadinya double. Supir merangkap bantu-bantu Pak Daru jadi sekretaris."
"Innalillahi wainnalillahi rajiun, sakit apa itu sekretarisnya?"
"Bunuh diri, Ma," sahut Dari setelah dia diam sebentar. Percakapan mereka terinterupsi saat bocah kecil itu berjalan menghampiri Dari sambil mengangkat-angkat kaos yang dikenakan ke atas.
"Bubu ini acah. Cirem air," katanya, menunjukkan kaos bagian bawah yang dia lipat ke atas. [Bubu ini basah. Kesiram air]
"Disa tunggu sama Nenek dulu. Duduk di kursi aja ya, Bubu mau ambil kaos baru di kamar."
"Iya." Dia mengangguk dan sedikit berlari menghampiri neneknya yang sibuk di meja makan.
Dari kembali tidak lama kemudian dengan kaos dalam untuk sang anak. Sengaja tidak diambilkan kaos biasa karena nanti juga akan mandi dan ganti baju. Dia duduk di kursi sebelah yang sudah diisi anaknya, kemudian mengganti kaos basah Disa dengan kaos dalam baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
FanficWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...