17 | Disa, bodyguard kecil Abos

3.4K 710 138
                                    

Jam empat pagi, Dari dibangunkan mendadak oleh sang mama. Mama dan papanya baru dikabarkan oleh saudara mereka di kampung kalau neneknya Dari yang sakit berpulang setengah jam lalu melalui telepon. Perempuan berusia 21 tahun ini ingin sekali ikut dan mengantar neneknya ke tempat peristirahatan yang terakhir kali, tetapi mama bilang biar Dari bekerja saja dan jaga rumah.

Dari mengantar kedua orang tuanya sampai teras sambil menangis karena mendengar berita duka dan terenyuh melihat papanya sedih. Papa sudah kehilangan dua orang tua, sekarang ini yang tersisa hanya saudara-saudara saja juga keluarga kecilnya.

Selepas menutup pagar, dia kembali masuk ke dalam rumah. Dari baru sadar ketika dia sampai kamar dan melihat anaknya masih tertidur pulas. Siapa yang akan menjaga Disa kalau dia bekerja? Tidak mungkin dititipkan pada tetangga karena mereka karena Dari merasa sungkan, belum lagi mereka juga terkena hasutan Ibunya Nayla. Mau Dari titipkan pada Mutia, tetapi saudaranya tengah kuliah. Dari tidak mau mengganggu dia yang sudah stress dengan dunianya sendiri.

Dari sempat berpikir pada siapa dia akan menitipkan Disa hari ini, tetapi tidak kunjung menemukan jawab. Terpaksa hari ini dia akan membawa anaknya bekerja. Semoga saja Pak Andaru tidak marah dan nanti Dari akan menjelaskan yang terjadi padanya setiba di kantor.

Perempuan berambut sebahu ini memilih untuk berjalan ke lemari dan mencari pakaian yang akan digunakan Disa nanti. Dia menyetrika ulang pakaian anaknya supaya lebih rapi dan pantas dilihat oleh bos besar serta orang kantor.

Setelah salat subuh, Dari melipat mukena yang dia pakai dan menoleh saat sang anak memanggil. Disa minta diantar ke kamar mandi karena ingin buang air kecil.

"Sekalian mandi sama Bubu, yuk?" kata Dari yang menghampiri anak itu dan menggendongnya.

"Andi napain?" tanyanya yang masih agak ngantuk. (Mandi ngapain?)

"Nenek sama kakek pergi, Disa ikut Bubu kerja, ya? Sekarang mandi dulu sebelum pergi biar gak bau."

"Nca nikut Bubu?" tanyanya lagi sambil menatap Dari dengan mata bulat yang dia miliki. Anak itu memang bawel. (Disa ikut Bubu?)

"Iya, naik motor ke kantornya Pak Bos."

"Emu abos?" (Ketemu Pak Bos?) Dia masih ingat nampaknya dengan laki-laki yang membelikan dia banyak makanan waktu itu.

"Iya."

"Au." Dia mengangguk. "Aik obil ndak Bubu?" (Mau. Naik mobil gak Bubu?)

"Iya, nanti kita naik mobil. Tapi Disa gak boleh nakal, ya? Harus diem dan nurut apa yang Bubu bilang. Kalau nakal nanti gak boleh naik mobil lagi sama Pak Bos."

"Ndak, ndak akal," sahutnya sambil menggeleng. "Nca au aik obil." (Enggak, nggak nakal. Disa mau naik mobil)

Dari masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Disa yang sudah diturunkan dari gendongan, langsung berjalan ke arah kloset. Sementara Dari menyalakan kran air supaya bak mandi terisi penuh.

"ADUUUU DININ BUBU UUUUUH!" teriak Disa saat Wulandari mengguyur tubuh anaknya dengan air dingin di jam lima lewat enam belas menit. Anak itu langsung menggigil, tetapi kemudian tertawa saat dia melihat Dari melakukan hal sama. Dia tidak biasa mandi pagi begini, jadi wajar kalau reaksinya sangat heboh. "Bubu elan-elan ni dinin Ncana!" (Aduhhh, dingin Bubu uh! Bubu pelan-pelan ini dingin Disanya)

"Iya, maafin Bubu Sayang."

Mereka pergi ke kantor pukul setengah tujuh. Disa tadi hanya makan dua buah roti tawar dengan selai coklat juga susu yang diseduh Dari. Sementara perempuan beranak satu ini cuma makan satu buah roti karena sibuk memasukkan beberapa keperluan Disa ke dalam tas kecil. Dari menaruh satu pakaian ganti, botol susu beserta susu bubuk yang dia taruh di wadah kecil, juga beberapa mainan milik Disa supaya anak itu tidak bosan di jalan.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang