49 | Anggap saja, tidak pernah kenal sebelumnya.

2.7K 623 80
                                    

Hari Minggu, orang yang berminat dengan rumah mereka kini datang. Pagi-pagi sekali mama sudah membereskan rumah dan memastikan tidak ada yang berantakan. Dari sudah membersihkan diri bersama Disa dan mereka memilih berada di teras. Disa main sepeda, sementara Dari duduk di kursi dan memperhatikan anaknya yang mengayuh kendaraan mini hasil bekerjanya di kantor Pak Daru. 

Semenjak Dari menolak lelaki itu, Pak Daru belum lagi terlihat datang ke sini. Andaru sibuk. Kemarin Thalita datang ke rumah untuk bertemu Dari diantar dengan suaminya, dia mengatakan hal tersebut padanya.

Perempuan dengan potongan rambut mirip seperti laki-laki ini sempat bercerita pada Thalita mengenai Pak Daru yang menyatakan perasaan waktu itu. Dari pikir, Pak Daru marah atau kecewa dengan dia ... tetapi Thalita bilang Andaru sedang banyak pekerjaan. Dia bahkan meminta maaf pada Thalita karena tidak bisa menjemput dan mengantar wanita hamil itu untuk bertemu Dari.

Thalita sudah tahu perihal Dari yang kemungkinan besar akan pindah dari sini ke tempat baru. Dari bilang pada Thalita, jangan bilang Andaru. Biar nanti dia yang akan mengatakannya sendiri.

Padahal, Dari memang berencana untuk pergi tanpa pamit pada lelaki itu. Ada rasa bersalah dalam dirinya ketika mengingat Andaru memutuskan pergi dari rumah karena bertengkar dengan sang mama. Secara tidak langsung, Dari menjadi penyebab kerenggangan antar mereka terjadi. Mungkin jika Dari sudah pergi, Pak Andaru bisa berbaikan dengan orang tuanya dan menikah dengan orang yang terbaik untuk dia.

"Gimana, Ma?" tanya Dari setelah pasangan suami-istri yang melihat-lihat rumah sudah benar-benar pulang. Cukup lama mereka ada di dalam dan mengobrol dengan orang tua Dari.

Dari sempat menatap ke arah sang papa yang membawa anaknya pergi keluar menggunakan motor. Mama bilang, mereka akan pergi ke rumah orang tua Mutia, saudara Dari. Sampai sekarang, papa belum mau mengajak ngobrol anak perempuan satu-satunya.

Disa sempat berpamitan pada dia dan nenek, kemudian duduk di jok bagian depan. Sangat senang kalau dirinya ingin diajak pergi ke luar.

"Kita udah deal sama mereka, uangnya juga langsung dibayar cash," kata mama dengan wajah semringah. "Kita minta waktu buat ngosongin rumah ini tiga hari. Papa mau tanya ke papanya Mutia soal temennya yang buka jasa kendaraan buat bantu pindah rumah."

"Kita udah punya tempat tinggal tetap di sana?" tanya Dari.

"Bosnya papa bantu buat cari rumah di sekitar daerah mereka dari beberapa hari lalu. Udah dapat. Rumahnya lebih luas dari ini walaupun modelnya sederhana," jelas mama yang membuat Dari menarik kedua sudut bibir ke atas. "Dibantu sedikit biaya beli rumahnya dari suami Bu Linda."

Bu Linda itu nama bosnya papa. Dia juga yang memberi informasi lowongan pekerjaan di perusahaan Pak Andaru pada papanya.

"Syukur kalau begitu, Ma," lirih Dari. Dia juga ingin pergi dari sini, tetapi di satu sisi ... ada sedikit perasaan sedih dan tidak rela.

"Ya, semoga kita bisa betah di sana dan bisa hidup lebih baik," sahut mama. "Mulai besok kita cicil buat beres-beres. Gak bisa lama-lama di sini lagi karena rumah ini udah bukan punya kita."

"Maafin Dari ya, Ma. Gara-gara Dari ... kita semua harus pergi." Ada jeda dalam ucapan perempuan bermata bulat dengan bibir kecil dan penuh. "Dari bener-bener minta maaf, gak pernah bisa buat mama sama papa senang. Belum bisa bahagiain mama sama papa juga. Maaf kalau di usia segini, masih buat susah kalian."

Mendengar itu, mama tersenyum tipis dan menaruh telapak tangan di kepala anak perempuannya. Mama mengelus-elus kepala Dari, kemudian membalas ucapan sang anak, "Kita jual rumah ini juga karena tuntutan pekerjaan papa, dan menghindar dari lingkungan yang udah gak lagi sehat buat tumbuh kembang Disa dan kesembuhan mental kamu. Ini bukan sepenuhnya salah kamu, Dari. Jangan terus minta maaf sama kita. Gak ada manusia yang sempurna di dunia ini, termasuk mama dan papa." Ada jeda dalam ucapan mama, "Selama kamu punya niat jadi Dari yang lebih baik dan bisa pulih kaya dulu, mama sama papa udah bahagia banget. Selama ini ... kita sebagai orang tua juga diam-diam hancur liat kamu begini karena laki-laki itu."

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang