28 | Angka satu yang dilihat Om.

2.7K 576 116
                                    

Andaru melirik sebentar dari kaca tengah, melihat kalau supirnya yang masih muda itu tengah tertidur di kursi samping kemudi. Setelah beberapa jam menyetir, kini gantian bosnya yang membawa kendaraan dan dia menyuruh Dari istirahat saja.

Mereka sudah makan siang di salah satu tempat makan yang ada pada rest area. Kemungkinan nanti keluar tol adalah dua jam lagi, setelah itu Daru akan langsung mengemudi sendiri ke rumah salah satu keluarga papa.

Supirnya sudah bekerja keras di jalan yang siang ini cukup macet karena sempat ada kecelakaan mobil tadi, kendaraan-kendaraan yang melintas banyak ingin saling mendahului dan membuat keadaan sempat semrawut tidak beraturan. Akhirnya, Andaru meminta Dari untuk menepi dan memilih mengisi perut dulu sambil menunggu keadaan sedikit lebih baik. 

Tadi Andaru melihat Dari berinteraksi dengan anak juga mama dari perempuan itu. Andaru sempat muncul sebentar di video call bersama Dari dan reaksi anak perempuan itu langsung heboh. Dia memanggil-manggil kata 'Abos' berulang kali karena sudah mengenali Daru.

Lelaki yang tengah mengemudi ini menarik kedua sudut bibir ke atas. Baru sekarang dia merasa dirinya juga ingin seperti Dari. Mempunyai anak lucu yang tingkahnya menggemaskan dan membuat bahagia. Tetapi senyum Samudera Andaru pudar saat dia mengingat apa yang pernah dia katakan pada sang mama. Dirinya hanya diberi waktu sebulan untuk membawa perempuan pilihannya ke hadapan mama supaya dia tidak dijodohkan dengan Wanda. Sampai sekarang dia belum menemukan perempuan yang tepat untuk dikenalkan pada orangtuanya. 

Andaru baru sampai di rumah saudara papa pukul tiga sore lewat lima belas menit. Bermodalkan google maps, akhirnya dia bisa sampai ke sini. Tidak jadi membangunkan Dari karena perempuan itu tertidur pulas, Daru tidak tega merepotkan dia lagi.

"Bapak, ini sudah sampai daerah mana?" tanya perempuan yang baru bangun dari tidur ketika Andaru parkir di pekarangan rumah milik saudaranya. Dia menegakkan tubuh dan melihat sekeliling, kemudian kembali bersuara dengan pelan dan sedikit terkejut, "Sudah keluar tol?"

"Sudah, sekarang kita ada di rumah saudara saya," ucap Daru dengan suara bass-nya yang buat Wulandari mengusap-usap wajah dan refleks berkaca menggunakan cermin yang dia ambil di dalam tas kecil.

"Maaf, Pak. Saya harusnya membantu Bapak setelah keluar tol. Kenapa tidak dibangunkan saja?"

"Sudah, tidak apa-apa. Lagipula sekarang kita sudah sampai, kok," balasnya dengan santai sambil mematikan mesin mobil. Dia sempat diam sebentar, lalu kembali menatap perempuan berusia 21 tahun di sampingnya. "Mm, mungkin saya akan sedikit lama berada di dalam ... jadi kamu ikut saya saja."

Mata perempuan berambut sebahu itu melebar. Dia buru-buru mengusap-usap wajah dan memastikan kalau tampilannya saat bertemu dengan keluarga Andaru tidak seperti baru bangun tidur.

"Baik, Pak. Sebentar." Dia kembali mengamati diri dari pantulan cermin kecil, kemudian merapikan sedikit poninya yang berantakan.

Setelahnya, Wulandari keluar bersama Daru. Perempuan berusia 21 tahun ini membenarkan letak tas gendong berukuran kecil yang dibawanya sambil menghampiri Pak Bos dan berjalan di belakang lelaki itu.

"Andaruuuu, sudah datang? Ayo-ayo masuk!" Dari dalam rumah, seorang wanita baya yang menggunakan konde rambut juga pakaian kebaya modern ini menyambut kedatangan mereka. "Ini calonmu, tah? Cantiknyaaa. Ayo masuk. Pasti capek, ya? Tante sudah siapin minuman dingin dan sedikit camilan buat kalian."

Wulandari tidak punya waktu untuk shock. Dia hanya bisa mengangguk-angguk dan mengikuti wanita baya itu yang menarik tangan dia dan juga Daru. Bahkan tidak diberi kesempatan bicara satu detik pun untuk mengklarifikasi yang sebenarnya.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang