51 | Siapa orang itu?

2.6K 625 52
                                    

Dari tidak menyangka kalau dia yang datang ke rumah mantan bos hanya untuk menitipkan sapu tangan milik lelaki itu pada satpam, malah berakhir melihat kejadian yang tidak diinginkan dan membuatnya menjadi terlibat lebih dalam dengan keluarga Andaru.

Pikiran Wulandari berubah rumit sekarang. Di perjalanan menuju kantor polisi bersama Hasan, kepalanya terasa sakit karena memikirkan banyak hal. 

Di sampingnya, Hasan sendiri tidak bicara satu patah kata pun. Dia menenangkan Dari dengan cara menggenggam tangan perempuan yang duduk di sampingnya dengan erat. Hasan tahu perasaan Dari campur-aduk, apalagi semua ini terjadi karena Rio.

Orang tua Andaru beserta dua pekerja di rumahnya yang meninggal dunia langsung dilarikan ke rumah sakit. Papa Andaru belum juga sadarkan diri sampai di mana ambulance datang. Dari harap tidak ada lagi yang kehilangan nyawa karena ulah Rio.

Mereka berdua diperiksa sebagai saksi, memberikan keterangan pada polisi sesuai apa yang dilihat tadi. Cukup lama mereka ada di sana, diberondong beberapa pertanyaan. Dimintai fotokopi KTP juga. Hasan dan Dari menjawab dengan serupa, mereka tidak mengada-ada. Sapu tangan milik Andaru diberikan sebagai salah satu bukti mereka tidak bersekongkol dengan Rio.

Hasan sempat menelpon Andaru tiga kali untuk mengabari lelaki itu, tetapi Andaru tidak menjawab teleponnya. Pukul setengah dua belas, mama Dari yang gantian menelpon Hasan. Menanyakan keberadaan anak perempuannya yang bilang ingin keluar rumah sebentar tetapi sampai sekarang tidak juga ada di rumah. Dari harus bersiap-siap.

"Kita berdua ada di kantor polisi, Ma," ucap Dari pelan setelah Hasan memberikan ponsel padanya supaya bisa berinteraksi dengan sang mama.

"APA? KENAPA TIBA-TIBA ADA DI SANA?" Mama kaget bukan main.

"Ceritanya panjang. Nanti Dari jelasin di rumah," lirihnya sambil menangis. Sejak menceritakan ada dua korban terbunuh di sana, perempuan beranak satu ini tidak bisa menahan airmata.

"Kantor polisi yang di mana? Biar papa jemput kamu sekalian sebelum balik ke rumah."

Sambil menunggu papa datang, Dari duduk di bangku panjang bersama Hasan. Dia meminta maaf pada Hasan karena membuat lelaki itu terlibat dengan masalah ini juga dan membuat Hasan harus menunda urusan lain, selain itu ... Dari juga bilang dia belum mau memberikan alamat rumahnya yang baru pada siapa pun. Tapi Dari berjanji pada Hasan kalau dia pasti akan meluangkan waktu untuk datang menemui lelaki itu di kedai nanti.

"San, gue boleh minta tolong gak sama lo?"

"Apa, Ri?" sahut lelaki yang duduk di sebelah Dari.

"Kalau nanti lo ketemu Pak Andaru, jangan bilang gue pindah ke luar kota," ucapnya sambil mengusap airmata yang masih mengalir di pipi.

"Gue yakin cepat atau lambat dia bakalan tahu," kata Hasan. "Lo kenapa ngehindarin dia? Kalian ada masalah?"

Ditanya begitu, Wulandari menunduk. Dia belum cerita pada Hasan mengenai hubungan rumit mereka akhir-akhir ini. Hasan tidak tahu Pak Andaru sempat meminta Dari untuk menikah dengan dia.

"Ya, intinya ... gue gak mau lagi bikin dia susah, San. Dia udah terlalu banyak nolong gue selama ini," kata Dari. "Gue jadi mikir kalau jangan-jangan hal yang Rio lakuin ke keluarga dia itu secara gak langsung karena gue. Gue gak mau hidup Pak Daru dan orang-orang yang dia sayang berubah sial karena berhubungan sama gue."

"Ini bukan salah lo."

"Kalau bukan karena Pak Daru deket sama gue, Rio gak akan sampe nekat begini," lirih Dari.

"Gue deket sama lo juga, tapi Rio gak ngelakuin apa-apa ke gue." Hasan masih menjawab dengan logika. "Emang dia aja yang brengsek, Ri."

Dari menggeleng pelan, memilih tidak bicara apa-apalagi. Jelas Hasan dan Daru berbeda. Andaru mengenal Rio secara pribadi karena mereka masih mempunyai hubungan keluarga, Andaru membantu Dari dan membuat Rio terancam dan mendapat sanksi sosial secara instan, selain itu ... Andaru juga terang-terangan menunjukkan kalau dia mempunyai perasaan berbeda pada Dari.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang