58 | Pilihan dan konsekuensinya.

3.4K 561 46
                                    

A/n : Fyuh, selesai juga nulis 3000+ kata lebih wkwkwk baru kelar pas mau tengah malem, readersnya dah pada masuk alam mimpi wkwkwk gapapa bacanya pas udah pada bangun atau kalau lagi luang aja yaa~ mimi juga nyantuy ngetiknya kok. Sisa 2 part again!

***

Dari merasa senang karena lebih diperhatikan dan jadi sering berinteraksi dengan wanita itu---meski ucapan-ucapan nyinyir masih beberapa kali dia lontarkan saat tidak ada Andaru di rumah. Jika Andaru tidak bisa menemani Dari kontrol kandungan, mertuanya ikut mengantar Dari ke dokter pilihan keluarga mereka. Apa pun yang Dari inginkan karena bawaan bayi, akan secepatnya mereka turuti. Mama mertua berkali-kali bilang kalau dia melakukan ini demi calon cucunya.

Di sisi lain, Dari merasa mama seringkali terlihat menjauhkan Disa dengannya. Mama masih terlihat belum bisa menerima anaknya. Disa sendiri merasa tidak nyaman dan tidak mau ditinggal berlama-lama hanya berdua dengan mama Andaru. Dia akan selalu mencari bubu atau abos, terkadang juga berlari mencari opa yang sudah lumayan dekat dengannya---jika papa Andaru ada di rumah.

"Anakmu kan sudah besar, suruh dia tidur di kamar terpisah dari kamu dan Andaru," ucap mama saat mereka tengah makan siang bersama di rumah. Hanya ada Dari, Disa, dan mertuanya di sana. "Saya takut dia gak sengaja tendang atau menyenggol perut kamu waktu tidur. Nanti kalau cucu saya kenapa-napa gimana?"

"Disa tidurnya gak banyak gerak kok, Bu. Ini juga lagi dicoba ngobrol pelan-pelan supaya dia mau buat tidur sendiri," sahut Dari. "Niatnya, saya sama Mas Daru baru lepas dia tidur sendiri kalau udah TK B."

"Halah, kelamaan. Anakmu itu jangan sering dimanja, nanti pas besar jadi gak jelas kaya papa biologisnya itu. Harus diajarkan mandiri dari kecil."

Mendengar itu, Dari menarik kedua sudut bibir ke atas dan mengangguk pelan. "Iya, Bu."

Mama mertua menyuruh Dari untuk mengambil lauk atau sayur lagi supaya anak dalam kandungannya bisa mendapat nutrisi yang baik. Ketika dia melihat Disa ingin mengambil satu lauk lagi, wanita itu langsung melotot dan membuat Disa tidak jadi mengambil sepotong paha ayam yang tersisa di atas piring. Anak itu meringsut takut dengan manik mata yang terus menatap neneknya.

"Itu buat mamamu, tau? Biar mamamu makan banyak dan anaknya sehat," omel mama Andaru yang membuat Dari menatap anaknya.

"Disa mau?" tanya Dari, manik mata anak kecil yang dikucir satu ini kini bergeser dan menatap bubunya. Anak itu diam saja, menahan tangis karena lagi-lagi kena marah. Bagi Disa, oma itu galak sekali. "Ini, buat Disa aja. Bubu udah kenyang perutnya."

"Saya sengaja minta bibi masak lebih untuk kamu!"

"Gak apa-apa, Bu. Kalau makan terlalu banyak biasanya suka muntah lagi," sahut Dari sambil menaruh bagian sisa ayam ke piring sang anak.

Mama Andaru memutar bola mata dan bicara dengan sewot, "Diurus dengan baik tapi maumu begitu, terserah!" Setelah mengatakan itu, wanita baya yang merupakan mertua Dari memilih pergi meninggalkan menantunya.

Sepeninggal oma, tangis Disa langsung pecah. Dari menyuruh anak itu mendekat dan langsung memeluknya. Dia sedikit kesusahan untuk memangku sang anak karena perutnya sudah membesar. Usia kandungan Dari sudah masuk bulan ketujuh.

Perempuan hamil ini menenangkan anaknya dan membujuk Disa dengan cara menawarkan diri untuk menyuapi ayam. Beberapa menit kemudian, tangisnya berhenti dan dia mau disuapi oleh bubu.

Selama ini jika mama bicara atau memperlakukan mereka dengan buruk, Dari mencoba tebal muka dan tidak memasukkannya ke dalam hati---walau jujur dia juga sering menangis diam-diam ketika teringat lagi dengan sikap atau ucapan-ucapan mertuanya. Dia hampir tidak pernah bilang apa-apa pada Andaru mengenai mama karena tidak mau membuat lelaki itu terus bertengkar dengan mama dan keadaan rumah menjadi canggung. Namun, setiap mama bicara tidak mengenakan tentang dia atau Disa di dekat Andaru ... suaminya berusaha mengalihkan pembicaraan atau menegur mama.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang