5 | Bilang aja Dari udah mati.

4.3K 908 208
                                    

"Jadi, kamu sudah punya anak, Dar?" tanya lelaki yang sekarang duduk di samping Dari. Sejak dulu, Andaru lebih suka duduk di samping supir dibanding di belakang seperti papa atau yang lain. Dia merasa lebih mudah mengobrol atau mengawasi mereka.

Mobil yang dikendarai Dari melesat di aspal Jakarta, berada di antara kendaraan-kendaraan dengan banyak plat B yang menghiasi jalanan ibu kota. Dia akan mengantar bosnya menuju pabrik di daerah Cikarang.

"Sudah, Pak."

Andaru ingat kemarin saat Dari ditanya mengenai jumlah keluarga di rumah, perempuan itu menjawab empat. Ada ibu, bapak, dan satu anak perempuan kecil.

"Berarti sudah menikah?" lanjutnya lagi. Daru rasa, wajar bertanya begini karena dia adalah bos Wulandari.

Dari cuma membalas dengan anggukan ragu. Dia tidak menatap mata Daru, lebih memilih fokus pada jalan yang ada di depannya.

"Kalau malam kamu juga bekerja di tempat lain?" kata Daru lagi setelah dia mengangguk dan diam beberapa saat.

Kemarin Daru memberikan Disa uang lima puluh ribu sebelum pergi dari sana. Dari baru tahu ketika anaknya cerita di jalan pulang kalau om yang duduk di hadapannya memberi sesuatu dan menyuruhnya menaruh di tas supaya tidak hilang. Saat dicek di rumah, ternyata itu uang. Dari langsung mengirim pesan berupa ucapan terima kasih atas kebaikan Pak Daru.

"Iya, Pak. Sebenarnya mau resign di sana pas saya keterima kerja sama Bapak. Cuma belum nemu karyawan pengganti, jadi saya ada di sana sampai ada karyawan yang menggantikan saya."

"Oh," responsnya. "Tangguh juga ya kamu."

"Terima kasih, Pak," balas Dari sambil tersenyum tipis. Bukan tangguh, tetapi keadaan yang memaksanya harus begini. Dulu, Dari bukan anak yang nekat dan malah cenderung manja. Sejak dia punya Disa dan ditempa kenyataan pahit, Dari merasa dia tidak bisa terus ada di zona nyaman dan merepotkan orang tua. Dia harus bisa berjuang demi anaknya, demi diri sendiri.

"Suamimu juga bekerja atau bagaimana?"

Dari bingung harus jawab apa. Dia kurang nyaman ditanya begini, tapi Andaru tidak tahu masalah Dari. Jadi wajar saja dia menanyakan soal itu.

"Hm, di luar kota," bohong Dari.

"Kamu harus rutin minum vitamin supaya kondisinya selalu fit. Jangan kecolongan seperti kemarin lagi, muntah-muntah dan pusing. Bisa jadi kamu kelelahan karena tubuhmu terlalu bekerja keras." Pak Andaru adalah bos yang baik dan perhatian. Dari pikir awalnya dia adalah tipe yang cuek, atau bawel, atau suka marah-marah. Ternyata bukan. "Jangan lupa nanti beli vitamin di apotek atau toko obat, minta nota pembelian dan kirim ke whatsapp saya. Biar uangnya saya ganti lewat transfer."

Seandainya pak bos tahu kalau Dari bereaksi aneh bukan karena kelelahan, tapi karena masa lalunya. Sejujurnya Dari tidak butuh vitamin, dia hanya meminta supaya tidak pernah lagi dipertemukan dengan Rio. Mental Dari pasti akan lebih cepat membaik.

"Baik, Pak. Terima kasih. Nanti kalau sudah beli vitamin saya beritahu Bapak."

***

Andaru baru selesai dengan urusan pabrik pukul tujuh malam lewat lima belas menit. Dari sudah mengabari Hasan sore tadi kalau dia tidak bisa datang karena lembur, Hasan mengiyakan.

Lelaki itu tampak kelelahan, dia bilang pada Dari kalau dia mau istirahat dan minta dibangunkan seandainya sudah sampai Jakarta.

Sebelum kembali ke kantor, mereka makan malam dulu di sebuah restoran yang ada tidak jauh dari lokasi Jaya Wardhana. Dari selalu ingat Disa kalau dia memakan sesuatu yang enak atau mahal.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang