45 | Kayanya kamu benar jatuh cinta, Ru.

3K 678 132
                                    

"Ma, anakku mana?" tanya Dari dengan lirih sambil disuapi sang mama. Sejak bangun tadi, Dari tidak melihat batang hidung anak perempuannya. Disa biasa ada di sekitar Dari akhir-akhir ini, dia benar-benar merasa kehilangan ketika sekarang rumah mendadak sepi karena tidak ada ocehan atau sosok bocah berumur tiga tahun itu.

"Dititipin papamu ke rumah Mutia. Main sama saudara-saudaranya di sana biar gak stress di rumah terus. Nanti pulang lagi kok," jawab mama sambil menyelipkan beberapa helai rambut Dari yang menghalangi wajah ke belakang telinga.

Mendengar itu, Wulandari tersenyum tipis. Terakhir melihat Disa, kemarin sore. Anak itu tidur bersama papa di kamar sebelah dan mama menjaga Dari di sini. Takut dia melakukan hal nekat lagi.

"Ini, buka lagi mulutnya," kata mama yang menyodorkan suapan kedua ke dekat bibir sang anak. Dari menuruti perintah mama dan membiarkan sendok berisi makanan itu masuk ke dalam mulut. "Kamu gak perlu khawatir lagi, Dari. Pak Andaru banyak bantu kita. Dia buat nama kamu perlahan membaik, dia bisa mengendalikan Rio. Bahkan dia juga bilang sudah menghubungi temannya untuk bantu kamu supaya pelan-pelan pulih kaya semula," Ada jeda dalam ucapan mama. "Pak Andaru akan datang besok sore atau malam, bersama temannya."

Dari menunduk. "Tapi video yang disebar Rio ... itu beneran Dari, Ma. Gimana kalau nanti Rio nyebar video Dari yang lain dan orang-orang tahu kalau semua video dulu itu bukan editan?"

"Yang tahu soal ini hanya kita, Dari. Pak Andaru bilang dia sudah urus semua."

Siang ini, mama mengajak Dari duduk di teras. Sudah beberapa hari ini dia berdiam di kamar dan tidak keluar sama sekali. Ada rasa takut menghantui setiap kali mendengar bunyi atau suara asing di sekitar. Dia mendadak cemas hanya ketika melihat daun-daun di pepohonan bergoyang pelan, atau suara pagar yang berderit karena terkena angin. Dari takut itu adalah pertanda kedatangan Rio, padahal semua hanya halusinasi semata. Rio sendiri masih ada di rumah orang tuanya, meminta ijin untuk cuti sekitar tiga hari sebelum bertemu lagi dengan dunia luar.

Mama yang duduk di samping Dari, menenangkan anaknya dan bilang kalau tidak ada apa-apa.

Di lain tempat, makan siang ini Andaru tidak sendiri. Dia bertemu dengan Wanda, orang yang sangat ingin mama jodohkan padanya. Mereka berdua membahas mengenai kelanjutan rencana orang tua yang sepakat ingin mengadakan lamaran dalam waktu dekat.

Keluarga Wanda sempat terganggu dengan berita beberapa hari belakangan, tetapi mama bisa merayu dan pintar bicara. Terlebih sekarang sudah tidak terlalu banyak disorot karena tenggelam dengan berita lain yang tidak kalah viral. Pun karena kerja keras Andaru yang melakukan banyak cara dengan cepat sehingga masalah ini tidak berlarut-larut.

"Mm, sebelumnya ... aku mau jujur tentang perasaanku ke kamu, Andaru," ucap Wanda yang kini duduk berhadapan dengan lelaki itu. "Terserah kamu mau menanggapi gimana, aku cuma mau setelah ini gak perlu nutupin perasaanku lagi."

"Ya, silakan."

"Pertama kali mama kenalin aku sama kamu, jujur aku tertarik sama kamu," lanjutnya to the point dengan senyum manis yang ditujukan pada Andaru. "Aku langsung setuju di saat mama bilang mau jodohin kita berdua waktu itu."

Andaru tersenyum tipis sebagai respons atas perkataan Wanda.

"But, setelah aku kenalan, ketemu, dan ngobrol tentang banyak hal sama kamu ... berusaha terus dekat dan cari perhatian kamu, kayanya kamu tetap menutup diri dan cuma anggap aku gak lebih dari teman."

"I'm so sorry, Wanda. Saya akui saya memang bodoh."

"No ... bukan kesalahan kamu. Cinta emang gak bisa dipaksa, kan?" kata Wanda yang membuat lelaki itu makin menatap dalam pada manik mata lawan bicaranya. "Aku tahu kamu udah punya perempuan pilihanmu sendiri, dan aku juga gak mau ngerusak kebahagiaan kamu sama Dari."

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang