Dari tidak bisa tidur malam ini. Kedua orang tuanya sudah tahu mengenai Rio yang tadi ada di sekitar rumah karena dia yang menceritakannya, tetapi Dari tidak menceritakan bagian di mana Rio merupakan keponakan dari bos barunya.
Mama dan papa marah besar saat mendengar nama itu lagi setelah sekian lama. Sudah tiga tahun berlalu dan tidak ada itikad baik sama sekali terhadap anak dan cucu mereka ... kedua orang tua Dari bilang tidak akan pernah mengizinkan Rio menginjakkan kaki ke rumah ini apalagi sampai berniat mengganggu Dari atau Disa. Mereka tidak mau mengakui Rio sebagai ayah Disa.
Dari meminta kepada orang tuanya supaya menjaga Disa dengan ekstra. Jujur, dia takut mimpinya menjadi nyata di mana Rio mengambil anak itu secara paksa. Dia tidak pernah sekali pun menginginkan Disa, Dari yang merawatnya sejak anak itu dalam kandungan sampai sebesar ini bersama orang tuanya. Dari yang ada di samping Disa sejak anak itu masih sangat ringkih, sakit-sakitan, dan menyedihkan. Dia tidak mau Rio merebut harta paling berharganya setelah lelaki itu bilang dia tidak mau mengakui Disa sebagai anaknya sampai kapan pun.
Dari memerhatikan perempuan kecil yang memiliki rambut dengan model yang sama dan wajah mirip sepertinya. Kalau pergi keluar dan tidak mengenal mereka, pasti akan banyak yang menganggap Disa sebagai adiknya Dari. Anak ini sekarang sudah tertidur pulas sambil memeluk guling. Dari mengulurkan tangan dan mengusap-usap rambut anaknya, kemudian mengangkat sedikit kepala untuk mendekatkan diri dan mengecup wajah Disa beberapa kali.
"Bubu sayang kamu, pokoknya Bubu rela lakuin apa pun supaya kita tetep sama-sama." Dia bicara seolah Disa mendengar ucapannya. "Kamu alasan Bubu buat terus berjuang walau pun rasanya udah gak sanggup buat bertahan, apalagi sekarang mau gak mau Bubu harus bersinggungan sama dia. Kalau bukan karena kamu, mungkin Bubu bakalan pilih resign dan pergi ke tempat yang jauh supaya Bubu gak bisa lihat dia lagi." Dari menumpahkan semua kegelisahannya di hadapan Disa yang tengah memejamkan mata. "Walau pun kamu cuma punya Bubu di dunia ini, tapi Bubu bisa kasih kamu cinta kaya temen-temen kamu yang lain yang punya orang tua lengkap. Kamu jangan khawatir, ya?"
***
Sejujurnya pekerjaan dia menjadi supir lebih mudah dibanding menjadi pegawai part-time. Dia tidak harus berinteraksi dengan banyak orang, kalau sudah mengantar bos maka punya waktu luang untuk menghubungi orang rumah atau istirahat, mendapat uang makan dan kadang pulang tidak dengan tangan kosong apalagi kalau Andaru pergi ke berbagai acara. Bosnya juga bukan tipe yang rewel dan percaya dengan Dari untuk urusan jalan dan mengendarai mobil. Dia merasa beruntung berada di sini walau kehadiran Rio kembali menjadi bayang-bayang ketakutannya.
Lagi-lagi hari ini Andaru harus ke kantor cabang. Di perjalanan, dalam hati Dari berdoa supaya dia tidak bertemu dengan si setan Rio di sana. Dia berharap dua hari lalu yang dia lihat hanyalah sebuah ilusi.
Dari sengaja berlama-lama diam di warung makan yang selalu dia kunjungi setiap kali ada di kantor cabang. Dia menunggu sampai jam makan siang berakhir, baru kembali ke parkiran. Perempuan berambut sebahu yang memakai kardigan untuk membalut seragam kerjanya, memesan satu gelas es teh manis lagi supaya dia punya alasan untuk tetap ada di sini.
Jam 13.45, Dari baru kembali ke area kantor. Dia yakin orang-orang sudah mulai memasuki ruangan masing-masing dan kembali sibuk dengan pekerjaan mereka. Tinggal menunggu sampai jam dua, urusan Andaru di sini selesai dan dia bisa langsung pulang.
Saat Dari ingin membuka pintu mobil dan memutuskan menunggu bosnya di dalam, tangannya ditarik seseorang dari belakang sampai membuat dia kaget setengah mati. Punggung wanita berusia 21 tahun ini menubruk bagian tengah pintu mobil.
"Hai," sapa laki-laki yang hanya beda satu tahun dengannya dan sekarang mengunci tubuh Dari menggunakan kedua tangan. "Kita ketemu lagi."
"Pergi," cicit Dari yang mendadak sesak napas. Dia ketakutan. Bola matanya terus bergerak ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang bisa menolongnya.
"Kenapa gue harus pergi, hm?" tanya laki-laki yang tingginya hampir menyamai Andaru. Dia menunduk supaya bisa menatap wajah mantan pacarnya. "Omong-omong, gue udah tahu alamat rumah baru lo."
Dari makin menekan kepalanya ke belakang saat wajah Rio makin mendekat. Dia tidak bisa ke mana-mana karena kungkungan tangan Rio di kanan-kiri.
"L-lo yang minta gue pergi, jadi sekarang jangan ganggu hidup gue lagi," lanjut Dari dengan susah payah. Masih tidak mau menatap wajah lelaki yang merupakan ayahnya Disa. Dia merasa lemas dan pusing.
"Anak yang kemarin itu anak gue, kan?" tanyanya dengan suara lebih lembut. Dari benci saat Rio memperlakukannya begini, dulu dia selalu luluh setiap kali Rio bersikap seperti ini. Lelaki itu benar-benar tahu kelemahan Dari.
"Anak lo udah mati, gue aborsi," cicit Dari lagi, menatap ke mana pun asal tidak manik mata Rio.
Dia menarik satu sudut bibir ke atas, kemudian mendekatkan wajah ke telinga Dari sampai membuat perempuan ini menahan napas. "Hh, lo tahu, Ri? Lo gak pernah bisa bohong di depan gue. Gak pernah bisa," bisiknya dan membuat Dari merinding setengah mati.
"Dia bukan anak lo, ngerti?" Nada bicara Dari makin bergetar. "Dia anak gue sama orang lain."
Mendengar itu, lelaki bernama Rio ini terkekeh dan menatap Dari seolah meremehkan. Dia menjauhkan sedikit wajah dari perempuan itu kemudian kembali bersuara, "Emang ada yang mau nerima jablay kaya lo selain gue, hm? Siapa orangnya? Biar gue kasih tau foto-foto bugil lo dan mmm ... video lo juga? Masih gue simpen, masih sering gue tonton juga."
Setetes airmata Dari jatuh. Ini yang paling dia sesalkan dulu. Kenapa dia dengan mudahnya memberikan foto-foto dan membiarkan Rio merekam video mereka saat itu, apalagi dalam keadaan sadar dan paham konsekuensinya bagaimana. Tetapi dulu buta pada cinta lebih mendominasi, dia sudah yakin kalau dirinya dan Rio akan menjadi pasangan sampai akhir, dia sudah terlalu percaya Rio akan bertanggung jawab seandainya Dari sampai hamil. Kenyataan pahit menjatuhkan ekspektasi-ekspektasinya soal cinta dan rasa percaya kepada laki-laki. Dia hancur.
"Gue juga bisa jadiin ini alat supaya Om gue pecat lo sebagai supirnya. Gampang aja buat gue bikin hidup lo hancur, Ri," lanjut Rio lagi, merasa menang karena melihat perempuan itu menangis. "Kalau lo mau hidup lo aman, lo minta ke gue sekarang supaya kita balikan. Gue akan simpan rahasia kita berdua."
Dari dengan cepat menggeleng. "Lebih baik gue mati gantung diri dibanding gue harus balik sama setan kaya lo!" desisnya, memberanikan diri menatap manik mata lelaki itu walau kakinya gemetar hebat. Dia menahan diri supaya tidak lagi pingsan seperti yang lalu-lalu.
"Uh, cukup berani." Rio menggunakan satu tangannya untuk mengusap-usap rambut pendek Dari. "Kalau gue gunain anak gue buat bikin lo balik, gimana?"
"Sebelum lo lakuin itu, lo bakalan lebih dulu denger kabar kalau kita mati. Gue gak akan biarin lo sentuh anak gue walaupun seujung kuku!"
"DARI, RIO?"
Mendengar suara seseorang, Rio menjauhkan dirinya dan menegakkan tubuh. Sementara Wulandari jatuh terduduk karena merasa tidak mampu menyangga diri sendiri lagi. Dia duduk di samping mobil dengan kedua kaki ditekuk dan kepala yang disembunyikan menggunakan kedua tangan yang dilipat. Bahunya bergetar karena dia menumpahkan tangis yang sedari tadi ditahan-tahan.
Andaru menghampiri mereka dan bertanya ada apa, Rio mengedikkan bahu dan menyahut, "Gak ada apa-apa, Om. Om kan tahu sendiri dia emang suka melebih-lebihkan sesuatu. Drama queen." Setelah mengatakan itu, Rio membenarkan sedikit letak dasi yang dipakai dan memilih pergi meninggalkan Daru dan Dari.
Lelaki jangkung dan bertubuh besar ini sempat menatap punggung keponakannya yang semakin lama makin menjauh, kemudian mendekat ke arah Dari yang masih menyembunyikan wajah di antara lipatan tangan dan tekukan kaki.
Samudera Andaru menyejajarkan posisi dengan perempuan yang merupakan supirnya, kemudian bertanya pelan-pelan, "Dari ... kamu baik-baik saja?"
"Iya, Pak," sahut Dari yang menegakkan tubuh sambil mengusap airmata yang seolah tidak mau berhenti mengalir. Dia sempat menatap Andaru sambil memaksakan diri menarik kedua sudut bibir ke atas, tetapi sedetik kemudian raut wajahnya kembali berubah sedih dan dia menangis lagi.
***
A/n : Jaga diri ya, jangan asal ngasih pap pap sembarangan. Bukan cuma buat cewek, cowok juga wkwkwk soalnya sekarang korban bukan cuma cewek:"))) dunia makin gila gais. Pada akhirnya yang bener-bener bisa dipercaya cuma diri sendiri:)
6/9/21, 10.56

KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
FanfictionWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...