A/n : Sorry repost, tadi gue tes gabisa komen soalnya, story not found terus. Coba deh komen dulu di sini, masih eror atau gak?
***
"Bubu, ini caranya gimana? Disa lupa tadi pas bu guru jelasin, Bubu bisa bantu?" Dari yang baru selesai bicara lewat telepon dengan salah satu karyawannya, menatap ke arah si sulung yang mengerjakan tugas rumah di meja ruang keluarga. Dia duduk tidak jauh dari adiknya yang sibuk sendiri dengan berbagai mainan di atas karpet warna abu-abu. Rumah tidak pernah rapi selama si kecil belum tidur.
"Sebentar ya, Kak. Bubu charger ponsel dulu," kata Dari yang baru menyadari angka baterainya sisa 20%. Rasa-rasanya, Dari belum bisa istirahat sejak tadi. Meski hanya di rumah saja, tetapi sibuk mengurus ini-itu.
Wanita berambut panjang yang dikuncir satu ini menghampiri Disa dan duduk di sampingnya. "Mana coba, Bubu liat dulu soalnya."
Disa sekarang sudah makin tumbuh besar, sudah masuk sekolah dasar kelas tiga. Sejak taman kanak-kanak, anak itu aktif dan termasuk jajaran anak pintar. Di kelas satu dan dua, peringkatnya selalu tiga besar. Sudah empat kali dapat hadiah dari guru di sekolah setiap pembagian rapot semester. Ada tas kecil, buku tulis, pulpen, tempat pensil.
Semuanya tidak dipakai anak itu, dia menyimpannya dengan baik di kotak pink dalam kamar dan bilang pada bubu juga papa abos untuk jangan dibuka tanpa seizinnya. Kadang-kadang, Dari merasa terharu karena anaknya terlalu cepat tumbuh dewasa.
"Ini, caranya Disa kerjain dulu yang bagian sini. Kalau udah tahu hasilnya, baru nanti hitung sama yang ini," kata Dari yang menjelaskan sambil menunjuk soal menggunakan pensil di buku paket Disa. "Nih, bubu kasih contoh ya." Wanita itu mulai menulis angka-angka di buku khusus untuk coretan hitungan sambil menerangkan ulang.
Mendengar suara bubu ada di dekatnya, anak kedua Dari meninggalkan mainannya dan menghampiri wanita itu.
"Bubu," panggil anak yang diberi nama Pradipta Ayudia Andaru. Andaru sengaja memberi nama anaknya dengan nama panggilan yang hampir mirip dengan mereka. Daru, Dari, Disa, dan Dita. Ya, anak kedua mereka adalah perempuan yang biasa dipanggil Dita.
"Apa, Sayang?" tanya Dari yang mengalihkan pandangan menatap anak kecil yang memegang bahunya. Wajah Dita 80% mirip Andaru, dan 20% mirip Dari. Banyak keluarga dan kerabat yang bilang, Dita adalah Andaru versi perempuan.
"Bubu lagi belajar sama Kakak Disa?" tanyanya balik dengan raut wajah seperti menahan sesuatu.
"Iya, kenapa mukanya gitu?" Dari menyelipkan anak rambut milik Dita yang sedikit berantakan ke belakang telinga. "Sini duduk, temenin Kakak Disa belajar."
"Tapi Dita mau pupup, Bubu. Mules perutnya."
"Oh, mules? Kenapa gak bilang bubu dari tadi?" Anak itu cuma diam, mungkin merasa takut mengganggu karena Dari sering bilang tidak boleh ganggu Kak Disa saat sedang belajar. "Sebentar ya, Kak. Bubu anter adiknya dulu ke kamar mandi," ucap Dari yang menatap Disa lagi.
"Ya, Bubu. Ini Disa coba lanjut ngerjain sendiri nanti Bubu periksa kalau udah selesai anter adik, ya?"
"Oke."
Pukul setengah dua siang, Dari baru bisa merebahkan diri di atas ranjang setelah kedua anaknya tidur. Disa dan Dita ada dalam kamar yang terpisah dari kedua orangtuanya.
Tadi saat jam makan siang, dia bertukar pesan dengan suaminya. Masih ada pekerjaan jadi belum bisa menghubungi. Nanti kalau sudah selesai, baru Andaru bisa menelpon Dari.
Wanita beranak dua ini memutuskan untuk menghubungi mama. Lusa, kedua orang tuanya akan datang ke Jakarta satu hari sebelum Dari wisuda.
Ya, walau sibuk mengurus anaknya sendiri tanpa bantuan orang lain juga merintis bisnis atas saran Andaru, Dari resmi menjadi seorang sarjana setelah empat tahun kuliah mengambil kelas malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
أدب الهواةWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...