"Pagi, Pak," sapa perempuan berambut sebahu yang pagi ini menggunakan seragam khas perusahaan yang biasa dipakai office boy, office girl, dan supir. Senyumnya tersungging lebar dengan balutan kemeja hitam lengan pendek bertuliskan nama perusahaan di bagian dada atas sebelah kanan, celana bahan hitam, juga sepatu pantofel. Itu pakaian wajib yang setiap hari dikenakan oleh Dari selama dia bekerja di sini.
"Ya," sahut Andaru singkat. Dia masuk ke dalam setelah dibukakan pintu oleh Dari. Pagi ini ada kunjungan ke cabang sampai jam dua siang. Kemarin dia mengirim lokasi tempatnya pada Dari lewat whatsapp dan bertanya perempuan itu tahu atau tidak. Dari bilang dia tahu. "Sudah makan?" tanya Andaru lagi yang sekarang memakai sabuk pengamannya.
"Sudah, Pak."
"Bagus."
"Mba Ratna tidak ikut Bapak?" Dari kini melirik ke bangku tengah, kosong, tidak ada siapa pun.
"Tidak, biar dia mengurus urusan kantor."
Dari mengangguk, kemudian memundurkan mobil milik Andaru sebelum pergi dari sana.
Pagi ini keadaan jalanan ramai lancar. Tidak ada masalah dengan cara Dari membawa mobil. Lelaki yang duduk di sebelahnya bilang mau istirahat sebentar, minta dibangunkan kalau sudah sampai tujuan.
Menunggu lampu merah yang masih berubah hijau cukup lama, Dari berinisiatif menyalakan radio mobil. Dia buru-buru mengatur volume jadi lebih kecil supaya tidak mengganggu tidur bosnya. Perempuan berusia 21 tahun ini mengetukkan jari telunjuk dengan pelan di stir, mengikuti irama lagu Location Unknown milik Honne yang diputar lewat radio pagi ini.
Dulu, Dari dan mobil adalah musuh sejati. Dari paling benci kalau dia harus naik mobil seandainya bepergian. Itu semua karena dia suka mabuk perjalanan, dan itu membuatnya agak tersiksa. Dia tidak bisa menikmati perjalanan karena rasa mual terus menghantui.
Tapi papa suka mengajak Dari naik mobil milik bosnya, berkeliling sekitar kompleks rumah bos yang dulu masih berupa tanah lapang jika hari libur. Dia bilang lama-lama Dari akan terbiasa dengan kendaraan roda empat ini. Kadang Dari diajak untuk cuci mobil, membawa mobil bos papanya ke bengkel, banyak lagi. Sampai saat umurnya 18, Dari yang meminta sendiri pada papa untuk diajarkan mengendarai mobil.
Papa setuju. Dia bilang, belajar menyetir mobil itu bagus. Banyak supir yang dibutuhkan tenaganya, bisa jadi supir apa saja dan di mana saja. Kadang, kalau libur kerja papa juga suka mengambil job di luar pekerjaan utama. Menjadi supir freelance. Dia dapat penghasilan sebesar 100 dan paling banyak 350 ribu perhari---tergantung seberapa jauh mengantar orangnya.
Walau begitu, untuk hidup dia dan Disa sehari-hari Dari tetap kekeh ingin memakai uang hasil kerja part-timenya sendiri. Dari merasa sudah banyak merepotkan orang tua, mulai sejak kecil sampai akhirnya dia melahirkan Disa. Semenjak bekerja, Dari tidak lagi mau menerima uang dari orang tuanya---kecuali saat dia kepepet, dia biasa pinjam uang dulu dan saat gajian diganti.
Untuk makan sehari-hari memang masih bergantung pada orang tua, tapi Dari juga memberikan sedikit uang bulanan untuk tambahan beli sayur dan lauk. Sisanya, dia tidak mau dibantu.
Gajinya di kedai kopi termasuk kecil, karena dia hanya seorang part-timer yang memang bekerja 6 jam saja. Tapi itu lebih baik dibanding tidak bekerja apa-apa dan semakin membebani orang tua.
300 ribu sebulan Dari berikan pada mama untuk uang sayur, 100 ribu untuk diberikan pada mama, 100 ribu untuk beli kuota perbulan, 100 ribu disisihkan untuk jajan Disa satu bulan, dan masih tersisa 150 untuk biaya transport dan dana darurat---kalau sewaktu-waktu ada keperluan mendesak. Dari tidak pernah punya uang untuk menabung karena ada saja pengeluaran dadakan yang terjadi setiap bulan. Uang gaji 750 ribu untuk sebulan habis dibagi-bagi dalam sekejap, cukup tidak cukup dia cukup-cukupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daru untuk Dari✔
FanfictionWulandari, perempuan berusia 21 tahun yang memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi supir bos Jaya Wardhana bernama Samudera Andaru ... berujung menjadi sebuah kesialan karena mau tidak mau harus bersinggungan lagi dengan laki-laki di masa lalu ya...