32 | Sudah punya pilihan sendiri.

3.3K 656 215
                                    

"Maaf kalau saya terkesan membohongi atau menutup-nutupi semua dari Bapak selama ini. Saya pikir, kehidupan pribadi saya tidak terlalu penting untuk dibahas. Apalagi Bapak dan Rio juga punya hubungan keluarga. Saya tidak mau sampai nanti timbul konflik antara Bapak dan Rio karena saya," lirihnya, kini memilih menunduk dan antara siap tidak siap mendengar respons lelaki itu.

Suara Andaru tidak terdengar untuk beberapa saat. Hanya ada suara dari layar televisi dan Disa yang sesekali tertawa karena melihat serial hiburan itu. Anak berusia tiga tahun ini tidak mengerti apa yang terjadi antara mama dan Pak Bos sekarang. Dia sibuk tenggelam dengan dunia sendiri.

Banyak yang ingin dikeluarkan dari mulut Daru, tetapi dia lebih memilih menahannya dan bicara, "Oke, saya paham, Dari."

"Pak Daru tidak akan pecat saya kan setelah saya jujur mengenai ini? Mm, maksud saya ... soal saya yang berbohong pada Bapak dan Bapak yang mempekerjakan perempuan seperti saya?"

Samudera Andaru mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak, kemudian menatap manik mata Wulandari yang juga tengah memperhatikan dia.

"Memang kenapa dengan perempuan seperti kamu?" tanya lelaki itu balik. "Kamu bisa menyetir mobil dan mengantar saya ke tempat-tempat yang harus saya datangi, kamu bisa menggantikan Ratna untuk sementara waktu dan melakukan tugas dengan baik, apa yang salah? Masa lalumu tidak ada hubungannya dengan pekerjaanmu sebagai supir."

"Mungkin setelah ini, hubungan Bapak dan Rio akan sedikit berbeda. Maaf, Pak."

"Untuk bagian itu, biar menjadi urusan saya dan Rio. Kamu tidak ada kaitannya, Dari," lirih Daru yang kini menatap ke arah lain. "Dia sudah berani kurang ajar dan memukul saya, saya akan melakukan perhitungan padanya supaya bisa bersikap lebih baik lagi," jelas lelaki itu yang membuat Dari menelan ludah. Dia ingin menyarankan Andaru supaya lebih berhati-hati dengan sisi lain Rio, tetapi perempuan ini memilih bungkam karena takut disangka sok tahu.

Bagaimana pun, Andaru sudah dewasa dan masih mempunyai ikatan keluarga dengan Rio, dia pasti tahu apa yang harus dilakukan tanpa mendengar saran Dari yang bukan siapa-siapa.

Samudera Andaru dan Wulandari terdiam satu sama lain cukup lama, mereka membuang muka ketika sama-sama kepergok saling melirik. Andaru berdeham untuk mencairkan suasana, sementara Dari mengusap pahanya beberapa kali yang terbalut celana jeans.

"Kenapa kamu tidak meminta tanggung jawab Rio?" ucap lelaki itu yang kembali menatap lawan bicaranya lagi. "Sepertinya kamu belum pernah datang atau bertemu keluarga Rio, ya? Saya tidak pernah mendengar nama kamu di antara nama-nama perempuan yang pernah disebut oleh orang tua Rio."

Dari mengangguk. "Saya dan Rio menjalin hubungan diam-diam, Pak. Rio tidak pernah membawa saya ke rumah kalau ada orang tuanya, dia selalu membawa saya diam-diam. Tidak pernah berniat sama sekali memperkenalkan saya pada mereka," sahut Dari, mengenang masa lalu. Matanya berkaca saat memori-memori itu sekelebat muncul di otaknya. "Rio bilang saat itu, orang tuanya melarang pacaran karena sudah masuk kelas tiga. Rio harus fokus belajar untuk masuk Universitas Negeri, dan tidak ada yang boleh mengganggu konsentrasinya."

Andaru tidak bicara apa-apa, fokus mendengarkan cerita Dari. "Waktu itu saya juga masih bodoh, saya pikir dia benar-benar mencintai saya ... tapi ternyata itu semua salah." Ada jeda pada ucapannya karena Dari menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan perlahan. Dadanya terasa sesak karena harus mengingat lagi apa yang tidak ingin diingat. "Saat saya bilang kalau saya hamil, dia marah. Dia tidak mau bertanggungjawab dan bilang kalau anak dalam kandungan saya bukan anaknya. Padahal, saya hanya melakukan itu bersama Rio."

Andaru melihat Dari mengusap sudut matanya yang berair. Dia menahan tangis, tetapi tidak kuat. Kenangan-kenangan pahit itu kembali berputar tanpa henti di dalam ingatan Dari.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang