21 | Masa sih dia seperti itu?

3K 644 164
                                    

"Mamanya Wanda bilang, Wanda berencana buat ambil S3 di luar negeri lho, Ru." Mama memulai pembicaraan saat makan malam. Hanya ada lelaki itu juga sang mama, papa belum pulang. Masih sibuk dengan urusan bisnisnya yang lain.

"Bagus dong kalau begitu," sahut Daru sembari memasukkan potongan daging steak ke dalam mulut.

"Mama tadi sudah bicara sama Mamanya Wanda mengenai perjodohan kalian. Bagaimana kalau kalian menikah saja sebelum Wanda pergi? Atau minimal tunangan, untuk mengikat satu sama lain."

"Ma? Sudah berapa kali Daru bilang ...."

"Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Daru. Di mata Mama, Wanda itu cocok sama kamu. Keluarga kita juga setara sama mereka. Sekarang Mama tanya sama kamu, apa yang buat kamu gak bisa jatuh cinta sama perempuan sesempurna Wanda?"

"Karena Daru belum bisa melupakan Thalita sepenuhnya," batin lelaki berumur 30 tahun ini.

"Mama yang hidup bersama kamu dan papa juga masih sering merasa sepi, lho. Jadi Mama mau kamu menikah supaya kamu tidak sendiri terus. Setelah Wanda lulus dengan pendidikannya, dia akan membantu kamu mengurus perusahaan papa."

"Andaru akan menikah, tetapi dengan calon pilihan Daru sendiri."

"Kalau begitu kenalkan pada Mama secepatnya, Mama harus tahu dulu dia cocok atau tidak dengan keluarga kita."

"Daru sibuk di kantor, tidak bisa mencari pasangan dalam waktu-waktu dekat ini."

"Mama beri waktu satu bulan, kalau kamu masih belum bisa menemukan perempuan yang cocok dan dengan persetujuan Mama ... itu berarti kamu juga tidak boleh menolak kalau perjodohanmu dengan Wanda tetap terlaksana."

Daru yang tengah mengunyah makanannya kini mengangguk. "Oke."

Dalam hati, sejujurnya Andaru bingung. Bagaimana dia mencari pasangan dalam waktu satu bulan? Di mana dia menemukan perempuan yang cocok dan akan dia kenalkan sebagai pasangan di hadapan orang tuanya?

Lagi pula Daru sebenernya belum terlalu ingin cepat menjalin hubungan dengan orang baru. Dia merasa masih perlu menyembuhkan hatinya dulu, tetapi dijelaskan beberapa kali pun ... mama pasti tidak akan mengerti.

"Bubu napan aik obil agi?" tanya Disa saat dia tidur di sebelah Dari. Tadinya anak itu tengah meminum susu menggunakan botol, tetapi karena teringat sesuatu, dia menjauhkan botol dari mulutnya dan melirik ke arah Dari yang tengah menatap langit-langit kamar, tengah melamun. (Bubu kapan naik mobil lagi?)

Sejak dirinya mendapat pesan email dari si brengsek, wanita berumur 21 tahun ini benar-benar bingung. Jujur dia kalut, bahkan tadi memilih menghindar dan tidak mau berinteraksi dengan orang rumah. Saat anaknya bicara pun hanya direspons sedikit-sedikit.

Rio mengancam lagi, kemungkinan besar dia akan melakukan hal itu. Dari takut kalau brengsek itu mengirim foto atau video Dari ke Pak Daru dan membuat Andaru memandangnya sebagai perempuan murahan. Dia tahu itu salahnya, itu konsekuensi, tetapi dia belum siap kehilangan pekerjaan di saat ekonominya baru saja membaik. Wulandari tidak tahu harus ke mana lagi, tidak mungkin dia kembali bekerja di kedai milik Hasan.

"Bubuuuu, napan egi ke ...." (Bubuuuu, kapan pergi ke ....)

"BISA DIEM GAK? BUBU TUH CAPEK! KAMU TAHU GAK?" racau Dari tanpa sadar dan bikin anak yang menggoyang-goyangkan lengannya menggunakan jari-jari kecil itu mendadak diam. "TIDUR! GAK USAH BANYAK TANYA!"

"Napi Bubu napa marah Nca? Nca ndak akal Bubu," lirihnya sambil memajukan bibir bawah, mata bulat anak itu berkaca karena dimarahi bubunya. Dia sedih. (Tapi Bubu kenapa marah sama Disa? Disa gak nakalin Bubu)

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang