20 | Email masuk dari Rio.

3.1K 652 172
                                    

Lelaki yang duduk berhadapan dengan Andaru, refleks berdeham setelah membatu beberapa saat. Dia kelepasan bicara, di depan bos Dari pula. Hasan membetulkan letak duduknya dan tersenyum canggung.

"Maaf, Pak. Untuk bagian ini sepertinya bukan ranah saya untuk menjelaskan. Bisa Bapak tanyakan langsung dengan Dari kalau berkenan."

Samudera Andaru sempat tidak melepas tatapannya dari Hasan, sebelum akhirnya dia mengangguk dan memilih melirik ke arah lain karena lelaki berusia 22 tahun itu kelihatan gelisah dan tidak nyaman sekarang. Andaru tahu itu.

"Baik," sahutnya singkat. Daru masih penasaran, kenapa supirnya harus berbohong mengenai status dia?

"Oh iya, saya baru ingat ada yang harus saya urus di belakang. Saya tinggal lagi tidak apa-apa, Pak?" ucap Hasan dengan sopan.

"Ya, silakan saja."

"Abos, ni akan Nca oleh?" Dia menunjuk cake terakhir milik Daru yang masih utuh di satu piring kecil setelah Hasan pergi. (Pak Bos, ini dimakan Disa boleh?)

"Kamu mau?" tanya lelaki berusia 30 tahun yang baru saja menyeruput kopi hitamnya dan menaruh cangkir di atas meja. Semua makanan yang tadi dia makan sudah habis, hanya tersisa setengah minuman saja.

"Au Abos." Anak kecil itu mengangguk. (Mau Pak Bos)

"Ambil saja." Dia mendekatkan piring berisi cake terakhir itu ke arah Disa. Dia bilang terima kasih dan langsung memasukkan cake ke dalam mulut dan mengunyahnya sambil mengacungkan ibu jari tangan kiri.

"Nak Abos. Abos au?" (Enak Pak Bos. Pak Bos mau?) Dia menyodorkan kue yang tersisa setengah ke arah lelaki single itu. Andaru sempat menyunggingkan senyum tipis, sebelum akhirnya menyahut,

"Tidak, terima kasih."

***

Hari Senin, Wulandari datang ke kantor tanpa Disa dan terus memakai masker. Luka lebamnya sudah lebih baik dari kemarin-kemarin, tetapi masih berbekas walaupun sudah dia pakaikan bedak. Orang tuanya sempat khawatir dengan kondisi Dari setelah perempuan itu jujur kalau kemarin Rio datang dan memukulinya, tetapi Dari menenangkan mereka dengan bilang kalau dia akan baik-baik saja.

Andaru sempat bertanya apa yang terjadi, tetapi perempuan berusia 21 tahun ini bilang kalau dia sedang sakit flu dan takut menularkan pada bosnya.

Pagi ini Andaru pergi tanpa Mba Ratna. Setelah makan siang baru nanti Mba Ratna akan ikut bersama Pak Bos ke tempat lain. Sekarang ini, kalau sekiranya dia bisa meng-handle sendiri, Pak Andaru membiarkan Mba Ratna untuk mengerjakan tugas di kantor saja karena sejak hamil dirinya cepat lelah dan sering sakit.

Lelaki yang duduk di sebelah Dari ini sempat melirik perempuan yang mengemudi di sebelahnya beberapa kali. Biasanya dia jarang mengurusi urusan orang lain, tetapi yang kali ini membuat dia mati penasaran. Dia ingin mengulik mengenai status Dari yang sebenarnya tanpa membuat risih perempuan misterius itu.

"Ini nanti belok kiri ya, Pak? Kalo dari maps begitu." Pertanyaan Dari membuat Daru mengedipkan kedua mata bersamaan, kemudian berdeham sebentar sebelum bersuara,

"Ya, belok kiri." Ada jeda dalam ucapannya. "Ehm, Dari?"

"Iya, Pak Daru?"

"Waktu itu kamu pernah bilang suamimu bekerja di luar kota, bukan?" tanya lelaki itu dengan suara beratnya.

Dari yang mendengar pertanyaan tiba-tiba Pak Andaru, sempat kehilangan fokus mengendara. Perempuan itu pikir, Pak Bos tidak akan menyinggung mengenai suami fiktifnya lagi dan dia aman, tetapi ternyata Wulandari salah.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang