33 | I will kill you.

3.2K 644 150
                                    

"Mau sampai kapan pura-pura pingsan, Ma? Andaru sudah tidak tertipu lagi," sahut lelaki yang memandangi wajah wanita baya dengan mata terpejam di atas ranjang kamarnya. Selain mereka, ada papa juga di sana. Dia panik saat melihat istrinya pingsan dan dibawa Daru ke kamar.

"Daru? Kamu ini bicara apa?" tegur papa.

"Mama tidak mau Daru sama Thalita yang hanya lulusan S1, kan? Kalau begitu sekalian saja Andaru menikah dengan Dari ... supir Andaru yang hanya lulusan SMA."

Kedua kelopak mata milik wanita itu langsung terbuka. Dia menatap anak lelakinya dengan tajam.

"PAPA! ANAK KITA UDAH GILA, PA!" adunya pada sang suami. "Dia mau menikah sama perempuan yang udah punya suami dan gak sederajat sama kita! Kayanya benar deh kalau kamu diguna-guna sama perempuan gak jelas itu."

"Andaru bukan terkena guna-guna, tapi sudah muak dengan standar mama yang tidak masuk akal!" katanya. "Sejak dulu sampai sebesar ini, Daru tidak punya kesempatan untuk membuat pilihan sendiri. Bahkan untuk hal-hal kecil sekali pun mama selalu ikut campur. Daru lelah selalu dipaksa mama untuk menjadi yang mama mau."

"Kamu itu harusnya berterima kasih. Tanpa ada banyak campur tangan mama, kamu tidak bisa menjadi Samudera Andaru seperti sekarang," ucap mama yang kini mengubah posisi menjadi duduk. "Pendidikanmu bagus, kehidupan terjamin, pekerjaanmu enak sekarang, bisa jadi bos menggantikan papa. Itu semua karena mama!"

"Apa arti semua itu kalau Andaru tidak merasa senang?" tanyanya yang membuat sang mama diam. "Daru tidak pernah merasakan bagaimana susahnya berjuang untuk mendapat sesuatu, tidak pernah merasa bangga atas semua pencapaian yang bukan karena diri Daru sendiri. Sejak dulu semuanya serba instan, Daru jadi tidak bisa eksplor bakat Daru yang sebenarnya karena mama selalu fokus ingin Daru jadi seperti ini."

"DARU! JAGA NADA BICARA KAMU!" bentak papa. Tidak suka saat mendengar sang anak meninggikan suara pada sang istri. "Apa yang dilakukan mamamu, turuti saja. Dia hanya mau hidupmu selalu dalam keadaan baik dan bahagia."

"Daru tidak bahagia, Pa. Daru mau seperti yang lain, dibebaskan dalam memilih dan memutuskan sesuatu. Apalagi berhubungan dengan perasaan dan pasangan untuk seumur hidup. Daru tidak bisa asal memilih orang untuk dijadikan istri, karena yang nanti akan menjalani rumah tangga itu Daru, bukan mama atau papa." Lelaki berusia kepala tiga ini tetap dengan pendiriannya. "Daru pergi dulu, tidak usah dicari. Besok Daru pulang."

Setelah bicara begitu, pemilik nama Samudera Andaru ini memutar tubuh dan berjalan menjauh tanpa menghiraukan kedua orang tua yang memanggil-manggil nama Daru berulang kali. Dia bisa mendengar mama yang berucap, "Anak keras kepala!"

Andaru mengemudikan mobil kembali ke apartemen miliknya. Dia memilih bermalam di sana, menyendiri dan melarikan diri dari tekanan rumah.

Sampai umurnya sedewasa ini, dia masih saja diperlakukan seperti bocah oleh orang tuanya---terutama mama. Daru tahu, mama menyayangi dia karena lelaki itu adalah anak satu-satunya. Tetapi cara mama yang bersikap seperti ini adalah hal salah. Daru hidup seperti tidak punya pendirian dan tidak bisa memutuskan segala sesuatu berdasarkan kemauan sendiri. Bahkan mempertahankan cintanya pada Thalita yang sudah bersama dengannya sejak lama saja dia tidak mampu. Andaru kalah dengan tekanan mama, dia terlihat seperti laki-laki pengecut. Mungkin Thalita dan keluarganya juga berpikir hal sama mengenai Daru.

Di lain tempat, malam ini Dari duduk bersama kedua orang tuanya di ruang keluarga. Di sana juga ada Disa yang sama sekali tidak mau jauh dari Bubu atau sekitaran nenek dan kakeknya.

Sepeda merah muda yang tadi pagi ada di luar, sekarang terparkir di ruang tamu. Disa tidak mau mengayuhnya di luar lagi karena takut ada Rio.

Wulandari menceritakan semua pada mama dan papanya mengenai kejadian tadi siang saat dia dan Daru menolong Disa. Anaknya juga mengadu pada nenek dan kakek kalau dia disuruh diam, dimarahi, dan dicubit sampai biru. Bekasnya masih belum hilang sampai sekarang, anak itu juga suka tiba-tiba menghampiri Dari dan bilang kalau tangannya sakit.

Daru untuk Dari✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang