Part 36

5.5K 324 1
                                    


HAPPY READING💕

^*^

"Lanjut yuk." Ajak Yana. Saat ini mereka telah istirahat sekitar 15 menit.

Kenzo menoleh kearah kaki Yana. "Gausa lanjut. Kaki lo masih merah,Na."

Levan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah hampir jam 12 malem,Ken." Ujarnya dan mendapat anggukan kecil dari Kenzo.

"Kita balik ke tenda." Putus Kenzo akhirnya sambil menatap temannya satu-persatu.

"Iya bener. Kaki lo juga harus diobatin,Na." Timpal Roy. Yana mengangguk dan hendak berdiri meskipun ia tidak begitu yakin bahwa dirinya dapat berjalan ke tenda.

"Ngapain?" Tanya Arvin kepada Yana. Saat hendak menjawab, Arvin kembali berucap. "Gue gendong." Ujarnya membuat semuanya menatapnya dengan tatapan kaget.

"Good job, anakku." Ucap Roy dengan bangga. Arvin hanya menatap Roy dengan tatapan mengejek, kemudian kembali menatap Yana yang masih diam menatap dirinya.

"Udah buruan ayo." Dan tanpa izin Arvin langsung menggendong Yana ala bridal style membuat Yana diam seribu bahasa akan perlakuan Arvin.

Yang lain pun hanya terkekeh melihat nya dan mereka pun mulai berjalan kembali ke tenda.

^*^

Kelompok Kenzo dan kelompok Adeva tiba secara bersamaan di tenda. Mereka disambut dengan beberapa pertanyaan dari guru panitia setelah melihat ada anggota dari kedua kelompok yang terluka.

"Ada apa ini? Teman kalian kenapa?"

Saat Vania ingin menjawab, dirinya baru sadar setelah melihat kearah kelompok Adeva, lebih tepatnya kearah Liora yang sedang tak sadarkan diri.

"Eh? Liora kenapa?" Ucap Vania sedikit histeris setelah melihat darah yang bercucuran di pelipis Liora.

Kenzo dan yang lainnya langsung memfokuskan pandangannya kearah Liora, tak terkecuali kelompok Liora sendiri.

Untuk menenangkan siswa nya, seorang guru menyuruh Arga dan Arvin untuk membawa Liora maupun Yana ke tenda kesehatan.

Sesampainya di tenda kesehatan, Arvin mendudukkan Yana di single sofa dan Arga membaringkan Liora disalah satu ranjang yang terdapat disana.

Para tenaga medis sekolah yang memang telah disiapkan segera melakukan tindakan kepada Liora dan Yana. Sedangkan yang lainnya termasuk kelompok-kelompok yang baru saja tiba dipanggil dan di kumpulkan membentuk lingkaran di luar tenda.

"Apakah seluruh kelompok jurit malam telah kembali?" Tanya pemimpin panitia. Saat ini mereka berkumpul sesuai kelompok masing-masing.

"Iya pak." Balas semua siswa.

"Apakah ada yang terluka?" Para siswa pun menggeleng secara bergantian.

"Syukurlah. Teman kalian dari kelompok 6 dan 7 ada yang terluka dan sekarang tengah ditangani oleh tenaga medis sekolah. Tetapi salah satu dari mereka ada yang terluka parah hingga tak sadarkan diri." Pemimpin panitia atau biasa dipanggil pak Senta itu menjeda ucapan nya sejenak.

"Siswi Liora dari kelompok 6. Dengan begitu, apakah ada perwakilan dari kelompok 6 yang bisa menjelaskan kronologinya?" Setelah pak Senta berkata demikian, para siswa memfokuskan pandangannya kearah kelompok 6. Termasuk Kenzo yang sedari tadi hanya diam.

Dinda mengangkat tangannya. "Saya pak." Ucapnya dengan percaya diri. "Saat kejadian nya terjadi, yang ada disana hanya Liora,saya dan Adeva pak." Lanjut nya.

Pak Senta mengangguk. "Coba ceritakan."

Sebelum berbicara, Dinda melirik kearah Adeva yang berada disamping Sabrina.

"Jadi..." Dinda pun mulai menceritakan kejadiannya sedangkan yang lain fokus mendengarkan. Dan tentu saja dengan cerita yang telah ia remake :)

"Pada saat Liora maju untuk berganti tempat, Adeva langsung mendorongnya dengan kuat, alhasil Liora jatuh dan kepalanya terbentur di batu besar,Pak."  Ujar Dinda menyudahi ucapannya.

Adeva menatap Kenzo. Dan pada saat itupun Kenzo juga menatap Adeva tanpa memberikan ekspresi apapun.

Adeva menggigit bibir bawahnya seraya berusaha tetap tegar meskipun kini ia menjadi pusat perhatian para siswa maupun panitia camping tahunan kali ini. Ia pun menggeleng pelan kearah Kenzo yang berada diseberang kelompoknya dengan maksud bukan dia yang melakukan nya. Setelah mendapat gelengan dari Adeva, Kenzo langsung mengalihkan pandangan nya.

"Adeva, apakah itu benar?" Tanya Pak Senta.

Adeva menoleh, "ng-ngga pak." Balasnya takut. Dinda berdecih. "Mana ada pelaku yang mau ngaku pak." 

Mendengar itu, Sabrina geram dan mengeluarkan suara. "Maaf pak, Saya tidak melihat kejadiannya secara langsung,tetapi sepertinya apa yang dikatakan oleh Dinda tidak sepenuhnya benar."

"Kenapa kamu bisa begitu yakin?"

Sabrina menghela napasnya. "Sekarang saya tanya,kenapa bapak bisa sangat yakin bahwa ucapan Dinda itu seutuhnya benar?" Balas Sabrina memberanikan diri.

"Karena dia ada di tempat kejadian."

"Adeva. Dia juga ada di tempat kejadian,kenapa bapak tidak mempersilahkan nya untuk berbicara juga?" Balas Sabrina lagi.

"Baik. Adeva banyak yang meminta kesaksianmu. Tolong katakan yang sejujurnya." Ujar Pak Senta.

Adeva menunduk. Ia sama sekali tidak berani berbicara didepan umum. Untuk mengangkat kepala saja saat ini rasanya begitu berat karena dirinya pun telah menjadi pusat perhatian.

"Siapapun yang terbukti salah, maka bapak akan melaporkan ke kepala sekolah dan akan mendapatkan hukuman skorsing minimal 3 hari."

"Jika kalian bertanya mengapa bisa mendapatkan hukuman, karena ini menyangkut nyawa teman kalian. Apalagi jika kalian melakukannya dengan sengaja." Lanjut pak Senta.

Mendengar perkataan tersebut, Adeva semakin takut hingga ia merasa ada seseorang yang mengelus pelan puncak kepalanya. Adeva tersentak kaget begitu melihat orang yang berdiri disampingnya.

"Kenzo?" Beo Adeva pelan. Kenzo hanya menatap datar kearah Adeva. Sedetik kemudian ia menaikkan sebelah alisnya. "Gue percaya sama lo, Va." Setelah mendengar ucapan Kenzo, Adeva seketika tersenyum sambil mengangguk seakan-akan keberanian datang kepadanya.

Adeva pun berucap. "Bukan saya, melainkan Dinda sendiri yang mendorong Liora,Pak." Ucapnya dengan percaya diri membuat Kenzo dan anggota inti Regaza menarik ujung bibirnya.

Dinda terdiam mendengar ucapan Adeva. Ia pun langsung menoleh kearah Adeva dan begitu terkejut nya ia setelah melihat Kenzo yang berdiri tepat disamping Adeva dan menatapnya dengan tatapan datar nan dingin.

Setelah mengumpulkan keberanian, Dinda kembali berucap. "Bohong! Dia bohong pak, jelas-jelas Adeva yang mendorong Liora."

Mendengar itu, Adeva menghela napasnya, "keringat lo udah bercucuran tuh. Kalo emang bukan lo, kenapa keliatan takut banget?" Timpal Adeva santai. Ntah kenapa kali ini keberaniannya terasa sangat besar untuk melawan Dinda.

Yap! Saat ini para mata terfokus kearah Dinda seorang. Setelah berkutat dengan pikirannya, Dinda kembali membuka suara. "Pak,tapi—"

"Gini aja pak,tunggu Liora sadar aja baru tanya dia siapa orang yang mendorongnya." Potong Adeva.

"Iya bener pak, daripada ribet kayak gini." Timpal Lisa.

Setelah diam beberapa saat, pak Senta pun membuka suara "Baiklah, kita tunggu Liora siuman agar mendapatkan informasi yang jelas."

"Sekarang kalian boleh kembali ke tenda masing-masing,istirahat dan siapkan pakaian kalian karena besok adalah hari ketiga kita, yang artinya hari terakhir kita camping tahunan kali ini." Lanjut pak Senta.

"Baik pak."

^*^

Halooo readers setiaa adepaa xixi
part ini lumayan panjang hueemm
Kalo feel nya belum dapet maapin
author yaa hehe ^^

Vote dan komennya jgan lupa

see u.

A D E V A [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang