HAPPY READING💕^*^
Setelah beberapa hari istirahat di rumah, kini Adeva telah kembali bersekolah.
Saat ini adalah waktu pulang sekolah, sedangkan Adeva berada di halte dekat sekolahnya untuk menunggu kedatangan Varel. Tadi, cowo itu menghubunginya dan mengatakan ingin bertemu dengan dirinya.
Awalnya Adeva menolak mentah-mentah ajakan Varel tersebut, namun Varel bersikeras untuk bertemu. Sebelum ke halte pun Adeva telah meminta izin kepada Kenzo yang masih berada di dalam kelas bersama inti regaza.
Selang beberapa saat, motor sport hitam berhenti dihadapannya. Ia adalah Varel.
Varel turun dari motornya dan berjalan mendekati Adeva. "Maaf lama."
Adeva mengangguk. "To the point aja." Mendengar nada bicara gadis itu, dapat Varel simpulkan bahwa Adeva sedang tidak ingin bertemu dengannya.
"Oke. Gue cuman mau bilang, tolong jangan salah paham."
Adeva mengernyitkan dahinya bingung. "Salah paham?" Ulangnya.
Varel mengangguk. "Tentang bunda."
Mendengar itu, Adeva langsung tersenyum. "Oh, santai."
"Bunda sayang sama lo, Va."
Seketika Adeva terkekeh. "Sayang, yah? Di saat gue lagi sakit, dia pernah ga sekali aja jengukin gue? Oke kalo lagi sibuk, setidaknya nanyain kabar gue gimana, pernah?"
"Va, lo salah paham."
"Lo tahu? Di saat gue mau ketemu sama mamah dia bilangnya gabisa karna lagi nemenin lo. Sadar dong, lo udah gede, lo juga cowo, harus banget yah ditemenin sama nyokap gue?"
"Nyokap lo mana emang? Kenapa lo bisanya jadi benalu di nyokap orang lain." Lanjut Adeva sarkas.
Varel terdiam.
"Rel, gue udah 12 tahun ditinggal orang tua. Dan di saat udah ketemu, orang tua gue malah lebih milih keluarga barunya dibanding gue."
"Deva—"
"Selamat. Selamat karena udah gantiin posisi gue dihati mamah." Potong Adeva cepat.
"Maaf."
"Lo gapantes tau, gak? Lo punya orang tua tapi nempelnya di nyokap gue. Cari muka banget sih, lo." Adeva mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia simpan untuk Varel semenjak mengetahui kebenaran ini. Jujur, dirinya sangat kecewa setelah mengetahui bahwa Jelin yang tak lain adalah ibu kandungnya lebih memilih Varel dibanding dirinya.
Varel menghela napas. "Gue bener-bener minta maaf, Va."
"Bacot. Lo pernah di ajarin sama nyokap lo supaya ga ngambil milik orang lain ga,sih?"
"Kalo aja gaada keluarga Kenzo, ntahlah mungkin gue udah jadi gembel sekarang, dan lo bahagia dengan mengambil apa yang bukan milik lo."
"Maaf, lo mau gue buat apa biar lo bisa maafin gue, Va." Balas Varel lembut.
"Gue mau lo pergi dari kehidupan nyokap gue."
^*^
Sepulang dari bertemu Adeva tadi, Varel langsung mengunjungi mamahnya.
Varel menatap batu nisan yang bertuliskan 'Vara Desianti binti Zakie' itu dengan tatapan sendu.
"Assalamualaikum, mah." Ucapnya pelan.
"Varel kangen. Mamah perginya cepet banget, sih."
"Di saat anak-anak lain bermain diusia 4 tahun, Varel malah sedih karena mamah ninggalin Varel untuk selamanya di usia semuda itu." Varel beralih mencabut rumput-rumput kecil yang berada di sekitar makam ibunya.
"Mah, sekarang Varel udah besar, udah 17 tahun. Mamah belum liat Varel gede, kan?" Ujar Varel lagi sambil menatap lekat batu nisan milik Vara itu.
"Varel kangen pelukan mamah."
"Varel kangen senyuman mamah."
"Varel yakin mamah udah tenang disana. Tapi, Varel bener-bener kangen pelukan mamah. Varel tau mamah ga bakal bisa balik. Jadi, gimana kalo Varel yang nyamperin mamah disana?"
^*^
Malam ini, inti regaza bersama Kevin tengah berada di rumah Kenzo. Mereka sedang mengerjakan tugas kelompok. Sedangkan Kevin dan Liora tengah asik pdkt-an di ruang tamu.
"Eh bentar lagi ulangan kenaikan kelas, kan?" Tanya Arvin ditengah-tengah mereka mengerjakan tugas.
"Yoi. Gilee kita udah mau kelas 12 aja." Balas Naval heboh.
"Gakerasa nanti udah lulus aja."
"Trus abis itu kuliah, kerja, mapan, nikah, punya anak." Timpal Roy.
"Anjir skenario hidup lo udah lengkap aja." Ucap Levan mengomentari.
"Iya lah. Dari pada lo belum mikirin masa depan."
"Nanti aja."
"Awas nanti lo jadi pengangguran."
"Amit-amit."
"Husttt...udah-udah. Selesai in dulu tugasnya, abis itu baru tengkar lagi." Lerai Kenzo. Dan saat itu juga mereka kembali fokus mengerjakan tugasnya.
Selang beberapa menit, Liora dan Kevin menghampiri mereka.
Roy yang melihat kedatangan keduanya pun berucap. "Udah puas pdkt-an nya?" Sindirnya.
"Syirik amat lo, njing" balas Kevin kesal kemudian duduk di samping Kenzo yang masih mengerjakan tugasnya.
"Santai, babi!" Timpal Roy.
"Pdkt mulu, jadiannya kapan?" Celutuk Levan.
"Tau nih, anak orang jangan di ghosting."
"Awas aja kalo di ghosting." Titah Kenzo masih dengan posisi mengerjakan tugasnya.
"Mampus." Ucap Roy kepada Kevin.
Kevin mendengus. "Ntar kalo gue jadian, kalian yang heboh."
"Biarin, kan kita juga yang bahagia." Kali ini Liora yang berucap.
Mendengar ucapan Liora, membuat semua nya heboh seketika.
"CIELAHH."
"Bisa aee si Liora."
"Cuitt...cuittt..kode tuh, Vin."
"Peka napa lo jadi cowo."
"Hust! Berisik lo pada." Ujar Kevin. Jujur, dirinya tengah menahan malu saat ini.
"Tembak aja, Vin. Lama amat lo."
"Nanti. Gausah buru-buru." Balas Kevin santai.
"Iya in dah."
"Eh Deva mana?" Tanya Arvin setelah menyadari bahwa sedari tadi ia tidak melihat batang hidung gadis itu.
"Di kamarnya." Balas Liora.
"Kok ga turun?"
"Tidur." Jawab Kenzo. Mereka pun mengangguk sebagai jawaban.
^*^
halooo paraaa readers jomblo adepaaa
makasii banget yang masih setia nunggu author up hehe
lopppyuu <3vomen janlup yaa🤍
see u.
KAMU SEDANG MEMBACA
A D E V A [COMPLETE]
Teen Fiction📌[TYPO BERTEBARAN MOHON DI MAKLUMI] 📌[PENULISAN MASIH BERANTAKAN] Adeva Keyna Almetta. Kisahnya dimulai ketika kedua orang tuanya menitipkan dirinya kepada sahabat dekat bundanya. Ia mengira bahwa ia akan dijemput kembali oleh kedua orang tuanya...