Part 47

7.2K 372 3
                                    


HAPPY READING💕

^*^

Kenzo, Adeva dan Liora baru saja memasuki kediaman davisson setelah pulang dari sekolah tadi. Saat hendak melewati ruang tamu, wajah Adeva yang tadinya ceria seketika berubah datar kala melihat Jelin tengah berbincang bersama Diana.

"Eh kalian udah pulang?" Kata Diana ketika melihat ketiga remaja itu memasuki rumah.

"Iya." Balas mereka. Adeva menatap Jelin yang juga tengah menatapnya seraya tersenyum tulus. Adeva terpaku melihat senyuman dari wanita itu.

Senyuman itu...senyuman yang bahkan hampir Adeva lupa dari hidupnya.

Senyuman yang telah belasan tahun hilang dari dunianya.

Adeva rindu senyuman itu.

Jelin bergeming. "Hai sayang." Sapanya kepada Adeva.

Adeva tersenyum kecut. "Kenapa?"

"Mamah kangen, pengen peluk kamu, boleh?"

"Emang punya waktu? Anak mamah yang cowo itu lagi ga mau ditemenin?" Balas Adeva tajam.

"Deva! Dia nyokap lo. Jaga sikap." Tegur Kenzo tiba-tiba. Adeva yang merasa benar dengan sikapnya itu seketika menoleh kearah Kenzo. "Sakit,Ken. Gue butuh sosok ibu. Tapi, diumur 5 tahun gue udah di tinggal sama sosok itu. Bukan untuk urusan pekerjaan, melainkan untuk memiliki keluarga baru."

"Bukan hanya sosok ibu, tapi keduanya. Papa sama mamah." Setelah berucap demikian, Adeva segera beranjak meninggalkan ruang tamu dan berlari menuju kamarnya.

Sedangkan Jelin menunduk kala mendengar kata-kata Adeva barusan. Ia benar-benar menyesali perbuatannya.

^*^

Varel dan anggota voster lainnya baru saja tiba di basecamp regaza. Sebelumnya, ia meminta kepada Kenzo agar bertemu di basecamp regaza bersama dengan anggota mereka.

Varel pun berjalan masuk sambil sesekali memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Lo gapapa, Rel?" Tanya salah satu anggota inti voster setelah melihat Varel tak henti-hentinya memegangi kepalanya.

Varel menggeleng. "Udah biasa."

"Berhenti berlagak sok kuat di depan kita, kita udah tau semuanya."

"Makanya diem." Titah Varel.

Sesampainya didalam, Varel melihat Kenzo beserta anggota regaza lainnya yang tengah duduk berbentuk lingkaran di sofa. Ada juga yang lesehan di karpet sembari memainkan handphone nya.

"Sorry buat kalian menunggu." Ucap Varel. Semua anggota regaza kompak berdiri kala melihat Kenzo berdiri.

"Mau bahas apa?" Tanya Kenzo. Varel mendekat diikuti oleh anggota voster lainnya. Semua pandangan pun kini fokus kearah Kenzo dan Varel.

Varel berdehem. "Gue tau gue banyak salah, geng-geng diluar sana juga tau kalau regaza ama voster itu musuh bebuyutan."

"Kita udah sering adu kekuatan, adu balap." Lanjut Varel lagi.

Kenzo dan anggota regaza lainnya diam menyimak ucapan Varel.

"Mungkin ini tiba-tiba banget, tapi gue mau kata musuh diantara kita itu hilang. Gue sebagai ketua Voster mau berdamai." Ujar Varel tegas. Anggota regaza maupun Kenzo hanya diam membuat Varel dan anggotanya heran.

"Lo boleh mukul gue, asal jangan anggota gue. Gue leader voster, jadi gue yang harus bertanggung jawab."

"Kita semua anggota voster, bukan cuman lo doang. Jadi kalo mau balas dendam itu ke kita, bukan ke Leader." Koreksi Adren, salah satu inti voster.

"Diem! Gue ga nyuruh lo bicara."

"Jangan sok kuat, Rel." Balas Adren lagi. Varel tidak menanggapi ucapan Adren barusan, ia beralih menatap Kenzo yang berada di hadapannya.

"Gue bener-bener minta maaf." Ujar Varel lagi.

Kenzo menoleh kearah anggota regaza, dan seketika ia mendapat anggukan dari mereka.

"Gue—"

"Stop." Kenzo memotong ucapan Varel.

"Sebelum lo kesini, gue udah bicara sama anggota gue."

"Setelah mengetahui kebenaran tentang lo ama Deva, gue pikir ga ada gunanya gue musuhan sama saudara dari sahabat gue sendiri."

Varel mengernyitkan dahinya bingung. "Maksud lo?"

"Seperti yang lo mau, regaza juga mau damai." Ucap Kenzo dan sontak mendapat tatapan kaget dari anggota voster.

"Bukan cuman voster, tapi gue rasa regaza juga punya salah sama kalian. Dengan itu gue minta maaf."

Varel terdiam beberapa saat.

"So?" Tanyanya kemudian. Kenzo mengedikkan bahunya seraya terkekeh. Melihat itu, Varel pun ikut terkekeh dan langsung memeluk Kenzo ala pria, Kenzo pun membalas pelukan Varel itu.

"Thanks, bro." Ucap Varel. Kini mereka beralih menatap anggotanya masing-masing.

"Kalian gamau baikan?" Celutuk Kenzo dan Varel bersamaan. Seketika, anggota dari kedua geng itu tertawa dan saling berpelukan seperti yang dilakukan ketuanya barusan.

"Gue harap kita bisa lebih dekat." Seru Roy bersemangat. Ntahlah, rasanya berdamai dengan musuh sendiri itu sangat menyenangkan. Karena masalah akan hilang dengan perlahan.

"PASTI." Balas mereka secara bersamaan.

Varel tersenyum. Rasanya ia benar-benar lega. Bebannya satu persatu mulai hilang. Ia jadi yakin setelah ini, dirinya dapat pergi dengan tenang.

^*^

Setelah pulang dari basecamp regaza, Varel meminta tolong kepada Kenzo agar menyuruh Adeva menemui nya walau hanya sebentar.

Varel pun menunggu Adeva didepan gerbang kediaman Davisson. Ia bersandar pada motornya.

Beberapa saat kemudian, Adeva keluar dan menghampirinya dengan tatapan kurang bersahabat. "Kalo bukan karna Kenzo yang nyuruh, gue ga bakal mau ketemu sama lo." 

Varel hanya tersenyum mendengar ucapan Adeva barusan. "Lo mau ketemu aja, gue udah seneng,Va."

Adeva mendecih. "Apa lagi,sih?"

"Lo pake bedak,ya? Biar dikira lo lagi sakit, dih caper banget." Lanjut Adeva setelah melihat wajah Varel yang terlihat pucat.

"Iya." Balas Varel. Adeva langsung memutar bola matanya malas.

"Gue mau minta maaf, Va."

"Tolong maafin gue karna udah ngambil bunda dari lo."

"Gue gatau kalau—" Varel menggantungkan ucapan nya ketika merasakan sakit di kepalanya. Ia mencoba menahan rasa sakit itu dengan memegangi kepalanya.

"Pencitraan." Komentar Adeva. Mendengar itu, Varel langsung melepaskan tangannya dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya.

"Gue gatau kalau bunda punya anak, Va." Sambung Varel.

"Maukan maafin gue?"

"Lo inget yang gue bilang kemarin? Lo harus apa biar gue maafin." Balas Adeva.

Varel mengangguk. " Ya, gue bakal nurutin itu. Gue juga kangen sama nyokap gue, jadi gue bakal nyamperin dia."

"Bagus." Ucap Adeva santai.

"Kenapa ga dari dulu lo nyamperin nyokap lo? Emang nyokap lo tinggal dimana sampai-sampai lo lebih milih ngambil nyokap orang lain."

Varel terkekeh mendengarnya. "Jauh. Nyokap gue tinggalnya jauh. Makanya gue butuh waktu buat nyamperin dia."

"Oh ya,Va. Lo harus janji, setelah gue nurutin syarat lo buat ninggalin bunda, lo harus maafin bunda, dia bener-bener sayang sama lo, Va."

"Gue harap lo ngga ngecewain bunda." Lanjut Varel.

^*^

Damai damai🌚
Hari ini author bakal triple up yaa
janlup vomen nya gaess

see u.

A D E V A [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang