Part 22

6.7K 397 0
                                    

HAPPY READING💕

^*^

Setelah Vano dan juga Reva pergi dari hadapan Kenzo, ia segera beralih kearah Adeva yang terlihat masih bungkam dengan keadaan.

Kenzo menarik Adeva kedalam pelukannya. "Maaf." Ucapnya lembut. Adeva hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Kenzo melepas pelukannya dan menatap dalam manik mata coklat milik Adeva sambil menyejajarkan tingginya dengan gadis itu. "Semua ini adalah rencana. Gue udah tahu dari awal kalo Reva itu punya motif lain, dan soal kalung itu adalah usulan dari putra-anggota regaza." Lagi-lagi Adeva hanya mengangguk pelan.

"Maaf udah ngomong kasar, maaf udah marah sama lo. Sebenarnya gue udah maafin lo dari lama, cuman karna ada Reva, gue sengaja jauh dari lo untuk sementara waktu." Jelas Kenzo lagi.

Kali ini, ia menangkup wajah Adeva dengan kedua telapak tangannya. "Dan makasih udah donorin darah lo buat gue." Adeva mendongak menatap Kenzo dan segera beralih menatap anggota inti Regaza dengan tatapan bertanya.

Arvin pun akhrinya membuka suara. "Kita udah ceritain semua ke Kenzo."

Adeva berdecak pelan. "kenapa?"

"Yaa biar Kenzo tahu." Jawab Levan enteng.

Adeva hanya mendengus mendengar ucapan Levan, dan tanpa disadari, sikapnya itu membuat anggota inti Regaza terkekeh.

"Tau ah kesel sama kalian." Ujar Adeva.

"Cielah ngambek."

"Ututu Deva ngambek."

Kenzo hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Udah sekarang kita pulang." Ucapnya sambil merangkul pundak Adeva dan berjalan meninggalkan hutan tersebut diikuti anggota lainnya.

^*^

Saat sampai dirumah tadi, Adeva maupun Kenzo segera membersihkan dirinya. Adeva yang sangat lelah pun langsung tidur dengan nyenyak diatas kasur queen size miliknya.

Dan sekarang ia terbangun pada pukul setengah sepuluh malam. Adeva bosan, ia pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang tengah untuk menonton televisi.

Saat sampai di ruang tengah, Adeva melihat Kenzo yang tengah bersantai sambil menonton film action, dengan segera ia duduk di sofa yang berada di samping Kenzo.

"Udah bangun?" Tanya Kenzo dan mendapat anggukan dari Adeva.

"Lo ada luka gak?" Tanya Kenzo lagi saat mengingat bahwa tadi Reva ingin mencelakai Adeva.

Adeva menggeleng."Ngga ada,kok."

Hening.

"Ken." Panggil Adeva pelan. Kenzo menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Itu...kalung yang ini ga ada penyadap suaranya kan?" Tanya Adeva dengan wajah polosnya sambil menunjuk kearah kalung yang digunakannya dan kalung tersebut adalah hasil pemberian Kenzo . Ia takut nanti Kenzo juga memberikan penyadap suara di kalung tersebut.

Kenzo bungkam.

1 detik

2 detik

3 detik

"WAHAHAHAHAHA." Jujur, Kenzo tidak bisa menahan tawanya. Ia terus tertawa terbahak-bahak sedangkan Adeva melihatnya dengan tatapan bingung.

"Kenapa?" Ujar Adeva. Kenzo berdehem untuk menghentikan tawanya.

"Lo yaampun...ga mungkin lah gue kasih penyadap suara ke kalung itu. Mikir dong,Adeva."Ucap Kenzo gemas.

Adeva hanya memasang cengiran kuda nya."Ya kali- kali kan."

"Ngga lah."

Adeva mengangguk. "Jadi sekarang lo ga marah lagi kan?"

Kenzo menepuk jidat nya. "Gue ga marah Deva, kan tadi gue udah bilang."

"Jadi besok kita berangkat bareng lagi kan? Soalnya gaenak kalo diantar supir, kalo diajak ngobrol pasti formal banget, kan ga seru."

Kenzo terkekeh. "Lo juga sih, siapa suruh berangkat sama supir,padahal gue ga pernah larang lo berangkat bareng gue."

Adeva mendengus. "Ya emang sih, tapi kan gue malu, masa lo diemin gue trus gue langsung masuk aja ke mobil lo."

"Ya gapapa."

Adeva kembali mendengus mendengar jawaban Kenzo. "Oh ya, makasih yang tadi." Ucapnya lembut. Kenzo mengacak pelan rambut Adeva. "Santai." Balasnya.

^*^

Disisi lain,Vano tidak membawa Reva pulang ke rumahnya, melainkan membawanya kesebuah cafe.

Saat ini mereka tengah duduk berhadapan sambil menunggu pesanan mereka.

Vano membuka suaranya. "Bisa jelasin ke gue?"

Reva mendongak menatap dalam kearah Vano. "Semuanya gagal." Ucapnya lirih, ia kemudian melepas kalung yang menggantung indah di lehernya.

"Lo liat ini? Kalung ini ada penyadap suaranya." Vano terkejut mendengar hal itu. Dan dengan cepat ia merampas kalung tersebut dan membuangnya di tong sampah depan cafe. Setelahnya, ia kembali duduk di dalam cafe tersebut.

"Jadi maksud lo,Kenzo tahu semua karna kalung itu?" Tanya nya tak percaya, sedangkan Reva mengangguk lesu.

"Astaga. Kenapa lo bisa ceroboh gitu sih? Kalo gini kan udah gagal total." Reva bungkam.

"Gue emang ngakuin kalo Kenzo ama regaza itu cerdik."

"Bukan lagi, ngapain lo bawa Adeva ke tempat gituan? Lo mau celakain dia kan?" Lanjut Vano tegas.

Reva mengangguk. "Ya. Gue emang pengen nyelakain dia, karna sampai kapan pun gue bakal terus ngejar Kenzo. Dan suatu hari nanti gue bakal hilangin nyawa Adeva karna berani deket-deket ama Kenzo."

Plak.

Vano menampar Reva. Tamparan nya memang tidak terlalu keras, tapi menurut Reva ini sangatlah menyakitkan.

"Jaga omongan lo. Lo masih inget kan kalo gue itu ada perasaan sama Adeva, gue ga bakal biarin siapa pun nyelakain dia. Termasuk elo."

"Lo... Nampar gue hanya karna cewe itu? Lo sadar ga sih?! Gue ini sepupu elo. Dan lo bela cewe yang sama sekali ga pernah ngelirik kearah lo!" Pekik Reva tak terima.

"Gue bakal buat dia ngelirik kearah gue."

"Dan itu semua butuh waktu."

"Ya emang itu butuh waktu. Dan gue siap menunggu waktu itu tiba." Vano segera beranjak dan meninggalkan Reva yang tengah menatapnya tajam.

"Ngga Kenzo, Regaza bahkan Vano pun yang notabenya sepupu gue lebih milih lo Adeva! Gue gabakal tinggal diem saat harga diri gue di injak sama lo. Tunggu pembalasan gue,Adeva Keyna Almetta." Batin Reva sinis.

^*^

VOTE DAN KOMEN NYA BUND;)

See u.

A D E V A [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang