Agatha dan Nesyah udah sampai di kantin mereka memilih duduk dipojokan dibanding ditengah - tengah dan banyak ramai. Pojokan itu bagi Agatha sangat nikmat dan seju dari suara bising, tak suka dengan suara bising ia menyukai keheningan.
Nesyah duduk dengan tenang berbeda dengan Agatha yang sedang mengeluarkan sekotak rokok yang baru saja ia beli saat sebelum ke kampus. Baginya barang nikotin itu sangat berharga, sehari tidak mengisap aneh rasanya ditambah jika saat dirinya ada masalah maka ia akan bisa menghabiskan satu bungkus nikotin itu.
"Lu masih ngerokok?" Nesyah beralih pandangan saat merasakan asap yang ia kenal. Dan benar sang sahabat sedang merokok.
"Masih." ungkap Agatha dengan menghembus asap itu.
"Kakak sama Mama tau?"
"Engga," ia jadi memikirkan gimana jika dirinya ketahuan apakah mereka akan marah atau tidak. "Kalau ketahuan udah jadi nasib gua mungkin."
"Kurangin iya, lu itu cewe engga bagus buat lu."
"Iya, engga janji."
"Gua paham, tapi ingat kesehatan lu. Jangan mentang - mentang Mama apoteker lu seenaknya."
"Gua seenaknya? Gua seenaknya gimana? Lu tau keluarga gua dari kecil gimana? Apa ada gua mengeluh sama mereka? Apa ada gua minta apa yang gua inginkan? Semuanya gua pendam. Coba kita ganti posisi, lu jadi gua dan gua jadi lu?! Apa lu bisa kaya gua bertahan dengan topeng? Kalau bisa hebat dari gua silahkan gantikan gua dari permainan takdir sialan ini!!" Agatha mengeluarkan semua perasaannya ia tidak peduli jika yang dihadapannya sahabatnya, yang ingin kan hanya mengeluarkan semua bebannya.
Nesyah yang dikata seperti itu hanya bisa bungkam, ia tidak bisa berkata apa - apa lagi disaat sahabatnya udah mengeluarkan isi hatinya. Ia merasa tidak enak dengan Agatha, padahal ia juga tau bahwa Agatha tidak ingin seperti ini.
"Gua harap lu pikir - pikir lagi, mana ada yang mau ketika lu dikasih 3 kata 'Ikut Mama atau Papa?' mungkin lu hanya seorang anak kecil yang engga tau arti kata itu. Tapi ketika lu dewasa, lu baru sadar jika itu sebuah pertanyaan yang bikin lu sulit menjawab. Untuk menjawab aja gua rasa lidah lu akan keluh buat bilang. Gua engga minta lahir di keluarga kaya gini? Tapi takdir ini yang bikin gua ngubah segalanya. Ngubah pola pikir dan sudut pandangan gua. Sampai sini paham?!" Agatha pergi meninggalkan Nesyah sendirian di meja itu. Ia sudah lelah dengan dunia, ditambah ia lelah harus dihadapkan oleh kenyataan yang pahit.
Dua orang tak jauh dari meja mereka pun menglihatnya bahkan mendengarnya, mereka pikir itu pembicaraan santai ternyata salah itu pembicaraan yang membuat salah satu mereka teringat akan masalalunya yang kelam.
"Gua engga nyangka kalau Agatha begitu sama Nesyah, gua paham maksud Nesyah tapi gua juga engga bisa bilang Agatha salah." ucap lelaki yang mendengar percakapan mereka.
"Gua balik." ucap sang sahabat.
Lelaki itu hanya bisa melihat pundak sang sahabat yang mulai menjauh, ia bahkan tidak mengerti pola pikir sahabatnya ditambah dengan kedua cewe itu sangat rumit bahkan engga terlalu sampai pemikirannya.
***
Agatha wanita sibuk dengan rokok yang di tangannya, ia mengingat semua kenangan buruk yang terjadi dalam keluarganya disaat dirinya masih kecil tapi ia tidak bodoh. Ia paham arti kata itu, tapi sulit rasanya untuk mengatakannya pada mereka.
Ingin aku berteriak dan mengatakan bisa tidak kenangan itu tidak memutar di otak ku. Jujur bukan hanya fisik ku yang lelah tapi batin ku. Aku iri dengan mereka yang lengkap, aku iri melihat keluarga mereka yang harmonis. Sedangkan aku? Papa orang yang aku sayang malah menaruh luka yang mendalam, saking mendalamnya sulit untuk di lupakan oleh ku dan bayangan itu menghantuiku. Batin Agatha.
"Jangan ngelamun, mending cerita jangan di pendam itu engga baik. Mending cerita atau lu tuang dalam sebuah buku." ungkap seseorang yang duduk di samping Agatha.
Agatha yang melihat ada lelaki yang di sampingnya pun heran, herannya ia tidak mengenal lelaki ini, tapi kenapa ia ada disini? "Siapa?"
"Gua Ardistide Keano, maaf tadi gua engga sengaja denger omongan lu sama sahabat lu. Makanya gua ikuti lu." kata Keano memandang kedepan.
"Hm."
"Jangan ngerasa takut sendiri, lu bisa cerita ke gua. Gua akan dengarkan bahkan gua akan menjadi sandaran lu."
"Engga butuh."
"Terserah, kalau butuh teman cerita atau sandaran bisa temui gua di jurusan bisnis."
"Hm."
"Gua pamit, ingat pesan gua."
Agatha yang melihat Keano pun hanya menghembuskan napas ia bahkan tidak mengenal lelaki itu, tiba - tiba lelaki itu datang sebagai seorang yang penasihat. 1 kata untuk lelaki itu bagi Agatha aneh.
***
Hai update lagi mumpung waktu kosong di tempat kerja jadi aku up aja deh daripada bosan. Maaf iya pendek, maaf jika typo.
Jangan lupa share, komen dan vote
Instagram : aiviemarcelinaa
Bekasi, 03 September 21
KAMU SEDANG MEMBACA
Keano
Teen FictionSemua orang memiliki masalalu yang berbeda - beda ada yang memiliki kenangan yang bahagia dan ada yang memiliki kenangan yang sangat membuat seseorang trauma ketika ingat masalalu itu. Tidak semua bisa melupakan atau berdamai dengan para masalalunya...