Tak sengaja, Mira dan Zara berpapasan saat Mira baru saja kembali dari kamar mandi. Zara kembali melayangkan pandangan pada jam yang dikenakan oleh Mira saat ini. Hatinya memiliki firasat, namun logikanya mengatakan bahwa tidak boleh menuduh orang sembarangan tanpa bukti jelas.
"Apa yang Deira ceritakan tentangku?" Tanya Mira, saat Zara hanya akan melewati dirinya begitu saja.
Zara berhenti mendengar pertanyaan Mira, ia berbalik lalu saling berpandangan dengan Mira."Tidak ada, ia hanya mengatakan bahwa ada seorang tamu yang menginap di rumahnya." Jelas Zara padanya.
"Sebenarnya aku ingin bertanya pada Al-Fath, tapi kurasa aku tidak berhak." Mira kembali memulai pembicaraan,"Apakah Deira mantan pacarnya Al-Fath?"
Zara sedikit terkesiap,"Aku tidak berhak menjawab pertanyaan itu."
Mira hanya tersenyum simpul,"Melihatnya terkejut tempo lalu, saat aku makan bersama dengan Al-Fath. Aku bisa menyimpulkan, bahwa cinta bertepuk sebelah tangan." Ucapnya ringan, setelah berkata tersebut Mira meninggalkan Zara yang diam tak menanggapi apapun.
***
Al-Fath kembali dari ia mengantarkan Mira pulang, hari ini. Al-Fath kaget saat mengetahui Zara seperti sedang menunggunya. Namun perdebatan tempo hari, membuat Al-Fath enggan walaupun hanya menyapa adik kesayangannya itu."Did you buy a watch for Mira?" Tanya Zara, saat Al-Fath baru saja menaikkan satu kakinya ke anak tangga.
"No" Jawabnya singkat, lalu ia kembali menaiki anak tangga.
"She has the same item as Deira, is it a coincidence?" Zara kembali berucap.
Al-Fath tidak jadi menaiki anak tangga, ia kembali turun menghampiri adiknya. Bahkan emosinya sedikit naik, pertanyaan Zara membuat seakan Mira adalah seorang pencuri.
"Kamu menuduh Mira mencuri barang milik Deira?" Ucap Al-Fath sedikit dengan penekanan,"Kamu pikir, barang seperti itu hanya dimiliki oleh Deira. Kamu pikir hanya dia yang mampu membelinya?" Ucap Al-Fath, ia menahan amarah.
"I just give you a question."
Al-Fath menyugar rambutnya, lalu ia berkacak pinggang."Dari pertanyaan kamu, menyudutkan Mira mencuri barang milik seseorang Za. Aku akan pura-pura tidak mendengar nya, kamu tau kan kalau tidak benar hal itu menjadikan kamu memfitnah seseorang."
Zara hanya tersenyum mengejek,"Aku tau karena aku yang membelinya sendiri dengan Abang." Mata Zara berkaca, nafasnya sedikit tersengal menjelaskan."Aku tau karena tidak mudah untuk mendapatkannya."
Al-Fath berkacak pinggang, ia marah. Hanya barang sepele seperti jam tangan saja, yang menurut Al-Fath banyak dijual di luaran sana, menjadikan ia dan adiknya bertengkar.
"Kamu punya bukti?" Tantang Al-Fath.
Zara mengangguk,"Aku baru saja bertanya pada Deira, dan ia meminta maaf karena ia kehilangan barang yang aku berikan padanya." Jelas Zara dengan cepat.
"Jika Deira kehilangan barang miliknya bukan berarti Mira mencurinya." Desis Al-Fath menahan amarahnya.
"Aku tau karena aku paham, sulit mendapatkan barang itu dan Mi....."
"DIAM!"
Belum selesai Zara menjelaskan, Al-Fath terlebih dulu membentaknya. Membuat semua orang di rumah itupun, menuju sumber suara.
Zara hanya diam mematung, Adam dengan cepat berjalan ke arah istrinya yang memandang Al-Fath dengan tatapan kecewa bahkan air matanya sudah mengenang di pelupuk. Nuril dengan tergopoh-gopoh datang mendatangi kedua anaknya yang tengah berseteru.
"Kamu gimana sih, Adik kamu sedang hamil." Nuril mengomel pada Al-Fath,"Kalian ada masalah apa!?"
"Sayang, hei dengarkan aku." Adam mencoba menenangkan sang istri, memintanya untuk memandang dirinya. Karena Zara masih terus memandang Al-Fath dengan tatapan amarah.
"Aku begini karena aku peduli pada Abang," Ujar Zara dengan nada yang parau,"Karena aku sayang sama Abang, aku gak mau Abang salah dalam memilih."
"Yang menentukan semua itu aku, kamu nggak berhak. Sama sekali!" Kata Al-Fath dengan penuh penekanan.
Nuril menarik Al-Fath menjauh dari Zara, putrinya sedang hamil saat ini. Ia tak mau mengambil resiko terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Listen to me!" Zara berteriak,"You!" Ia menunjuk Al-Fath dengan telunjuknya,"Will regret." Setelah berkata demikian, Zara melangkahkan kakinya, ia berjalan menuju kamarnya.
***
Nuril memukul lengan putranya, Al-fath sudah menceritakan perihal bagaimana ia dan Zara bisa bertengkar hari ini."Boleh bunda jujur." Nuril duduk di sofa kamar Al-Fath.
Al-Fath mendongak, ia sendiri duduk di kasur sambil menyangga kepalanya.
"Bunda tak suka dengan Mira."
"Apa karena Zara?" Gumam Al-Fath.
"Bunda punya alasan sendiri." Jelas Nuril, ia tak mau kedua anaknya kembali berseteru.
Al-Fath memejamkan mata,"Aku ke apartemen," Ucapnya pelan, lalu ia mengambil jaketnya dan pergi ke apartemen miliknya. Meninggalkan sang bunda berada di kamar miliknya.
***
"Mas gak percaya sama aku."Adam berjongkok di depan Zara yang terduduk di kasur "Menuduh hal yang nggak ada buktinya, nanti jadi fitnah." Jelas Adam pada sang istri.
Zara mendengus sebal,"Tapi aku tau kalo dia ambil barangnya Deira mas. Itu barang limited edition belinya harus antri dari sebelum launching dan setiap barang ada kodenya." Jelas Zara rinci.
"Zara, jangan di perbesar masalahnya. Kita nggak punya bukti. Mungkin saja, Mira juga ikut pre order." Adam terus mencoba membujuk sang istri."Nanti minta maaf sama bang Al-Fath, gak baik menuduh orang."
"Mau bukti kan?" Tantang Zara,"Maka aku akan mencarinya sendiri." Lalu ia mengambil ponselnya yang terletak di nakas, Zara berjalan menjauh dari Adam, ia pergi ke balkon untuk menghubungi seseorang.
Adam mendekati istrinya yang sibuk menelpon entah dengan siapa, dari bahasa yang didengarnya itu bahasa Perancis. Yang benar saja, Zara benar-benar mencari buktinya.
"Merci pour l'aide j'attends les prochaines news". Ucapnya di akhir, setelah itu Zara menutup sambungan telepon.
(Terima kasih atas bantuan anda saya akan menunggu untuk kabar berikutnya)"Siapa?"
"Natasha, dia yang akan membantu aku mencari bukti. Meskipun butuh waktu yang tidak sebentar, karena ada perubahan manajemen di store tapi dia akan mengusahakan hal itu."
Adam hanya mengangguk menyikapi Zara, istrinya seorang desainer, jadi ia lebih paham mengenai barang-barang seperti itu. Adam akan mendukung Zara jika yang dilakukan istrinya adalah kebenaran. Namun ia akan mengingatkan Zara untuk meminta jika apa yang ia tuduhkan salah, meminta maaf kepada Mira maupun kakaknya.
🍃🍃🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...