Playlist: My Turn - Park Won
(Ost. Ending Again)
****
Dari komen yang author baca, pada sensi semua sama Al-Fath deh. Kenapa sih emangnya? Bisikin author dong. Biar aku nanti marahin si Al-Fath.Happy Reading
Deira membuang buket bunga, yang diberikan oleh Al-Fath. Entah sudah buket bunga ke berapa yang ia buang dari Al-Fath. Buket bunga mawar berbagai macam warna, terus berdatangan selama Deira mulai kembali bekerja di kantor.
Keadaanya berangsur membaik, meskipun ia lebih sering mengalami mimpi buruk yang sama. Mimpi dimana rasa bersalah terhadap Arman yang terus menghantui malam harinya.
Suara ketukan kembali terdengar, Deira yang melamun memandang tong sampah yang sudah penuh dengan bunga mawar. Ia lebih memilih berjalan menuju arah pintu.
"Sudah kubilang buang sa..." Deira menghentikan perkataannya.
Dibalik pintu Al-Fath tersenyum, sambil membawa buket bunga mawar. Deira pun merasa jengah, ia bahkan tak suka melihat Al-Fath disana.
"Dibuang semua?" Kata Al-Fath sambil melihat ke arah tong sampah.
Deira refleks minggir saat Al-Fath masuk ke dalam ruangan.
Al-Fath tetap tersenyum, meskipun hatinya merasakan sakit yang teramat sangat. Melihat kekeuh nya Deira menolak bunga-bunga pemberian darinya.
"Bunganya terlalu cantik untuk dibuang, kan bisa di letakkan di dalam vas." Ucap Al-Fath, seraya meletakkan kembali buket mawar berwarna merah muda di meja Deira.
Deira hanya diam, ia menutup pintu. Lalu menatap Al-Fath dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Lagipula, aku tidak meminta bunga-bunga itu." Kata Deira dengan nada datar, ia menyilangkan kedua tangannya. Sambil menatap Al-Fath yang juga berdiri bersebrangan dengan dirinya.
"Sampai kapan akan terus bersikap begini?"
Deira mengendikan bahu,"Aku tidak mengerti."
Al-Fath menghela napas, mendekati Deira adalah hal sulit yang ia lakukan saat ini. Seakan ia membangun tembok yang begitu tinggi dan kokoh, sangat sulit untuk di lewati oleh dirinya. Namun hal tersebut, lantas tak membuat dirinya akan menyerah setidaknya hanya dengan Deira mengijinkan dirinya walaupun hanya berdiri disampingnya.
"Masih adakah hal lain? Aku sibuk." Kilah Deira, ia perlu menata kembali semuanya dari awal. Ia hanya ingin sendiri saat ini, tanpa ada gangguan dari apapun dan siapapun.
"Maaf jika mengganggu," Al-Fath masih mencoba tersenyum,"Kalau begitu aku pamit," Salamnya.
Deira hanya mengangguk sekilas,"Bisakah kamu bawa itu!" Deira menunjuk, buket bunga yang berada di atas mejanya. Memberikan isyarat pada Al-Fath untuk membawa serta barang yang ia bawa saat memasuki ruangan Deira.
Al-Fath kembali berjalan kembali, ia pun mengambil buket bunga tersebut.
"Kata Zara kamu suka mawar." Gumam Al-Fath, saat Deira membelakangi dirinya."Tapi bunga mawar terlalu banyak warnanya, jadi aku tidak tau kamu suka yang warna apa. Bilang saja, aku akan membawakan mawar apa yang kamu inginkan."
"Tidak perlu!" Deira berpaling, kini mereka berdua saling berhadapan.
"Kamu tidak perlu membawakan apapun untuk aku, aku tidak akan menerima nya."
"Jujur saja, aku ingin mendekati kamu." Al-Fath memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya.
Deira mendekat, bahkan ekspresi wajahnya sangat sulit di tebak oleh Al-Fath.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...