Berulang kali ia meminta, berulang kali mendekat, hanya penolakan lah yang Al-Fath dapatkan saat ini. Ia sadar, mungkin rasa sakit hati yang ia terima tak sebanding dengan luka yang ia torehkan pada Deira dimasa lalu.
Menyerah? Tentu saja tidak, selagi ada kesempatan Al-Fath akan terus mendekati Deira.
Memang tak mudah, atau semua ini adalah balasan dari perbuatannya dan juga perlakuannya dulu terhadap Deira. Keadaan sekarang membuat Al-Fath menyadari tanpa sengaja atau entah secara sengaja, ia sendiri yang membuat Deira lebih memilih menjauh darinya.
Ia menyesali segalanya, tapi saat masih ada waktu. Dia akan tetap berusaha mengembalikan kepercayaan dan juga perasaan Deira kepada dirinya.
Tidak peduli berapa lama, Al-Fath akan tetap berusaha. Ia yakin Deira akan menerima dirinya kembali.
"Mohon maaf pak, Bu Deira tidak bisa dihubungi?" Kata Rendi asisten pribadi Al-Fath.
"Nomor saya juga di blokir." Rendi menggaruk belakang kepalanya sambil nyengir.
Al-Fath menghela nafas, ia menghubungi Deira tadi pagi. Sekedar mengajak ia untuk makan siang bersama, pesan pertama tidak dibalas. Al-Fath terus menerus mengirim pesan dan juga menelpon Deira, tapi semuanya seperti diabaikan oleh Deira. Ia hanya membacanya saja tanpa ada niatan membalas.
Dan yang terakhir adalah Deira memblokir kontak Al-Fath kembali setelah sebelum nya ia sudah membuka blokiran kontak Al-Fath. Meminta bantuan Rendi sudah Al-Fath lakukan. Dan yang didapatkan, Deira juga memblokir kontak Rendi.
"Saya akan bicara langsung saja dengan dia." Al-Fath berdiri, ia mengambil jas yang di letakkan di kursi kebesarannya.
"Jika boleh saya mau memberi saran." Rendi pun memberanikan diri.
"Apa?"
"Pak Al-Fath jangan terlalu mengejar Bu Deira," Rendi bersiap melihat respon Al-Fath yang memang akhir-akhir ini begitu sensitif dan suka marah-marah sendiri.
"Apa maksudnya?!"
Rendi pun sudah mengira, Al-Fath akan memotong perkataannya dan juga menatapnya seakan-akan mengulitinya sekarang juga. "Pak Al-Fath dengarkan dulu, Bu Deira saat ini sedang masa berkabung. Anda tau sendiri kan, jangan terlalu memaksakan dia langsung menerima perasaan anda. Jika ingin berada di sampingnya jadilah orang yang siap mendengar cerita dan segala keluhan yang Bu Deira rasakan, seperti Pak Satria."
Al-Fath tampak berpikir,"Apa saran yang kamu berikan bisa dipercaya?"
Rendi mengangguk mantap,"Jika terlalu di kejar, Bu Deira pasti akan terus menghindar. Pak Al-Fath harus mendekati dia dengan jadi teman terlebih dahulu. Dapatkan kepercayaan Bu Deira kembali."
Al-Fath kembali berpikir apa yang dikatakan oleh Rendi benar adanya.
"Meskipun aku tidak terlalu mempercayai saran darimu, tapi akan ku coba."
"Mengapa anda tidak percaya?"
"Karena kamu masih jomblo!" Al-Fath pun berlalu meninggalkan Rendi di dalam ruangannya yang masih tercengang atas apa yang dikatakan oleh atasannya.
"Giliran udah pergi aja di kejar-kejar sekarang." Rendi bergumam, mengomentari tingkah Al-Fath yang sudah keluar dari ruangan.
***
Deira terdiam membeku dibalik meja kerja, saat ia melihat seorang yang kini berdiri di ambang pintu ruangannya.
Kakinya melangkah semakin mendekati Deira, dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya.
Deira segera tersadar, ia pun mendekati tamu yang berkunjung ke kantornya hari ini. Segera ia meraih tangan dan mencium punggung tangan orang yang pernah akan menjadi mertuanya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...