The Last Leaf || Part 7. Lies or Honesty✓

13.2K 909 11
                                    

Deira baru saja turun dari pesawat, ia menyeret koper kecilnya menuju ke pintu kedatangan. Kemarin orang tuanya sudah pulang dari Thailand, sedikit terlambat dari jadwal kedatangan. Karena hujan jadi pesawat Deira delay selama dua jam.

Deira terus berjalan menuju pintu keluar bandara, hingga ia kaget saat ada seseorang yang menyentak tangannya mengambil koper yang ia bawa.

"Bang Al-Fath!" Deira sedikit terkejut.

Al-Fath tak bergeming, ia bahkan menggandeng tangan Deira. Ah tidak, lebih tepatnya menyeret lengan Deira untuk mengikuti dia.

Deira menyentak tangan Al-Fath, saat sudah berada di teras."Bang Al-Fath apa-apa an sih, mau buat aku jantungan!?".

Al-Fath masih sibuk menaikan, koper Deira ke bagasi.

"Kamu yang apa-apaan Dee, kamu tau berapa ki aku telepon kirim pesan semuanya. Tidak satupun kamu respon". Omel Al-Fath.

"Males aja". Jawab Deira. "Kenapa koperku di masukkan ke bagasi?" Tanya Deira saat menyadari koper nya sudah siap pulang ke rumah.

"Karena ingin," Jawab Alfath malas.

Deira berkacak pinggang,"Aku tidak bilang kan ingin pulang bareng bang Al-Fath, cepat keluarkan koperku!" Perintah nya pada Al-Fath.

"Siapa juga yang mau ngantar kamu pulang," Balas Al-Fath.

Deira memejamkan mata, dia lelah. Ia sudah berencana, setibanya di rumah nanti langsung akan kembali tidur. Dan yang ia dapatkan adalah ia kembali berseteru dengan Al-Fath.

"Okey, fine!". Deira mengangguk, lalu melangkah menjauh dari Al-Fath. Biarkan saja ia pulang membawa koper nya, dia masih bisa cari taksi, Pikir Deira.

Sedikit menjauh, tiba-tiba tangan Deira kembali di raih oleh seseorang. Saat Deira berbalik, melihat siapa yang berani meraih tangannya. Ia hanya menatap Al-Fath kembali datar.

"Maaf," Cicit Al-Fath.

Deira menaikan satu alisnya "Untuk?"

Tak ada jawaban dari Al-Fath, ia langsung menarik Deira ke mobil mengantar nya pulang.

Saling membisu diam dalam pikiran masing-masing, itulah Al-Fath dan Deira sekarang. Al-Fath diam karena ia bingung harus bagaimana bersikap, kepada Deira sekarang. Sedangkan Deira, ia hanya sibuk meredan kekesalannya pada Al-Fath dengan diam.

"Kenapa nggak respon semua panggilan dan pesan aku?" Akhirnya Al-Fath membuka pembicaraan.

"Kamu nggak ke kantor?"

Al-Fath mendengus kesal,"Deira, kalo ditanya ya jawab jangan balik tanya."

"Males aja," Jawab Deira asal, lalu ia fokus pada pemandangan jalan.

"Maaf," Al-Fath kembali mengucapkan kata maaf.

Deira memperhatikan Al-Fath, ia mengernyit."Untuk apa? Kenapa sih dari tadi maaf - maaf terus. Aku bingung deh bang mau maafin tapi gak tau salahnya dimana."

"Untuk kemarin."

"Oh soal Hendra itu," Deira menebak.

Al-Fath mengangguk.

"Inisiatif sendiri, mau minta maaf atas kata-kata bang Al-Fath kemarin karena merasa bersalah, atau karena Zara yang minta bang Al-Fath untuk meminta maaf sama aku?"

Mendapat pertanyaan dari Deira, Al-Fath seketika gelagapan. Benar ia hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Zara. Tapi kenapa Al-Fath mendengar nada kekecewaan pada Deira.

Deira mengangguk mengerti, ia bahkan sudah menduga hal itu. Ia menghembuskan napas kasar,"Gak usah di jawab aku udah tau bang." Lalu Deira kembali fokus memperhatikan jalan kembali.

The Last Leaf (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang