The Last Leaf | Part 2. Crazy Agreement✓

20.2K 1.2K 0
                                    

Acara pengembalian Tuxedo yang di bawa Deira kemarin tidak berjalan mulus, ada saja mulut Al-Fath yang terlampau lemas untuk ukuran seorang laki-laki itu memancing emosi Deira.

Bahkan sepulang dari kantornya, Deira nekat maraton drama korea terbaru untuk melupakan kekesalannya pada Al-Fath, ia kecewa pada Al-Fath karena terus menganggap dirinya hanya sebagai adik bukan wanita.

Hingga Deira melihat scene, dimana adat orang korea yang baru saja pindah kantor atau rumah adalah dengan memberikan sebuah tanaman di dalam pot untuk orang tersebut. Hingga sebuah ide gila terlintas di kepala cerdas Deira.

Ia mengingat bahwa, Papanya adalah seorang penggemar tanaman bonsai, dengan cepat Deira berlari menuju taman dimana bonsai-bonsai milik ayahnya berjejer rapi.

Deira menerangi pandangan nya dengan senter yang berasal dari ponselnya,"Ketemu!" ucapnya riang. Setidaknya ia merasa bersyukur untuk pertama kali dalam hidupnya, disaat ia ditinggal oleh kedua orang tuanya yang pergi menghadiri undangan.

Dengan leluasa dia akan meminjam, ah bukan. Lebih tepatnya menghadiahi Al-Fath bonsai itu besok. Meskipun laki-laki itu tidak sedang pindahan.

***_____***

Deira melemparkan paper bag ke single sofa ruangan Al-Fath. Al-Fath mendongak melihat kedatangan Deira yang langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang. Setelah meletakkan pot berisi pohon mawar, yang dibentuk bonsai.

Deira bersender ke sofa, mendongakkan kepala sejenak ia memejamkan mata. Jika bukan karena sekretaris sialan Al-Fath dia tidak akan badmood.

"Jangan bicara dulu! Aku sedang kesal." Ungkapnya saat Al-Fath ingin membuka mulutnya berbicara.

Sepuluh menit Al-Fath hanya menatap Deira yang masih dalam posisi yang sama, ia mengulum senyum pasti Deira beradu argumen terlebih dulu dengan sekertarisnya.

"Kalau mau tidur pulang aja Dee." Sindir Al-Fath, Deira membuka mata menatap Al-Fath sinis.

"Huh, aku sebal, marah, kesal, dengan sekertaris kamu yang ganjen itu." Gerutu Deira, "Itu jas kamu, udah aku balikin." menunjuk paper bag diatas sofa.

Al-Fath mengangguk.

Deira mengambil pot bunga mawar, diletakkannya di meja kerja Al-Fath.

"Apa?" Tanya Al-Fath penasaran.

"Ini milik papa."

"Lalu?" Al-Fath masih tidak mengerti.

Deira tersenyum,"Apa bang Al-Fath tidak pernah memandangku sebagai seorang wanita?"

Al-Fath diam menatap Deira bingung.

"Sudah kuduga," Ucap Deira pasrah.

Deira mengangkat pot bunga itu, lalu diletakkannya di samping jendela besar yang langsung menyuguhkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

"Bang Al-Fath, apakah kamu memang benar-benar tidak ingin belajar untuk mencintaiku?" Suara Deira parau. Ia bahkan tidak berbicara saling memandang dengan Al-Fath.

"Kamu ngigau Dee." Al-Fath kembali memfokuskan dirinya, pada berkas-berkas yang berserakan di meja.

Deira membalikkan badan menatap Al-Fath dengan tatapan yang tak bisa diartikan, beberapa menit mereka saling diam. Berkomunikasi dengan sorot mata masing-masing.

"Beri aku kesempatan."

"Untuk?" Al-Fath menaikkan satu alisnya.

"Untuk membuat bang Al-Fath jatuh cinta padaku." Deira menunjuk pot bunga yang ia letakkan di ruang kosong samping jendela."Hanya sampai daun terkahir." Menatap Al-Fath sendu.

The Last Leaf (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang