Tangan Deira bergetar, dia bahkan tak bisa mengatakan apapun. Pandangannya kosong, pikirannya sudah tidak berpusat lagi pada pekerjaannya. Setelah ia menerima telepon dari Anas, ayahnya. Nafas Deira tercekat, bahkan ia bingung harus bagaimana dan melakukan apa.
Satria yang memang bersama dengan Deira saat itu, segera menyadari raut wajah Deira yang berubah dengan cepat. Ia mengambil ponsel yang masih menempel di telinganya.
"Mama," Gumam Deira, sambil menatap Satria.
"Ya Om, kami segera pergi ke sana." Pungkas Satria menjawab telepon tersebut.
Deira berjalan seakan ling-lung, ia mengambil kunci mobilnya. Deira terburu-buru, ia ingin segera pergi ke rumah sakit saat ini juga.
Satria merampas kunci mobil dari genggaman Deira,"Aku nggak bisa membiarkan kamu menyetir mobil sendiri dalam kondisi seperti ini."
Satria mengguncang tubuh Deira,"Tenangin diri kamu." Satria mencoba menenangkan Deira yang panik, meskipun dirinya sendiri juga panik.
Sepanjang perjalanan Deira tak berhenti merapal kan doa, mendapatkan kabar bahwa Mamanya terjatuh dari tangga lantai dua cukup mengguncang jiwanya. Bahkan raganya seperti langsung kehilangan kekuatan, Deira kacau saat ini. Seakan dunianya runtuh seketika.
Satria yang fokus menyetir mobil, sesekali menguatkan Deira. Dengan mengelus kepala nya, ia tau Deira sangat terpukul atas kabar yang ia dengar hari ini.
Sesampainya di Rumah Sakit, Deira berlari menuju ruang IGD. Ia mencari keberadaan Papa nya, setelah mengetahui posisinya sang ayah. Segera Deira berlari menghampirinya, diikuti oleh Satria.
"Gimana keadaan Mama?" Napas Deira memburu, lalu ia memposisikan duduk di sebelah kanan Papa nya.
Anas memeluk putrinya,"Mama mu, masih dalam penanganan dokter. Kita berdoa, agar Mama mu tetap dalam perlindungan Yang Maha Kuasa." Lalu ia melepaskan pelukan penguat untuk putrinya, padahal mereka sama-sama rapuh saat ini.
Deira berdiri dari duduknya, ia berjalan mendekati ruangan dengan penyekat kaca buram itu. Didalam sana, hanya terlihat bayangan tak jelas para dokter dan perawat memeriksa kondisi Mamanya saat ini.
Deira mundur selangkah saat dokter keluar dari ruangan tersebut. Dokter itu mencari wali atau keluarga pasien.
"Keluarga nyonya Tasya!" Panggil seorang dokter jaga IGD.
Deira mendekat begitupun juga Anas, ia ingi melihat perkembangan dari pemeriksaan kondisi Tasya istrinya.
"Ya dok," jawab Deira cepat.
"Untuk penanganan selanjutnya, kami akan menunggu hasil CT Scan dan X-ray. Dan juga silahkan mengisi admistrasi untuk melakukan persetujuan mengambil tindakan medis darurat." Dokter umum tersebut menjelaskan.
"Apakah perlu di lakukan pembedahan?" Deira bertanya.
"Dilihat dari reaksi pupil mata, seperti ada pendarahan di dalam kepala yang diakibatkan oleh benturan. Dan juga ada beberapa tulang yang retak. Untuk pembedahan sendiri, tidak bisa langsung dilakukan, kondisi pasien sangat drop. Karena kehilangan banyak darah. Kami akan terus memantau kondisi pasien." Jelas dokter muda itu.
"Terima kasih dok," Deira menganggukkan kepala, sebagai tanda terima kasih atas penjelasan dari dokter tersebut.
Tak lama seorang perawat membawa berkas-berkas yang akan di tanda tangani, serta meminta salah satu perwakilan keluarga untuk mengurus administrasi.
"Biar saya saja om," Satria menawarkan, ia ingin sedikit membantu. Lagipula dalam situasi seperti ini, Deira dan Papanya tak bisa berpikir logis.
Sementara Satria pergi mengurus administrasi, Deira dan Papanya mengikuti para perawat dan dokter yang membawa Tasya yang masih tak sadarkan diri menuju ruang CT Scan dan Radiologi. Guna melihat apa saja luka yang dialami oleh Tasya, setelah ia mengalami kecelakaan tersebut.
Setelah cukup lama berada di dua ruangan tersebut, dokter dan perawat memindahkan Tasya ke ruang ICU guna mengontrol kestabilan organ vitalnya.
Tak lama Satria kembali dari ia mengurus administrasi, dia juga sudah memesan kamar inap terbaik. Namun untuk kondisi Tasya hari ini, ia tidak bisa ke kamar inap biasa.
Dokter tadi kembali datang,"Mohon maaf, untuk hasilnya mungkin akan jadi sekitar lima sampai tujuh jam lagi. Tapi kami akan berusaha untuk mempercepat hasil dari tes." Jelasnya kembali pada pihak keluarga Deira.
Deira hanya bisa mendesah, pikirannya kalut. Melihat Mamanya dengan segala alat penopang hidup tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.
Seperginya dokter tersebut, seorang perawat datang untuk memberi tau bahwa keluarga pasien bisa menunggu hasil dari tes yang sudah dilaksanakan di kamar inap yang memang sudah di booking oleh Satria.
Satria menghampiri Deira, ia memeluk Deira yang menangis kembali. Saat memasuki kamar inap tersebut, Satria menguatkan Deira saat ini.
Pintu kamar inap terbuka, disana ada keluarga Al-Fath yang datang. Juga Zara, Anissa, dan Adam. Melihat sahabatnya menangis, Zara langsung menghampirinya. Ia memeluk Deira setelah Satria melepaskan pelukannya.
Al-Fath yang melihat hal tersebut merasakan dongkol pada relung hatinya, dirinya banyak diam dan lebih memilih menyendiri. Tentunya menjauh dari Deira.
Sudah sekitar lima jam mereka menunggu hasil dari tes Tasya, tak lama datang seorang dokter yang umurnya sekitar paruh baya. Di jas putih tertera nama dr. Pandu Sp.S spesialis syaraf.
"Keluarga Nyonya Tasya, saya dokter yang akan melakukan prosedur pembedahan pada Nyonya Tasya." Ia melakukan perkenalan,"Panggil saja dokter Pandu."
Lalu ia membuka sebuah map cokelat berisi tentang hasil dari CT Scan,"Bisa dilihat ini," dokter Pandu menunjuk bagian dari kepala Tasya yang menghitam."Karena benturan, terjadi pendarahan disini."
"Kapan operasi nya bisa dilaksanakan?" Nuril bertanya.
"Kita akan observasi terlebih dulu, karena pasien sebelumnya kehilangan banyak darah. Jika organ vital baik dan observasi bagus. Mungkin besok pagi, apalagi mengingat operasi besar dan bagian kepala. Maka harus dilakukan dengan hati-hati agar meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan." Jelasnya sekali lagi.
"Untuk hasil X-Ray, pasien tulang nya beberapa mengalami keretakan. Dokter orthopedi sudah menangani cederanya saat ini." dokter Pandu, kembali menyerahkan hasil tes kepada asistennya."Untuk pembedahan akan ada efek sampingnya, mempengaruhi sistem motorik seperti kesulitan untuk berjalan, ataupun menggerakkan anggota tubuh lain. Dan banyak kasus juga dengan kehilangan beberapa memori kenangan, serta kesulitan untuk berbicara. Tapi jangan khawatir, pasien akan kembali beraktivitas jika memang ada kemauan dan rutin melakukan terapi."
Akhirnya dokter Pandu setelah menjelaskan tentang prosedur pembedahan pada keluarga Deira, ia berpamitan.
"Yang sabar ya sayang, terus berdoa." Nuril memeluk Deira yang masih terus menangis, ia datang untuk memberikan kekuatan pada Deira.
Mereka hanya bisa berdoa saat ini, tak ada yang tau bagaimana bisa Tasya jatuh terguling dari lantai dua hingga lantai satu. Tasya hanya sendiri dirumah saat itu, ART nya belum datang dan yang menemukan Tasya adalah seorang tukang kebun yang kebetulan datang karena sudah jadwalnya ia membersihkan taman.
🍃🍃🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...