Play Mulmed
Mackelli ---- Tears ComeHappy Reading
____________________________________Pikiran Al-Fath buntu, pamitnya ia pergi ke apartemen. Namun ia malah menjalankan mobilnya ke rumah Deira, ada hal yang perlu dijelaskan pada sahabat Zara itu.
Deira membukakan pintu utama, hari ini kedua orang tuanya sedang berpergian. Ia berada di rumah sendiri malam hari ini. Ia kaget melihat Al-Fath, datang pada malam hari ke rumahnya.
"Bang Al-Fath." Cicit Deira, ia merasakan bingung. Mengapa tumben sekali Al-Fath datang bertamu ke rumahnya setelah sekian lama.
"Duduk dulu," Deira mempersilahkan.
"Nggak usah!" Jawab Al-Fath ketus, ia terus berjalan dengan raut wajah memerah karena amarah.
Deira merasakan aura intimidasi dari Al-Fath karena tatapannya, ia reflek memundurkan langkah kakinya.
"Apa kamu senang, aku datang kesini." Nada bicara Al-Fath benar-benar menyeramkan saat ini bagi Deira.
"Apa maksudnya?" Tanya Deira heran, ia terus memundurkan langkah sejalan dengan langkah Al-Fath.
Al-Fath menyeringai,"Sejauh mana obsesi kamu terhadapku?" Al-Fath meraih bahu kiri Deira dengan cepat, membuat Deira meringis karena gerakan yang tiba-tiba membuat kulitnya sedikit memanas.
"Puas kamu membuat aku dan Zara bertengkar." Desis Al-Fath, tepat di depan wajah Deira.
Deira tak mengerti dengan arah pembicaraan Al-Fath, ia terlalu diliputi amarah saat ini.
"Puas menghasut Zara, karena obsesi gila kamu kepada ku. Hari ini aku membentak adikku!" Amarah Al-Fath memuncak, bahkan membuat Deira tersentak.
Deira menyentak tangan Al-Fath, mata nya kini memanas, tuduhan menghasut Zara dan dirinya yang terobsesi kepada Al-Fath. Itu semua sangat tidak benar.
Semuanya menunjukkan seolah-olah Deira memanfaatkan Zara untuk merealisasikan obsesinya.
"Asal kamu tau, aku tidak pernah sedikitpun." Deira menunjuk ujung kukunya,"Menghasut Zara," Deira menggeleng,"Tidak pernah." Jelasnya lagi, penuh penekanan.
"Dan obsesi yang bang Al-Fath tuduhkan padaku." Deira menunjuk dirinya sendiri,"Aku tidak pernah terobsesi, perasaanku perasaan tulus, aku mengagumi dan menyukai bang Al-Fath sebagai seorang laki-laki. Dan semenjak perjanjian kita berakhir, aku putus kan untuk menjauh dari Bang Al-Fath." Deira berkata dengan suara parau dan wajahnya memerah menahan tangis.
"Bang Al-Fath berulang kali menolak aku, dan kemarin adalah yang terakhir. Aku tak apa, karena perasaan memang tidak bisa di paksakan." Deira tersenyum di tengah air matanya menetes tanpa permisi.
"Aku sudah berada dalam batasanku, melihat bang Al-Fath dengan orang lain jujur aku merasakan cemburu. Namun, aku sudah bertekad. Cukup untuk kemarin, buktinya aku menyerah. Seperi perjanjian kita." Tambahnya.
Al-Fath tersenyum mengejek,"Kamu pikir aku akan percaya?" Ia menaikkan satu alisnya, raut wajahnya mengatakan ketidakpercayaan apa yang dikatakan oleh Deira.
Deira pias, mendengarkan kata-kata Al-Fath.
"Aku tidak tau, apa yang kamu katakan pada bunda dan Zara. Selamat kamu berhasil, menghancurkan hubungan kakak adik. Dan membuat bunda ku kecewa hari ini."
Hati Deira sakit, cukup dengan penolakan Al-Fath. Tapi kini dia menuduhkan hal yang tidak pernah ia lakukan.
"Mulai detik ini, anggap saja kita orang asing. Aku muak melihat wajah kamu, muak dengan segala hasutan yang kamu katakan pada bunda dan Zara!" Ucap Al-Fath penuh penekanan.
Deira mendongak melihat netra Al-Fath begitupun dengan Al-Fath, mereka saling meresapi arti pandangan masing-masing. Jujur saja setelah berkata demikian, Al-Fath merasakan hatinya berdenyut sakit.
Air mata Deira terus menetes tanpa ia meminta,"Aku juga capek terus seperti ini, aku juga lelah, aku kesulitan. Karena perasaan sialan ini." Geram Deira, dengan wajah memerah ia menatap Al-Fath. Bahkan ia memukul dadanya, memberikan isyarat bahwa memang ia benar-benar lelah saat ini.
Deira mengangguk, lalu ia tersenyum."Baiklah jika memang itu keinginan kamu, aku akan berusaha dengan segenap hati mengabulkan permintaan kamu."
Deira menarik napas, mengisi rongga dadanya dengan banyak oksigen."Sebelumnya aku minta maaf karena perasaanku membuat anda terbebani." Tambahnya, ia membungkuk sedikit sebagai tanda dengan sungguh-sungguh memohon permintaan maaf.
Hati Al-Fath berdenyut sakit, apalagi melihat kedua mata Deira yang memancarkan ketulusan. Tanpa terlihat setitik pun kebohongan. Namun ia tetap denial pada apa yang nurani nya rasakan.
Deira berjalan ke pintu utama, ia kembali membuka pintu tersebut dan berdiri di sampingnya.
"Jadi silahkan keluar, saya tidak bisa membiarkan orang yang tidak saya kenal berada di rumah saya. Dan juga, saya tidak ingin timbul adanya fitnah." Kata Deira penuh penekanan mengusir Al-Fath secara halus, mempersilahkan Al-Fath untuk segera pergi dari rumahnya.
Al-Fath berjalan, keluar dari rumah namun langkahnya kembali terhenti.
"Satu lagi, katakan pada Mira untuk segera mengambil barang-barangnya. Rumahku bukan penitipan." Deira berbicara dengan nada datar. Sebelum Al-Fath berbicara menjawabnya, Deira menutup pintu tersebut.
Ia berjalan cepat menuju kamarnya, Deira jatuh luruh di balik pintu kamar tidurnya. Menekuk lututnya, Deira puas menangis. Ia bertekad, untuk menghapus membuang segala perasaannya pada Al-Fath. Dia juga tidak ingin terjebak dalam perasaan ini, jujur Deira merasa lelah. Ia juga tidak ingin berada dalam situasi seperti ini.
***
Pria tersebut menyerahkan sebuah flash disk,"Gunakan ini untuk menghancurkan perusahaan Al-Fath, namun setelah ia melakukan seremonial kenaikan jabatan. Aku ingin sedikit membuat kekacauan untuk para pemegang saham.""Apa isinya?" Mira meneliti Flash disk tersebut.
"Aku tak bisa mengatakan hal tersebut, karena aku tak cukup yakin dengan dirimu." Ucapnya, lalu ia menghembuskan asap rokok dari mulutnya."Kamu berkerjasama dengan ku sebagai balas budi, karena aku sudah membantu mu dalam menyingkirkan saudara kembar mu itu."
Mira sedikit tersinggung, dengan apa yang dikatakan oleh bosnya. Ia merasa sedang dipermainkan, karena segala keuntungan berjalannya rencana seperti sudah di susun rapi oleh si bos.
"Apa anda juga punya orang lain selain saya?"
Laki-laki itu mengangguk,"Dia lebih profesional, sebenarnya meskipun tanpa adanya kamu rencana akan tetap berjalan dengan lancar. Karena kamu hanya seorang umpan, sebagai pengalih perhatian Al-Fath. Setidaknya umpan kecil itu berhasil."
"Dan juga, aku tak mau ambil resiko." Si bos berdiri lalu mengelus pipi mulus Mira,"Jujur saja, aku belum mempercayai kamu." Lalu ia berjalan pergi meninggalkan Mira yang masih duduk di sofa ruang tamu di apartemen nya.
"Aku menyukai Adam." Kata Mira lantang,"Jika rencana berhasil, bisakah anda membatu saya, sebagai imbalan tutup mulut." Mendengar perkataan Mira, si bos sedikit tertawa.
Ia berbalik menatap Mira,"Aku akan bantu sebisanya, tapi semua bergantung kamu berhasil atau tidak menggoda Adam." Lalu ia pergi meninggalkan Mira.
Mira memainkan Flash disk yang ia pegang, rencananya harus berjalan dengan lancar. Agar ia bisa memiliki Adam.
🍃🍃🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Leaf (END)
General FictionJangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum di revisi. Cover : Pinterest and Canva Kehilangan calon istrinya membuat Alfath Putra Haydar menja...