The Last Leaf || Part 34. Tears ✓

12.5K 694 27
                                    

Pemakaman Arman sudah di laksanakan pagi tadi, Satria pun segera kembali ke Rumah Sakit tempat Deira dirawat.

Memasuki bangsal VIP tempat Deira, disana sudah ada Al-Fath yang sejak kemarin berada di sana. Satria tidak menyapa Al-Fath, ia langsung menuju ke dalam ruangan.

Didalam ruangan itu, Zara dan suaminya tengah menjenguk Deira. Setelah tak sadarkan diri kemarin, Deira meskipun hari ini ia sudah sadar namun kondisinya sangat memprihatinkan.

Zara mencoba membujuk Deira yang tengah terbaring di ranjang, setidaknya untuk makan meskipun sedikit. Tetapi Deira tetap menolaknya, pandangan matanya kosong. Ia sangat terpukul atas kejadian yang menimpa dirinya kemarin.

Adam dan Satria, mereka berdua berjabat tangan. Sedangkan kedua orang tua Deira, belum kembali dari prosesi pemakaman Arman.

"Aku berhutang nyawa pada Arman," Deira bergumam. "Seandainya dia tidak melindungi aku,...." katanya dengan pandangan kosong, ia sangat trauma dan sangat terguncang atas kecelakaan yang ia alami kemarin.

Zara menggenggam tangan Deira yang tidak di infus,"Arman punya alasan untuk melindungi kamu." Zara mengelap lelehan air mata Deira.

Deira kembali menangis, psikologis nya terganggu. Trauma akan kejadian kemarin masih teringat dan terekam jelas di ingatannya.

"Aku akan berkonsultasi dengan psikiater." Satria kembali berdiri untuk berkonsultasi mengenai trauma Deira.

Satria melangkahkan kaki keluar dari ruang rawat Deira, di lorong rumah sakit tersebut Al-Fath sedang berbicara dengan seorang laki-laki berseragam kepolisian.

Satria pun mendekati mereka berdua.

"Kepolisian ingin meminta kesaksian Deira." Al-Fath menjelaskan maksud dan tujuan datangnya pihak dari kepolisian.

"Mohon maaf pak, kondisi Deira belum memungkinkan untuk memberikan kesaksian." Satria menjelaskan tentang kondisi Deira, "Saya akan berkonsultasi dengan psikiater, nanti jika kondisinya lebih baik. Saya akan menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan kesaksian."

Akhirnya polisi setuju, dengan kondisi Deira yang masih terguncang dan trauma. Malah akan memperburuk proses penyembuhan Deira.

"Nona Deira mengalami PTSD, Post Traumatic Stress Disorder." Dokter spesialis kejiwaan memberikan diagnosis."Trauma pasca melihat atau mengalami kejadian yang mengerikan. Seperti yang dialami oleh nona Deira, mimpi buruk, merasa tertekan, terus teringat pada kejadian tersebut. Bisa diatasi dengan terapi rutin dan juga penggunaan obat anti-depresan untuk menekan rasa traumanya."

Satria berpamitan setelah mendapatkan penjelasan dari dokter, ia akan memberitahu keluarga Deira tentang kondisi Deira saat ini.

***

Al-Fath dipaksa untuk pulang dan beristirahat oleh Mamanya Deira. Namun ia malah melajukan mobilnya ke arah tempat Mira saat ini di tahan.

Kakinya melangkah menuju kantor polisi, Mira saat ini masih di tahan untuk dimintai keterangan. Apalagi mengingat perbuatan yang ia lakukan mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.

Mira datang dengan kedua tangannya diborgol, ia digandeng seorang polwan untuk bertemu dengan Al-Fath.

"Al-Fath, kamu kesini mau menjemput aku kan?" Kata Mira yang saat ini terlihat sangat lusuh.

"Kenapa kamu melakukan hal itu?" Tanya Al-Fath dengan nada datar.

Mira menyeringai,"Karena dia, rencanaku gagal."

"Rencana?" Al-Fath membeo, ia sungguh tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Mira."Kamu tidak menyesal apa yang sudah kamu lakukan terhadap orang lain?"

The Last Leaf (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang